57
V. ANALISIS KONSUMSI MINYAK SAWIT DAN PRODUKSI PRODUK INDUSTRI HILIR MINYAK SAWIT
5.1. Produksi Minyak Sawit, Produksi Industri Hilir, dan Ekspor Minyak Sawit Indonesia
Dengan menghubungkan produksi, konsumsi domestik, produksi industri hilir, dan ekspor minyak sawit maka dapat dilakukan analisis keterkaitan produksi
minyak sawit sebagai bahan baku dengan produksi industri hilir. Berdasarkan Tabel 22, dalam kurun waktu lima tahun 2007-2011 minyak sawit domestik
mengalami peningkatan dan penurunan produksi, hal ini antara lain dikarenakan perubahan musim yang memengaruhi produksi tandan buah segar dari pohon
sawit sehingga berdampak terhadap produksi minyak sawit BPS 2011.
Tabel 22. Produksi, Konsumsi Domestik, Produksi Industri Hilir dan Ekspor Minyak Sawit Tahun 2007-2011
Tahun Produksi
ton Laju
Konsumsi Domestik
ton Laju
Produksi Industri
Hilir ton Laju
Ekspor ton Laju
2007 21 197 670
7 991 170 10 183 940
13 210 740 2008
21 047 740 -0.71
5 411 080 -32.29
9 858 630 -3.19
15 647 650 18.45
2009 23 189 150
10.17 4 677 860
-13.55 8 187 990
-16.95 18 532 470
18.44 2010
23 712 010 2.25
5 895 950 36.04
10 609 120 29.57
17 864 140 -3.61
2011 25 137 300
6.01 9 579 060
62.47 12 707 270
19.78 15 560 080
-12.90
Sumber: Kementerian Perindustrian 2012
Berdasarkan Tabel 22, pada tahun 2008 pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia bernilai positif yaitu 18 persen meskipun pertumbuhan produksi minyak
sawit domestik bernilai negatif. Ekspor minyak sawit yang tinggi menimbulkan kondisi yang tidak kondusif bagi industri dalam negeri. Artinya produksi minyak
sawit domestik lebih banyak ditujukan sebagai komoditas ekspor. Hal tersebut terlihat melalui pertumbuhan konsumsi domestik oleh industri hilir terhadap
minyak sawit bernilai negatif. Pada tahun 2009 pertumbuhan produksi minyak sawit domestik bernilai
positif artinya terjadi peningkatan produksi dari tahun sebelumnya sebesar 10 persen. Begitu pula dengan pertumbuhan ekspor minyak sawit yang mencapai 18
persen. Konsumsi domestik bernilai negatif sehingga total produksi industri hilir pada tahun 2009 bernilai negatif. Hal tersebut dikarenakan laju pertumbuhan
ekspor minyak sawit 18 persen lebih besar daripada laju pertumbuhan produksi minyak sawit domestik. Dengan demikian ekspor minyak sawit akan
58 mengorbankan industri hilir domestik. Hal ini sesuai dengan penelitian Hansen
2008 bahwa ekspor minyak sawit mengakibatkan kelangkaan bahan baku bagi industri hilir.
Produksi minyak sawit Indonesia di tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 2 persen begitu pun dengan konsumsi domestik yang
mengalami peningkatan sebesar 36 persen sehingga total produksi industri hilir mengalami peningkatan. Implikasi dari meningkatnya penyerapan minyak sawit
oleh industri hilir adalah turunnya laju ekspor minyak sawit sebesar 3 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa turunnya ekspor minyak sawit domestik dikarenakan
meningkatnya total konsumsi domestik oleh industri hilir. Begitu pula pada tahun 2011 laju konsumsi minyak sawit domestik meningkat ± 2 kali lipat dari tahun
2010. Hal tersebut menyebabkan laju ekspor turun 4 kali lipat yaitu sebesar 12 persen.
5.2. Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Hilir Minyak Sawit
Analisis terhadap konsumsi minyak sawit oleh industri hilir minyak sawit dimulai dengan membandingkan produksi total industri hilir minyak sawit dengan
produksi produk masing-masing industri hilir minyak sawit. Dalam penelitian ini produksi total industri hilir dilihat dari industri yang kontribusi penyerapan
minyak sawitnya paling besar yaitu minyak goreng, margarin, sabun, dan fatty acid. Jika terjadi penurunan konsumsi minyak sawit oleh industri hilir domestik
maka akan terjadi penurunan produksi oleh industri hilir.
Tabel 23. Perubahan Produksi Industri Hilir Kelapa Sawit
Tahun Minyak
goreng ton
Laju Margarin
ton Laju
Sabun ton
Laju Fatty
Acid ton
Laju 2007
8 808 060 353 110
455 720 567 050
2008 8 228 000
-6.59 458 480
29.84 567 090
24.44 605 060
6.70 2009
6 545 000 -20.45
420 450 -8.29
500 000 -11.83
722 540 19.42
2010 8 654 900
32.24 567 300
34.93 754 050
50.81 632 870
-12.41 2011
10 459 690 20.85
610 460 7.61
873 210 15.80
763 910 20.71
Sumber: CIC 2012b
Pada tahun 2008 pertumbuhan produksi industri margarin, sabun, dan fatty acid bernilai positif sedangkan pertumbuhan produksi industri minyak goreng
bernilai negatif Tabel 23. Hal tersebut menyebabkan pada tahun 2008 nilai total produksi industri hilir bernilai negatif.