Implikasi Manajerial The effect of Transformational Leadership and Quality Of Work Life on Organizational Citizenship Behavior at Universitas Terbuka

keberhasilan, pendidikan jarak jauh harus dengan jelas merumuskan perubahan tersebut. Hal ini merupakan tantangan bagi pemimpin transformasional tidak saja di UT, namun juga di seluruh institusi pendidikan jarak jauh distance education. Langkah tersebut dilakukan untuk memotivasi karyawan Bainbridge, 2011. Dari hasil pembahasan di atas, terangkum beberapa hal mengenai kepemimpinan transformasional, kualitas kehidupan kerja serta perilaku ekstra peran. 1. Kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional telah diterapkan di UT yang secara tersirat melalui berbagai indikatornya. Kepemimpinan transformasional bersumber pada ide ‘perubahan’. Kepemimpinan trasformasional dilakukan dengan cara menunjukkan kepada tim apa yang bisa mereka capai dengan sebuah ‘perubahan’. Karena ditekankan bahwa segala sesuatu penuh dengan ketidakpastian dan perubahan. Oleh karena itu tim yang tidak bisa berubah akan kalah Getol 2010. Seorang pemimpin transformasional akan lebih perhatian pada perubahan, perbaikan dan peningkatan kualitas dan kemampuan SDMnya sehingga akan berdampak langsung kepada prestrasi karyawan. Dari hasil penelitian dan wawancara, menunjukkan bahwa kehadiran pimpinan mampu memberi semangat dan memberi dukungan pada pencapaian pekerjaan yang sistematis serta efektif. 2. Kualitas Kehidupan Kerja Dalam rangka mencapai efektifitas sumber daya manusia, dibutuhkan suasana kerja yang mendukung karyawan. Kenyamanan serta kebutuhan akan lingkungan kerja dapat diperoleh bila kualitas kehidupan kerja pun baik. Pada prakteknya dimensi-dimensi dari kualitas kehidupan kerja telah dilaksanakan di dalam organisasi. Namun ada beberapa hal yang masih perlu mendapat perhatian pimpinan, salah satunya adalah sosialisasi pendidikan lanjut. Walaupun kesempatan untuk hal tersebut sangat terbuka bagi seluruh karyawan, namun karyawan belum memahami adanya peraturan baru tentang hal tersebut. Maka diperlukan bentuk sosialisasi atas peraturan atau informasi yang jelas kepada seluruh karyawan agar tidak terjadi salah persepsi mengenai hal tersebut. 3. Perilaku Ekstra Peran Pada umumnya karyawan mampu menunjukkan perilaku ekstra perannya di dalam usaha membangun kerja sama yang baik dalam tim. Hal ini diGambarkan secara jelas dalam perilaku mereka yang bersedia membantu rekan kerja bila mengalami kesulitan atau memiliki beban kerja berlebih. Mereka melakukan hal itu untuk meningkatkan efektifitas kerja tim dan kemajuan unit. Saling berbagi pengalaman dan informasi kepada rekan kerja merupakan perilaku di luar ekstra peran. Persaingan global dan era keterbukaan saat ini menjadikan organisasi harus memiliki sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas. Globalisasi menuntut organisasi untuk cepat dalam menangkap peluang yang ada. Universitas Terbuka sebagai organisasi pendidikan yang beroperasi di seluruh Indonesia dan global membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang efektif melalui tim kerja yang mampu bergerak luwes. Melalui kepemimpinan yang mampu memberikan nilai tambah, pemimpin dapat mentransformasikan berbagai ide perubahan ke arah positif. Kepemimpinan transformasional tersebut akan memotivasi karyawan untuk mencapai keberhasilan sesuai visi organisasi.

5.7. Implikasi Kebijakan

Kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh positif terhadap kualitas kehidupan kerja melalui empat faktor kepemimpinan transformasional, yaitu karisma, perhatian individu, memotivasi secara intelektual, dan memberi aspirasi. Seorang pemimpin yang menunjukkan karismanya mengimplikasikan perubahan radikal dalam strategi dan budaya organisasi. Pada banyak penelitian tentang karisma pemimpin didapat suatu kesimpulan bahwa pemimpin yang berkarisma tidak perlu mencapai perubahan besar dalam organisasi Yukl, 2010. Penelitian tersebut menemukan bahwa perubahan yang berhasil biasanya dihasilkan dari proses kepemimpinan transformasional, bukan dari tindakan seorang pemimpin yang karismatik. Bila ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini, karisma memiliki pengaruh tinggi terhadap kualitas kehidupan kerja karena karisma berperan dalam pembentukan image atau citra diri pemimpin. Karisma yang muncul mampu memberikan kenyamanan karyawan dalam bekerja, menciptakan suasana lingkungan kerja yang baik. Bentuk kepemimpinan seorang pemimpin bukan semata ditujukan bagi pembentukan citra diri, namun sebagai perwujudan karakter pribadi yang dituangkan dalam proses pemimpin sebuah organisasi. Bagi sebuah organisasi yang menuju kearah perubahan, tentunya lebih baik bila keempat elemen dari kepemimpinan transformasional tersebut dapat diwujudkan oleh pemimpin. Selain itu hal yang paling dapat dirasakan oleh karyawan adalah perhatian kepada bawahan. Artinya kepemimpinan transformasional akan lebih menunjukkan pengaruh signifikan terhadap perilaku ekstra peran bila pimpinan memberikan penilaian positif atas diri karyawan bila mereka melakukan tindakan di luar peran dan tugas semata. Walaupun hal itu tidak berkorelasi langsung secara financial namun bila karyawan mengetahui manfaat dari nilai positif diharapkan akan lebih banyak karyawan yang bekerja tidak semata berdasarkan perannya. Pemimpin perlu memperhatikan faktor-faktor kualitas kehidupan kerja quality of work life QWL. Kepuasan atas kualitas kehidupan kerja menurut Cascio 2006 terdiri dari partisipasi karyawan, pengembangan karir, penyelesaian konflik, komunikasi, kesehatan kerja, keselamatan kerja, keamanan kerja, kompensasi yang layak, dan kebanggaan. Walaupun konsep kualitas kehidupan kerja tidak dipahami, namun dalam pelaksanaannya karyawan telah merasakan ke sembilan faktor tersebut dalam lingkungan kerja. Berkaitan dengan kurang puasnya karyawan terhadap pendidikan lanjut, UT dapat membuka kesempatan belajar yang lebih luas kepada staf administrasi. Staf dapat diarahkan untuk mencari beasiswa di luar UT. Dengan informasi beasiswa dari luar UT yang banyak, maka staf dapat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk studi lanjut. Produktifitas karyawan tidak semata diukur dari hasil atau output pekerjaan semata, namun dari perilaku yang mampu menunjukkan peran yang lebih dari tugas pokoknya atau disebut juga perilaku ekstra peran. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan dapat melakukan peran tersebut melalui 5 faktor, yaitu altruism, civic virtue, conscientiousness, courtesy dan sportsmanship.