Kebijakan Pemerintah Mengenai Minyak Sawit
30 melainkan sangat dipengaruhi oleh harga minyak hewani dan harga minyak sawit.
Elastisitas harga silang minyak nabati bersifat inelastis pada jangka pendek mengindikasikan perubahan harga minyak nabati berdampak kecil terhadap
penggunaan minyak sawit. Permintaan minyak sawit Amerika terhadap produksi minyak sawit Malaysia disebabkan oleh rendahnya produksi minyak sawit
domestik di Amerika dan ketersediaan minyak sawit Malaysia dengan harga yang lebih rendah.
Harfa 1996 melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Permintaan Tepung Terigu di Indonesia
menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu periode tahun 1983-1994. Data yang diperoleh ditabulasikan kemudian dianalisa dengan metode deskriptif
dan kuantitatif. Pengolahan data dilakukan dengan metode OLS menggunakan program komputer Shazam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan
struktur yang telah terjadi dalam permintaan tepung terigu di Indonesia, mengetahui keadaan faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap
permintaan tepung terigu beserta derajat kepekaannya. Pada analisis deskriptif disimpulkan bahwa permintaan tepung terigu mengalami peubahan konsumsi ke
bentuk olahan masyarakat telah mengalami perubahan selera dalam mengonsumsi tepung terigu. Pada analisa regresi digunakan enam variabel bebas
yaitu harga tepung terigu, harga beras, harga tepung tapioka, pendapatan per kapita, selera dan variabel dummy untuk membedakan keadaan resesi dan tidak
resesi. Dari hasil analisis regresi ini ternyata ke enam variabel tersebut dapat berpengaruh nyata pada fungsi permintaan tepung terigu pada taraf kepercayaan
90 persen dan 95 persen. Penelitian Basiron 2002, mengenai prospek permintan minyak sawit
sebagai bahan baku industri dan dampak kebijakan tarif dan non-tarif terhadap permintaan dan penawaran minyak sawit di Malaysia. Penelitian tersebut
menggunakan data time series dari tahun 1988-2007. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode kuantitatif dengan model ekonometrika
persamaan simultan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dibutuhkan intervensi pemerintah dalam bentuk subsidi untuk meningkatkan penggunaan minyak sawit
sebagai bahan baku dalam industri fatty acid, industri sabun dan deterjen, industri
31 lilin dan industri kosmetik. Pembatasan perdagangan dalam bentuk non-tarif yaitu
sertifikasi yang menjamin bahwa minyak sawit tidak terkontaminasi dengan radioaktif dianggap tidak efektif karena hal tersebut akan memperlambat
perdagangan antar negara dan tidak sesuai dengan liberalisasi perdagangan yang telah disetujui WTO World Trade Organization.
Novindra 2011 dalam penelitiannnya mengenai dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan
konsumen minyak sawit di Indonesia. Penelitian tersebut mengunakan data sekunder dari tahun 1980
–2007. Metode estimasi model yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 2SLS. Tujuan penelitian tersebut menganalisis faktor-
faktor yang memengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit di pasar domestik dan dunia kemudian mengevaluasi dampak kebijakan domestik dan
perubahan faktor eksternal terhadap kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia serta penerimaan devisa tahun 2003-2007. Peramalan dampak kebijakan
domestik terhadap kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia dan penerimaan devisa tahun 2012-2016. Model permintaan dan penawaran
merupakan sistem persamaan simultan, yang terdiri dari 3 blok perkebunan kelapa sawit, blok minyak sawit, dan blok minyak goreng sawit. Model yang telah
dirumuskan terdiri dari 39 persamaan atau 39 variabel endogen G, dan 46 predetermined variable terdiri dari 28 variabel eksogen dan 18 lag endogenous
variable, sehingga total variabel endogen dalam model K adalah 85 variabel. Kemudian diketahui bahwa jumlah variabel endogen dan eksogen yang termasuk
dalam satu persamaan tertentu dalam model M adalah maksimum 8 variabel. Berdasarkan kriteria order condition disimpulkan setiap persamaan struktural
yang ada dalam model adalah over identified. Hasil penelitian tersebut menunjukan harga minyak sawit domestik lebih responsif terhadap peubahan
jumlah permintaan minyak sawit domestik daripada permintaan ekspor minyak sawit, maka pengembangan industri hilir minyak sawit domestik seperti industri
minyak goreng sawit, oleokimia, sabun, margarin, dan biodiesel akan meningkatkan jumlah permintaan minyak sawit sehingga meningkatkan harga
yang diterima produsen minyak sawit domestik; kebijakan domestik berupa pembatasan ekspor minyak sawit dengan penetapan pajak ekspor minyak sawit
32 sebesar 20 persen dapat meningkatkan kesejahteraan netto yang lebih besar
dibandingkan dengan kebijakan kuota domestik peningkatan penawaran minyak sawit domestik dan kebijakan kuota ekspor; dan peningkatan kuota domestik
peningkatan penawaran minyak sawit domestik berdampak negatif bagi kesejahteraan netto. Hal ini dikarenakan peningkatan penawaran minyak sawit
domestik belum didukung dengan perkembangan industri hilir minyak sawit selain industri minyak sawit terlebih dahulu. Hal tersebut mengakibatkan
peningkatan penawaran minyak sawit domestik kemudian akan mengakibatkan penurunan harga minyak sawit dan harga minyak goreng sawit domestik.
Santoso 2011 dalam penelitiannya yang berjudul analisis penawaran dan permintaan kayu bulat: kebijakan pengaturan bahan baku untuk industri
pengolahan kayu primer menggunakan data time series Model dalam penelitian ini terdiri atas lima blok, yaitu: blok kayu bulat, blok kayu gergajian, blok kayu
lapis, blok pulp, dan blok pasokan-permintaan. Setiap blok akan terdiri atas beberapa persamaan yang secara keseluruhan akan berjumlah 28 persamaan, 23
diantaranya berupa persamaan struktural, sedangkan 5 persamaan lainnya merupakan persamaan identitas.
Lebih lanjut dalam setiap blok persamaan dibangun persamaan- persamaan yang menggambarkan perilaku penawaran, permintaan dan harga. Persamaan-
persamaan tersebut menggunakan asumsi bahwa semua pelaku ekonomi bertindak secara rasional sehingga akan memaksimumkan keuntungan. Dengan demikian
semua perilaku dari pelaku ekonomi akan dipengaruhi oleh dinamika perubahan dari harga-harga input dan output serta kebijakan yang berlaku. Selain itu dalam
setiap blok juga dikembangkan persamaan harga yang bertujuan untuk mempelajari selain integrasi antara pasar domestik dan internasional juga untuk
mempelajari integrasi 45 antara pasar bahan baku dengan pasar produk hilirnya. Söderholm dan Ejdemo 2008 dalam artikel penelitian Steel Scrap Markets
in Europe and the USA meneliti mengenai permintaan industri besi dan material bangunan. Dalam artikel tersebut dilakukan suatu analisis terhadap pasar
intenasional untuk skrap baja. Menggunakan data time series dengan metode LCA Life Cycle Assessment. Industri skrap baja menjadi sangat kompetitif dan dengan
ruang lingkup yang sangat kuat. Harga skrap baja ditentukan oleh permintaan dan
33 kekuatan pasokan dan pengaruh signifikan lingkup internasional pasar, turunan
permintaan untuk skrap baja akan dipengaruhi oleh tingkat produksi baja di sejumlah besar negara. Peran Cina di pasar skrap baja dunia meningkat secara
signifikan selama dekade terakhir, namun dalam hal konsumsi baja skrap, Amerika Serikat juga merupakan negara pemain besar mengingat ketergantungan
yang kuat pada intensifnya penggunaan skrap pada proses EAF. Menegaskan penelitian empiris gagasan elastisitas sendiri - harga yang relatif rendah pasokan
skrap yang dalam kombinasi dengan pendapatan -sensitive demand side- menghasilkan volatile pergerakan harga jangka pendek. Pengalaman dari sejarah
panjang produksi skrap dan penggunaannya menggambarkan bahwa pasokan memiliki penyesuaian secara spontan untuk peningkatan permintaan. Ini tidak
selalu berarti bahwa kebijakan publik sebagai langkah-langkah untuk memfasilitasi pengumpulan skrap daur ulang misalnya dari rumah tangga tidak
efisien secara ekonomi. Namun, setiap intervensi kebijakan yang tidak mengandalkan analisis perilaku pasar dan kinerja risiko menyebabkan lebih
berbahaya. Kebijakan publik diutamakan mampu mengatasi rintangan teknis dalam industri pengolahan skrap
–dasar melalui dukungan R D, jika lebih lanjut penggunaan akhir limbah menguntungkan, pasar akan muncul dengan sendirinya.
Supriyadi 2012
melakukan penelitian
dengan judul
dampak pengembangan biodiesel terhadap industri turunan kelapa sawit nasional. Tujuan
penelitian tersebut adalah menganalisis dampak pengembangan biodiesel dari kelapa sawit terhadap produk turunan kelapa sawit yang berbasis pangan. Data
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dari tahun 1999- 2009. Penelitian ini menggunakan model ekonometrika dengan membangun
model sistem persamaan simultan menggunakan metode 2SLS yang terdiri dari 20 persamaan struktural dan 1 persamaan identitas.
Penelitian ini melakukan beberapa skenario simulasi, skenario pertama yaitu dilakukan pengembangan biodiesel 20 persen mengakibatkan pada peubah
dominan yaitu kenaikan harga tandan buah segar 4.72 persen, konsumsi minyak sawit meningkat 24.99 persen, impor minyak diesel turun 5.83 persen, permintaan
minyak goreng sawit naik 8.43 persen dan permintaan margarin naik 10.36 persen. Kemudian skenario kedua yaitu pengembangan biodiesel 20 persen dan pajak
34 ekspor naik 10 persen berpengaruh positif terhadap peubah harga tandan buah
segar 5.09 persen dan konsumsi minyak sawit 25.81 persen, penurunan impor minyak diesel 5.85 persen dan kenaikan permintaan minyak goreng sawit dan
margarin sebesar 8.41 dan 9.46 persen. Skenario ketiga yaitu pengembangan biodiesel 20 persen dan harga minyak dunia 10 persen. Adapun respon harga
tandan buah segar naik 6.45 persen, konsumsi minyak sawit 11.40 persen, impor minyak diesel 2.19 persen dan produksi minyak goreng sawit naik 8.47 persen dan
permintaan margarin naik 7.64 persen. Skenario keempat yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, pengembangan biodiesel 20 persen dan penguatan nilai tukar
10 persen. Adapun respon harga tandan buah segar naik 6.01 persen, konsumsi minyak sawit 28.22 persen, impor minyak diesel turun 5.90 persen dan
permintaan minyak goreng sawit naik 8.35 persen dan permintaan margarin naik 9.81 persen.
Kurniadi 2013 melakukan penelitian mengenai dampak kebijakan penurunan tingkat suku bunga dan peningkatan penawaran minyak sawit terhadap
produksi fatty acid di Indonesia. Tujuan penelitian adalah mengetahui faktor- faktor yang memengaruhi produksi produk turunan minyak sawit di Indonesia
yaitu fatty acid. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk menganalisis dampak penurunan tingkat suku bunga dan kenaikan penawaran minyak sawit domestik
terhadap produksi, penawaran, permintaan dan harga dari komoditas komoditas fatty acid serta harga dan permintaan dari komoditas minyak sawit domestik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2SLS dengan model persamaan simultan. Hasil estimasi model yang diperoleh kemudian diuji dengan
uji statistik-F, uji statistik-t, uji ekonometrika yaitu uji statistik Durbin-Watson dan Dubin-h. Setelah model dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan simulasi
kebijakan dengan menggunakan software SAS 9.0 for Windows. Perubahan harga riil minyak sawit domestik, perubahan tingkat suku bunga dan teknologi
berpengaruh secara signifikan terhadap produksi fatty acid domestik. Penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 20 persen menyebabkan peningkatan terhadap
produksi fatty acid domestik, permintaan fatty acid domestik, penawaran fatty acid domestik. Penurunan suku bunga Bank Indonesia menyebabkan penurunan
terhadap harga riil fatty acid domestik, permintaan minyak sawit domestik dan