3. Uji Heteroskedastisitas METODE PENELITIAN

60 permasalahan yang turut memengaruhi kinerja industri adalah pasokan listrik yang terbatas sehingga mengganggu produksi CIC 2010. Oleh karena itu, jika pemerintah bertujuan memperluas pangsa pasar ekspor minyak sawit menjadi ekspor produk hilir maka diperlukan sebuah studi lanjutan yang mengkaji mengenai penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri baik pada sub sektor industri pangan maupun non pangan sehingga mampu meningkatkan kinerja industri Muhammad 2002. Penanaman modal sangat penting untuk membiayai pembangunan dan industri, karena dana yang dimiliki negara terbatas sehingga tidak cukup untuk membiayai keseluruhan sektor belanja pembangunan, membayar pinjaman luar negeri dan membiayai subsidi. Jika tidak didukung dengan penanaman modal dari swasta, program-progam pembangunan nasional akan berjalan lambat. Kekurangan dana pembangunan dapat ditutupi dengan mengandalkan sektor swasta domestik, yakni bank, non bank dan pasar modal maupun dari swasta asing, baik berupa pinjaman ataupun investasi langsung Amin 2011. 61

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN INDUSTRI HILIR TERHADAP

MINYAK SAWIT INDONESIA

6.1. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Minyak sawit oleh Industri Minyak Goreng

Berdasarkan hasil respesifikasi model maka didapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan permintaan industri minyak goreng terhadap minyak sawit Indonesia. Permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng dari model yang telah diduga ditentukan oleh harga riil minyak sawit domestik HRMSD, selisih harga riil minyak goreng domestik SHRMGD, produksi minyak goreng domestik PMGD, dan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng tahun sebelumnya DMSIMG t-1 . Semua tanda koefisien peubah penjelas sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan semula. Nilai uji statistik-F kurang dari taraf nyata 1 persen artinya variabel harga riil minyak sawit domestik, selisih harga riil minyak goreng domestik, produksi minyak goreng domestik, dan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng domestik tahun sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng. Nilai uji statistik-t dari masing-masing variabel peubah menunjukkan bahwa harga riil minyak sawit domestik berpengaruh nyata pada taraf 20 persen terhadap permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng. Kemudian produksi minyak goreng domestik dan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng tahun sebelumnya berpengaruh nyata pada taraf 10 persen terhadap permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng. Dilihat dari nilai R 2 -nya menunjukkan bahwa 71.8 persen keragaman permintaan minyak sawit industri minyak goreng dapat dijelaskan oleh peubah-peubah yang diperhitungkan di dalam model yaitu variabel harga riil minyak sawit domestik, selisih harga riil minyak goreng domestik, produksi minyak goreng domestik dan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF Lampiran 2 dari masing-masing variabel penjelas disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang serius. Nilai uji durbin h Lampiran 1 sebesar 1.590, 62 nilai tersebut berada di antara -1.96 sampai dengan 1.96, maka dalam persamaan tersebut tidak terdapat masalah autokorelasi. Uji heteroskedastisitas Lampiran 3 dilakukan dengan uji Glejser, nilai Prob. F4, 15 sebesar 0.266 lebih besar dari taraf nyata 10 persen artinya dalam persamaan tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Nilai uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan nilai Asymp. Sig. 1 tailed sebesar 0.4605 lebih besar dari taraf nyata 10 persen hal tersebut menunjukkan bahwa residual tersebar normal. Tabel 24. Hasil Estimasi Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng Variabel Parameter Estimasi Prob |T| Intercept 1 848 812 0.0414 HRMSD -2 074.789 0.1813 SHRMGD 62.988 0.8751 PMGD 0.302 0.0526 DMSIMG t-1 0.44101 0.0636 R-squared: 0.717699 Prob |F| .0001 Durbin h stat : 1.590 Keterangan: Nyata pada taraf α = 10 Nyata pada taraf α = 20 Sumber : Data sekunder diolah 2014 Harga minyak sawit domestik, secara statistik signifikan memengaruhi permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng pada taraf nyata 20 persen. Artinya jika terjadi peningkatan harga minyak sawit sebesar 1 000 rupiah per ton maka industri minyak goreng akan menurunkan permintaannya terhadap minyak sawit sebesar 2 074.789 ton. Selisih harga riil minyak goreng secara statistika tidak signifikan memengaruhi permintaan industri minyak goreng terhadap minyak sawit. Berdasarkan Tabel 24, rata-rata laju perubahan selisih harga riil minyak goreng domestik bernilai negatif. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori ekonomi dimana jika terjadi peningkatan harga output akan terjadi peningkatan permintaan input oleh produsen industri hilir. Ketidaksignifikanan variabel selisih harga riil minyak goreng domestik terhadap perubahan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng disebabkan pula oleh nilai rata-rata perubahan selisih harga riil minyak goreng domestik lebih besar daripada nilai perubahan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng. Artinya perubahan yang besar pada selisih harga riil