Sejarah Kelapa Sawit Indonesia Jumlah Perusahaan dan Kapasitas Produksi Minyak Goreng

17 Tabel 8. Jumlah Industri dan Kapasitas Produksi Industri Minyak Goreng Tahun 2011 No Propinsi Jumlah Industri Unit Kapasitas tontahun Share 1 Sumatera Utara 15 2 480 297 34.42 2 Sumatera Barat 1 35 000 0.4 3 Riau 2 504 000 7 4 Jambi 1 1 030 0.02 5 Lampung 5 462 000 6.4 6 Sumatera Selatan 1 220 000 3 7 DKI Jakarta 10 1 276 655 17.7 8 Jawa Barat 7 686 160 9.5 9 Banten 1 143 640 2 10 Jawa Tengah 1 1 800 0.06 11 Jawa Timur 8 1 377 300 19.1 12 Kalimantan Barat 1 3 000 0.4 Jumlah 53 7 190 882 100 Sumber : CIC 2012a

b. Perkembangan Produksi Minyak Goreng Berbahan Baku Minyak Sawit

Produksi minyak goreng berbahan dasar minyak sawit mengalami penurunan dalam produksinya pada tahun 2007 dan 2008. Berdasarkan hasil penelitian hal ini terjadi antara lain dikarenakan tingginya jumlah ekspor bahan baku minyak sawit atau tingginya persaingan antara industri yang memproduksi minyak goreng. Tabel 9. Produksi Minyak Goreng Berbahan Dasar Minyak Sawit Tahun 2007-2011 Tahun Minyak Goreng ton Perubahan 2007 8 808 063 2008 8 228 000 -6.59 2009 6 545 000 -20.45 2010 8 654 900 32.23 2011 10 459 694 18.43 Sumber : CIC 2012a

c. Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng

Jumlah konsumsi didapatkan dengan menjumlahkan produksi dengan impor kemudian dikurangi dengan ekspor dengan demikian nilai konsumsi industri sama dengan jumlah suplai minyak sawit domestik. Suplai dianggap sebagai konsumsi dengan asumsi stok nasional sama dengan nol dan seluruh bahan baku habis dikonsumsi dalam tahun tersebut. Asumsi ini digunakan karena komoditas minyak sawit merupakan produk yang mudah rusak jika tidak segera diolah. Pendugaan konsumsi minyak sawit yang dibutuhan untuk memproduksi minyak goreng menggunakan asumsi perbandingan 1 ton minyak sawit sama dengan 0.6-0.7 ton minyak goreng. 18 Tabel 10. Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng Tahun 2007-2011 ton Tahun Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng 2007 5 319 848 2008 2 905 175 2009 2 174 965 2010 3 020 113 2011 5 371 458 Sumber: CIC 2012a Peningkatan konsumsi minyak goreng antara lain disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, semakin berkembangnya pabrik pengolahan minyak goreng dan meningkatnya unit usaha makanan yang memanfaatkan minyak goreng sebagai komposisi bahan bakunya.

2.3.2. Industri Margarin

Sejalan dengan perkembangan teknologi produksi, bahan baku yang digunakan oleh industri margarin tidak lagi memanfaatkan minyak kelapa melainkan minyak sawit. Tingginya permintaan dalam negeri maupun luar negeri memicu industri meningkatkan kapasitas produksi.

a. Jumlah Perusahaan dan Kapasitas Produksi Margarin

Komoditas margarin merupakan produk olahan makanan yang memanfaatkan minyak sawit sebagai bahan bakunya. Berdasarkan prosesnya margarin terbentuk dari minyak sawit pada fraksi padat yang disebut dengan stearin Suprihatini 2001. Saat ini terdapat 32 perusahaan yang turut serta dalam bisnis margarin dan shortening. Tujuh belas perusahaan diantaranya adalah produsen pemegang merek yang memiliki kapasitas dan memproduksi sendiri produk margarin ataupun shortening. Lima belas perusahaan lainnya adalah sebagai perusahaan impor yang mendatangkan produknya dari luar. Selain itu, ada pula perusahaan impor yang melakukan makloon sewa produksi ke perusahaan lokal PT. CIC 2011. Perkembangan produksi margarin sejalan dengan meningkatnya jumlah unit usaha roti dan kue di Indonesia. Berdasarkan Tabel 11, terdapat 17 industri margarin yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia dengan total kapasitas produksi 357 900 tontahun. 19 Tabel 11. Perusahaan dan Kapasitas Produksi Industri Margarin Tahun 2011 No. Provinsi Industri Margarin Share Kapasitas Produksi tontahun Share 1 DKI Jakarta 6 35.29 230 700 64.46 2 Jawa Barat 3 17.65 31 700 8.86 3 Jawa Timur 3 17.65 85 500 23.89 4 Jawa Tengah 1 5.88 900 0.25 5 Sumatera Utara 3 17.65 8 440 2.36 6 Sumatera Barat 1 5.88 660 0.18 Total 17 357 900 Sumber: Kementerian Perindustrian 2012 Industri margarin tersebar di 6 provinsi yakni, DKI Jakarta 6 perusahaan industri margarin dengan kapasitas produksi sebesar 230 700 tontahun dengan kontribusi produksi margarin terbesar yaitu 64 persen Tabel 11. Provinsi Jawa Timur terdapat 3 perusahaan industri margarin dengan kapasitas produksi sebesar 8 500 tontahun atau share industri turunan minyak sawit sebesar 17.65 persen dan share kapasitas kilang sebesar 2.36 persen.

b. Perkembangan Produksi Margarin Berbahan Dasar Minyak Sawit

Berdasarkan Tabel 12, produksi margarin berbahan baku minyak sawit selama lima tahun mengalami peningkatan tiap tahun sebesar 8 persen. Peningkatan ini antara lain dikarenakan meningkatnya jumlah permintaan industri boga yang memanfaatkan margarin sebagai bahan baku pembuatan roti dan kue Anita 2011. Tabel 12. Produksi Margarin Berbahan Dasar Minyak Sawit Tahun 2007- 2011 Tahun Produksi Margarin ton Laju 2007 458 481 2008 459 646 0.25 2009 420 450 -8.53 2010 567 300 34.93 2011 610 459 7.58 Rata-rata Pertumbuhan 8.56 Sumber : CIC 2012b Fluktuasi terhadap jumlah produksi margarin terjadi antara lain dikarenakan tingginya persaingan antar perusahaan kemudian ketersediaan bahan baku dalam negeri yang terbatas menjadi pertimbangan bagi perusahaan dalam menghasilkan produknya CIC 2011. 20

c. Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Margarin

Jumlah konsumsi didapatkan dengan menjumlahkan produksi dengan impor kemudian dikurangi dengan ekspor dengan demikian nilai konsumsi industri sama dengan jumlah suplai minyak sawit domestik. Suplai dianggap sebagai konsumsi dengan asumsi stok nasional sama dengan nol dan seluruh bahan baku habis dikonsumsi dalam tahun tersebut. Dalam` menduga konsumsi minyak sawit oleh industri margarin digunakan suatu asumsi yaitu untuk memproduksi 1 ton margarin membutuhkan 0.8 ton minyak sawit dan 0.2 ton bahan tambahan lainnya CIC 2012. Berdasarkan Tabel 13, diketahui bahwa konsumsi bahan baku oleh industri margarin digunakan pendekatan dengan jumlah konsumsi bahan baku dibagi dengan suplai minyak sawit domestik. Tabel 13. Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Margarin Tahun 2007-2011 Tahun Konsumsi Bahan Baku Industri Margarin ton 2007 285 260 2008 425 881 2009 434 563 2010 534 155 2011 487 957 Sumber : CIC 2012b Menurut penelitian INDOCOMMERCIAL, No.417-16 Mei 2010 industri- industri yang turut berkontribusi dalam pemakaian margarin antara lain industri roti, industri biskuit serta snack, margarin juga dikonsumsi oleh sektor industri lainnya seperti industri cokelat, perhotelan, jasa catering restoran, rumah tangga, industri makanan jajanan seperti martabak dan lain-lain. Konsumsi minyak sawit oleh industri margarin pada tahun 2007 hingga 2011 mengalami peningkatan Tabel 13. Peningkatan tersebut antara lain disebabkan oleh berkembangnya industri rotibakery, biskuit, snack dan lainnya karena industri-industri tersebut mendominasi pemanfaatan margarin. 2.3.3. Industri Sabun Mandi dan Sabun Cuci Pemanfaatan minyak sawit pada industri non pangan didominasi oleh industri sabun domestik. Dengan asumsi sabun mandi dan sabun cuci merupakan jenis sabun yang paling banyak dikonsumsi masyarakat. 21

a. Jumlah Perusahaan dan Kapasitas Produksi Sabun

Sabun sebagai produk turunan minyak sawit serta sebagai produk yang banyak dikonsumsi masyarakat. Sejalan dengan meningkatnya pendapatan dan gaya hidup masyarakat maka selera masyarakat dalam menggunakan sabun pun meningkat. Hal ini dimanfaatkan industri untuk meningkatkan inovasinya mengikuti selera konsumen. Dalam Tabel 14, diperlihatkan informasi mengenai perkembangan industri sabun mandi dan sabun cuci pada beberapa provinsi di Indonesia tahun 2011. Industri sabun sebagian besar berada di Pulau Jawa yaitu terdapat 33 industri dengan kapasitas industri total sebesar 335 848 ton terdiri dari 21 industri sabun mandi berkapasitas 278 230 ton dan 12 industri sabun cuci dengan kapasitas total 57 618 ton. Tabel 14. Perbandingan Kapasitas Produksi Industri Sabun Tahun 2011 No Propinsi Sabun Mandi tontahun Sabun Cuci tontahun Perusahaan Kapasitas Perusahaan Kapasitas 1 Sumut 2 11 400 6 39 200 2 Sumbar 1 600 3 7 250 3 Riau - - 2 14 200 4 Lampung 1 14 400 1 7 200 5 DKI Jakarta 6 72 100 2 21 000 6 Jawa Barat 5 58 500 4 41 268 7 Jawa Tengah 3 9 250 1 3 000 8 Jawa Timur 7 110 980 5 18 750 9 Kalimantan Barat - - 1 350 10 Sulawesi - - 1 900 Total 25 277 230 26 153 118 Sumber: CIC 2012a Berdasarkan penelitian Affudin 2007, pangsa pasar sabun merupakan yang terbesar ke-3 setelah minyak goreng dan margarin. Hal ini mengindikasikan penguasaan pasar oleh produk sabun cukup tinggi sehingga meningkatkan peluang pengembangan produk sabun berbahan baku minyak sawit.

b. Perkembangan Produksi Sabun Mandi dan Sabun Cuci di Indonesia

Penelitian ini menggabungkan dua jenis sabun yang paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu sabun mandi dan sabun cuci deterjen. Produksi sabun domestik sangat fluktuatif cenderung meningkat hal ini terlihat pada jumlah produksi tiap tahun. Berdasarkan Tabel 15, rata-rata laju produksi sabun berbahan baku minyak sawit adalah 46.63 persen per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa peluang pengembangan sabun berbahan baku minyak sawit memiliki prospek yang baik. Peningkatan produksi sabun sejalan dengan peningkatan jumlah 22 penduduk dan gaya hidup konsumen sehingga meningkatkan permintaan terhadap sabun mandi. Hal ini sesuai dengan teori bahwa faktor-faktor yang memengaruhi permintaan diantaranya adalah harga barang yang dimaksud, harga barang lain atau substitusi tingkat pendapatan, jumlah penduduk, selera, dan estimasi di masa yang akan datang Putong 2002. Tabel 15. Produksi Sabun Mandi dan Deterjen Berbahan Dasar Minyak Sawit Tahun 2007-2011 Tahun Produksi Sabun dan Deterjen ton 2007 455 727 2008 567 090 2009 500 000 2010 754 050 2011 873 215 Sumber : CIC 2012a

c. Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Sabun Mandi dan Sabun Cuci

Jumlah konsumsi didapatkan dengan menjumlahkan produksi dengan impor kemudian dikurangi dengan ekspor dengan demikian nilai konsumsi industri sama dengan jumlah suplai minyak sawit domestik. Suplai dianggap sebagai konsumsi dengan asumsi stok nasional sama dengan nol dan seluruh bahan baku habis dikonsumsi dalam tahun tersebut. Dalam menduga konsumsi minyak sawit oleh industri deterjen digunakan asumsi untuk menghasilkan 1 ton deterjen membutuhkan 1.82-2 ton minyak sawit. Konsumsi minyak sawit dalam penelitian ini merupakan total konsumsi oleh industri sabun mandi dan deterjen yang dihitung dalam satuan ton. Tujuan dalam penelitian ini adalah menghitung total minyak sawit yang digunakan industri sabun dan deterjen oleh karena itu satuan yang digunakan bukan berupa batang atau kemasan melainkan ton. Tabel 16. Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Sabun Mandi dan Sabun Cuci Tahun 2007-2011 Tahun Konsumsi industri sabun dan deterjen ton 2007 878 675 2008 683 439 2009 665 904 2010 717 101 2011 932 419 Sumber: Kementerian Perindustrian 2012

2.3.4. Industri Oleokimia

Industri oleokimia merupakan industri antara yang berbasis minyak kelapa sawit CPO dan minyak inti sawit PKO. Dari kedua jenis produk ini dapat