Produksi Minyak Sawit, Produksi Industri Hilir, dan Ekspor Minyak Sawit Indonesia
62 nilai tersebut berada di antara -1.96 sampai dengan 1.96, maka dalam persamaan
tersebut tidak terdapat masalah autokorelasi. Uji heteroskedastisitas Lampiran 3 dilakukan dengan uji Glejser, nilai Prob. F4, 15 sebesar 0.266 lebih besar dari
taraf nyata 10 persen artinya dalam persamaan tersebut tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. Nilai uji normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test menunjukkan nilai Asymp. Sig. 1 tailed sebesar 0.4605 lebih besar dari taraf nyata 10 persen hal tersebut menunjukkan bahwa residual tersebar normal.
Tabel 24. Hasil Estimasi Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng
Variabel Parameter Estimasi
Prob |T|
Intercept 1 848 812
0.0414 HRMSD
-2 074.789 0.1813
SHRMGD 62.988
0.8751 PMGD
0.302 0.0526
DMSIMG
t-1
0.44101 0.0636
R-squared: 0.717699 Prob |F| .0001
Durbin h stat : 1.590 Keterangan:
Nyata pada taraf α = 10 Nyata pada taraf α = 20
Sumber : Data sekunder diolah 2014
Harga minyak sawit domestik, secara statistik signifikan memengaruhi permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng pada taraf nyata 20 persen.
Artinya jika terjadi peningkatan harga minyak sawit sebesar 1 000 rupiah per ton maka industri minyak goreng akan menurunkan permintaannya terhadap minyak
sawit sebesar 2 074.789 ton. Selisih harga riil minyak goreng secara statistika tidak signifikan
memengaruhi permintaan industri minyak goreng terhadap minyak sawit. Berdasarkan Tabel 24, rata-rata laju perubahan selisih harga riil minyak goreng
domestik bernilai negatif. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori ekonomi dimana jika terjadi peningkatan harga output akan terjadi peningkatan permintaan input
oleh produsen industri hilir. Ketidaksignifikanan variabel selisih harga riil minyak goreng domestik
terhadap perubahan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng disebabkan pula oleh nilai rata-rata perubahan selisih harga riil minyak goreng
domestik lebih besar daripada nilai perubahan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng. Artinya perubahan yang besar pada selisih harga riil
63 minyak goreng domestik hanya memberi sedikit perubahan terhadap permintaan
minyak sawit oleh industri minyak goreng Lampiran 18. Produksi minyak goreng domestik secara statistik signifikan memengaruhi
permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng. Artinya jika terjadi peningkatan produksi minyak goreng sebanyak 1 ton maka industri minyak
goreng akan meningkatkan permintaan terhadap minyak sawit sebanyak 0.302 ton. Permintaan minyak sawit industri minyak goreng tahun sebelumnya
berpengaruh positif terhadap permintaan minyak sawit domestik. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat dari permintaan
minyak sawit oleh industri minyak goreng domestik untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.