Uji Ekonomi Uji Statistik 1. Uji Statistik-F

56 c .4. Uji Normalitas Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji kenormalitasan data. Tujuannya adalah untuk melihat apakah residual tersebar normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan SPSS 16.0 dengan menentukan nilai Asymp.sig 1 tailed pada uji sampel Kolmogorov-Smirnov Gujarati 2006. Hipotesis yang digunakan adalah : Prosedur pengujian parametrik umumnya mensyaratkan kenormalan dari sebaran : Persamaan Kumulatif Distribusi dari data : n x = ∑ Persamaan Kumulatif Distribusi Normal : ∫ √ Persamaan Kolmogorov : | | H : asymp sig = 0 data menyebar normal H 1 : asymp sig ≠ 0 data tidak menyebar normal Keputusan yang diambil adalah : Asymp.sig 2 tailed α maka terima H Asymp.sig 2 tailed α maka tolak H 57

V. ANALISIS KONSUMSI MINYAK SAWIT DAN PRODUKSI PRODUK INDUSTRI HILIR MINYAK SAWIT

5.1. Produksi Minyak Sawit, Produksi Industri Hilir, dan Ekspor Minyak Sawit Indonesia

Dengan menghubungkan produksi, konsumsi domestik, produksi industri hilir, dan ekspor minyak sawit maka dapat dilakukan analisis keterkaitan produksi minyak sawit sebagai bahan baku dengan produksi industri hilir. Berdasarkan Tabel 22, dalam kurun waktu lima tahun 2007-2011 minyak sawit domestik mengalami peningkatan dan penurunan produksi, hal ini antara lain dikarenakan perubahan musim yang memengaruhi produksi tandan buah segar dari pohon sawit sehingga berdampak terhadap produksi minyak sawit BPS 2011. Tabel 22. Produksi, Konsumsi Domestik, Produksi Industri Hilir dan Ekspor Minyak Sawit Tahun 2007-2011 Tahun Produksi ton Laju Konsumsi Domestik ton Laju Produksi Industri Hilir ton Laju Ekspor ton Laju 2007 21 197 670 7 991 170 10 183 940 13 210 740 2008 21 047 740 -0.71 5 411 080 -32.29 9 858 630 -3.19 15 647 650 18.45 2009 23 189 150 10.17 4 677 860 -13.55 8 187 990 -16.95 18 532 470 18.44 2010 23 712 010 2.25 5 895 950 36.04 10 609 120 29.57 17 864 140 -3.61 2011 25 137 300 6.01 9 579 060 62.47 12 707 270 19.78 15 560 080 -12.90 Sumber: Kementerian Perindustrian 2012 Berdasarkan Tabel 22, pada tahun 2008 pertumbuhan ekspor minyak sawit Indonesia bernilai positif yaitu 18 persen meskipun pertumbuhan produksi minyak sawit domestik bernilai negatif. Ekspor minyak sawit yang tinggi menimbulkan kondisi yang tidak kondusif bagi industri dalam negeri. Artinya produksi minyak sawit domestik lebih banyak ditujukan sebagai komoditas ekspor. Hal tersebut terlihat melalui pertumbuhan konsumsi domestik oleh industri hilir terhadap minyak sawit bernilai negatif. Pada tahun 2009 pertumbuhan produksi minyak sawit domestik bernilai positif artinya terjadi peningkatan produksi dari tahun sebelumnya sebesar 10 persen. Begitu pula dengan pertumbuhan ekspor minyak sawit yang mencapai 18 persen. Konsumsi domestik bernilai negatif sehingga total produksi industri hilir pada tahun 2009 bernilai negatif. Hal tersebut dikarenakan laju pertumbuhan ekspor minyak sawit 18 persen lebih besar daripada laju pertumbuhan produksi minyak sawit domestik. Dengan demikian ekspor minyak sawit akan