Ruang Lingkup Penelitian PENDAHULUAN

16 digunakan dalam industri makanan sebagai minyak goreng. RBDPO juga digunakan untuk memproduksi margarin, shortening, es krim, condensed milk, vanaspati, sabun, dan lainnya. RBD palm stearin digunakan sebagai bahan baku margarin dan shortening juga bahan untuk pembuatan lemak untuk pelapis pada industri permen dan coklat. RBD palm stearin digunakan juga dalam menghasilkan sabun dan industri oleokimia Siahaan 2006.

2.3. Industri Pemakai Minyak Sawit di Indonesia

Pemanfaatan minyak sawit di Indonesia sebagian besar digunakan sebagai bahan dasar produksi minyak goreng yang awalnya menggunakan minyak kelapa. Namun karena sifat minyak goreng yang berbahan dasar minyak kelapa sawit tidak mudah berbau jika disimpan dalam waktu yang lama maka penggunaan minyak sawit sebagai bahan dasar minyak goreng lebih banyak dipilih oleh produsen.

2.3.1. Industri Minyak Goreng

Kebutuhan masyarakat akan minyak goreng sangat tinggi hal ini disebabkan oleh tingginya konsumsi masyarakat terhadap makanan yang digoreng. Pengusaha industri minyak goreng menjadikan hal ini sebagai peluang untuk memperluas usaha dan meningkatkan kapasitas produksi.

a. Jumlah Perusahaan dan Kapasitas Produksi Minyak Goreng

Minyak goreng sawit merupakan komoditas bernilai strategis karena peranan sebagai salah satu bahan pangan pokok. Kebutuhan minyak goreng mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri makanan. Industri pengolahan minyak sawit Indonesia tersebar di 13 provinsi. Berdasarkan tabulasi data terlihat bahwa penguasaan pangsa terbesar berada di Provinsi Sumatera Utara dibandingkan dengan provinsi lain. Hal tersebut ditunjukkan oleh persentase share market minyak goreng sawit di Provinsi Sumatera Utara sebesar 34 persen kemudian diikuti oleh Jawa Timur 19 persen dan DKI Jakarta 17 persen. 17 Tabel 8. Jumlah Industri dan Kapasitas Produksi Industri Minyak Goreng Tahun 2011 No Propinsi Jumlah Industri Unit Kapasitas tontahun Share 1 Sumatera Utara 15 2 480 297 34.42 2 Sumatera Barat 1 35 000 0.4 3 Riau 2 504 000 7 4 Jambi 1 1 030 0.02 5 Lampung 5 462 000 6.4 6 Sumatera Selatan 1 220 000 3 7 DKI Jakarta 10 1 276 655 17.7 8 Jawa Barat 7 686 160 9.5 9 Banten 1 143 640 2 10 Jawa Tengah 1 1 800 0.06 11 Jawa Timur 8 1 377 300 19.1 12 Kalimantan Barat 1 3 000 0.4 Jumlah 53 7 190 882 100 Sumber : CIC 2012a

b. Perkembangan Produksi Minyak Goreng Berbahan Baku Minyak Sawit

Produksi minyak goreng berbahan dasar minyak sawit mengalami penurunan dalam produksinya pada tahun 2007 dan 2008. Berdasarkan hasil penelitian hal ini terjadi antara lain dikarenakan tingginya jumlah ekspor bahan baku minyak sawit atau tingginya persaingan antara industri yang memproduksi minyak goreng. Tabel 9. Produksi Minyak Goreng Berbahan Dasar Minyak Sawit Tahun 2007-2011 Tahun Minyak Goreng ton Perubahan 2007 8 808 063 2008 8 228 000 -6.59 2009 6 545 000 -20.45 2010 8 654 900 32.23 2011 10 459 694 18.43 Sumber : CIC 2012a

c. Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng

Jumlah konsumsi didapatkan dengan menjumlahkan produksi dengan impor kemudian dikurangi dengan ekspor dengan demikian nilai konsumsi industri sama dengan jumlah suplai minyak sawit domestik. Suplai dianggap sebagai konsumsi dengan asumsi stok nasional sama dengan nol dan seluruh bahan baku habis dikonsumsi dalam tahun tersebut. Asumsi ini digunakan karena komoditas minyak sawit merupakan produk yang mudah rusak jika tidak segera diolah. Pendugaan konsumsi minyak sawit yang dibutuhan untuk memproduksi minyak goreng menggunakan asumsi perbandingan 1 ton minyak sawit sama dengan 0.6-0.7 ton minyak goreng.