63 minyak goreng domestik hanya memberi sedikit perubahan terhadap permintaan
minyak sawit oleh industri minyak goreng Lampiran 18. Produksi minyak goreng domestik secara statistik signifikan memengaruhi
permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng. Artinya jika terjadi peningkatan produksi minyak goreng sebanyak 1 ton maka industri minyak
goreng akan meningkatkan permintaan terhadap minyak sawit sebanyak 0.302 ton. Permintaan minyak sawit industri minyak goreng tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap permintaan minyak sawit domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat dari permintaan
minyak sawit oleh industri minyak goreng domestik untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2. Hasil dan Pembahasan Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Margarin
Berdasarkan hasil respesifikasi model maka didapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan permintaan industri margarin terhadap minyak sawit
Indonesia. Permintaan minyak sawit oleh industri margarin dari model yang telah diduga ditentukan oleh harga riil minyak sawit domestik HRMSD, harga riil
margarin domestik tahun sebelumnya HRMRD
t-1
, dan produksi margarin domestik PMRD.
Semua tanda koefisien peubah penjelas sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan semula. Nilai uji statistik-F kurang dari taraf nyata 1 persen artinya
variabel harga riil minyak sawit domestik, harga riil margarin domestik, dan produksi margarin domestik secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
permintaan minyak sawit oleh industri margarin. Nilai uji statistik-t menunjukkan bahwa variabel harga riil minyak sawit
domestik dan produksi margarin domestik berpengaruh pada taraf nyata 1 persen terhadap permintaan minyak sawit oleh industri margarin. Dilihat dari R
2
-nya menunjukkan bahwa 87 persen keragaman permintaan industri margarin terhadap
minyak sawit domestik dapat dijelaskan oleh harga riil minyak sawit domestik, harga riil margarin domestik tahun sebelumnya, dan produksi margarin domestik.
Hasil uji multikolinearitas pada persamaan ini dilakukan dengan melihat nilai VIF Lampiran 7 dari masing-masing variabel, maka disimpulkan bahwa
64 tidak terjadi multikolinearitas yang serius. Berdasarkan uji LM-Test Breusch-
Godfrey nilai probabilitas Chi-Square 2 sebesar 0.0954 Lampiran 6 lebih besar dari taraf nyata 1 persen sehingga persamaan permintaan industri margarin
terhadap minyak sawit tidak terdapat masalah autokorelasi. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser Lampiran 8, nilai Prob. F3,16 sebesar 0.8209
lebih besar dari taraf nyata 1 persen artinya dalam persamaan tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Nilai uji normalitas Lampiran 9 dengan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan nilai Asymp. Sig. 1 tailed sebesar 0.307 lebih besar dari taraf nyata 1 persen hal tersebut menunjukkan
bahwa residual tersebar normal.
Tabel 25. Hasil Estimasi Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Margarin
Variabel Parameter Estimasi
Prob |T|
Intercept 84 910.36
0.0521 HRMSD
-241.315 0.0086
HRMRD
t-1
7.9561 0.4737
PMRD 1.106465
0.0000 R-squared: 0.870884
Prob |F|.0001 LM Test : 0.1533
Keterangan: Nyata pada taraf α = 1 Sumber: Data sekunder diolah 2014
Harga riil minyak sawit domestik signifikan memengaruhi permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng. Artinya, jika terjadi peningkatan harga
riil minyak sawit domestik sebesar 1 000 rupiah per ton maka industri margarin akan menurunkan permintaannya terhadap minyak sawit sebesar 241.315 ton.
Harga riil margarin domestik tahun sebelumnya secara statistika tidak signifikan memengaruhi permintaan minyak sawit oleh industri margarin. Hal
tersebut disebabkan nilai rata-rata laju perubahan harga riil margarin domesik tahun sebelumnya lebih besar dari nilai rata-rata laju perubahan permintaan
minyak sawit oleh industri margarin Lampiran 21. Artinya perubahan yang besar pada harga riil margarin domestik tahun sebelumnya tidak mampu mendorong
peningkatan permintaan minyak sawit oleh industri margarin domestik. Produksi margarin domestik secara statistika signifikan memengaruhi
perubahan permintaan industri margarin terhadap minyak sawit domestik. Artinya, jika terjadi peningkatan produksi margarin domestik sebanyak 1 ton maka industri
margarin akan meningkatkan permintaannya terhadap minyak sawit domestik sebesar 1.106 ton.
65
6.3. Hasil dan Pembahasan Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Sabun
Berdasarkan hasil respesifikasi model maka didapatkan model yang sesuai untuk menggambarkan permintaan industri sabun terhadap minyak sawit
Indonesia. Permintaan minyak sawit industri sabun dari model yang telah diduga ditentukan oleh harga riil minyak sawit domestik HRMSD, harga riil sabun
domestik tahun sebelumnya HRSBD
t-1
, produksi sabun domestik PSBD dan permintaan minyak sawit oleh industri sabun tahun sebelumnya DMSISB
t-1 .
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa semua tanda koefisien peubah penjelas sudah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan semula. Nilai uji
statistik-F kurang dari taraf nyata 1 persen artinya variabel harga riil minyak sawit domestik, harga riil sabun domestik tahun sebelumnya, produksi sabun domestik
dan permintaan minyak sawit oleh industri sabun tahun sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan minyak sawit oleh industri
margarin. Nilai uji statistik-t menunjukkan bahwa variabel harga riil minyak sawit
domestik berpengaruh pada taraf nyata 10 persen terhadap permintaan minyak sawit oleh industri sabun. Produksi sabun terhadap permintaan minyak sawit oleh
industri sabun berpengaruh pada taraf nyata 20 persen. Permintaan minyak sawit oleh industri sabun domestik tahun sebelumnya berpengaruh nyata pada taraf 1
persen. Dilihat dari nilai R
2
-nya menunjukkan bahwa 88.7 persen keragaman permintaan minyak sawit industri minyak goreng dapat dijelaskan oleh peubah-
peubah yang diperhitungkan di dalam model yaitu harga riil minyak sawit domestik, harga riil sabun domestik tahun sebelumnya, produksi sabun domestik
dan permintaan minyak sawit oleh industri sabun tahun sebelumnya. Hasil uji multikolinearitas pada persamaan ini dilakukan dengan melihat
nilai VIF Lampiran 11 dari masing-masing variabel, maka diketahui bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang serius. Nilai uji durbin h sebesar -0.693, nilai
tersebut berada di antara -1.96 sampai dengan 1.96, maka dalam persamaan tersebut tidak terdapat masalah autokorelasi. Uji heteroskedastisitas dilakukan
dengan uji Glejser Lampiran 12, nilai Prob. F4,15 0.0949 lebih besar dari taraf nyata 1 persen artinya dalam persamaan tersebut tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas. Nilai uji normalitas Lampiran 13 dengan One-Sample
66 Kolmogorov-Smirnov Test menunjukkan nilai Asymp. Sig. 1 tailed sebesar 0.388
lebih besar dari taraf nyata 1 persen sehingga residual tersebar normal.
Tabel 26. Hasil Estimasi Permintaan Minyak Sawit olrh Industri Sabun
Variabel Parameter Estimasi
Prob |T|
Intercept 63 933.91
0.0521 HRMSD
-486.931 0.0834
HRSBD
t-1
16.245 0.4737
PSBD 0.792
0.1089 DMSISB
t-1
0.810 0.0002
R-squared: 0.886921 Prob |F|.0001
Durbin h stat : -0.693 Keterangan:
Signifikan pada taraf α = 1 Si
gnifikan pada taraf α = 10 S
ignifikan pada taraf α = β0 Sumber: Data sekunder diolah 2014
Harga riil minyak sawit domestik signifikan memengaruhi permintaan industri sabun terhadap minyak sawit. Jika terjadi peningkatan harga riil minyak
sawit sebesar 1 000 rupiah per ton maka industri sabun akan menurunkan permintaannya terhadap minyak sawit sebanyak 486.931 ton.
Secara statistika harga riil sabun domestik tahun sebelumnya tidak signifikan memengaruhi perubahan permintaan minyak sawit oleh industri sabun.
Berdasarkan Lampiran 23, nilai rata-rata perubahan harga riil sabun domestik tahun sebelumnya lebih besar daripada nilai rata-rata perubahan permintaan
minyak sawit oleh industri sabun. Artinya perubahan besar pada harga riil sabun domestik tahun sebelumnya hanya memberi sedikit perubahan terhadap
permintaan minyak sawit oleh industri sabun. Produksi sabun domestik secara statistika signifikan memengaruhi
permintaan minyak sawit oleh industri sabun. Jika terjadi peningkatan produksi sabun sebesar 1 ton maka industri sabun akan meningkatkan permintaannya
terhadap minyak sawit sebanyak 0.792 ton. Permintaan minyak sawit industri sabun tahun sebelumnya signifikan
memengaruhi permintaan minyak sawit domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat dari permintaan minyak sawit oleh
industri sabun domestik untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.