Industri Oleokimia Konsumsi Minyak Sawit oleh Industri Sabun Mandi dan Sabun Cuci
27 kualitas komoditas berkaitan erat dengan insentif ekonomi untuk meningkatkan
kualitas komoditas. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia mengakibatkan ketersediaan dana
menjadi kendala utama untuk melanjutkan percepatan pembangunan perkebunan. Pada awal krisis, tidak sedikit perusahaan perkebunan menghadapi masalah
keuangan sehingga
terpaksa menghentikan
kegiatannya. Pembangunan
perkebunan sempat mengalami stagnasi bahkan pada beberapa kasus perkebunan besar mengalami kerusakan karena dijarah dan dirusak masyarakat. Permodalan
untuk perkebunan baik yang berasal dari masyarakat maupun lembaga keuangan, merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan perkebunan. Sejak
berlakunya Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan LoI antara Pemerintah Indonesia dan IMF, kredit lunak menjadi sangat terbatas. Sejak
saat itu, ketersediaan modal mengandalkan lembaga keuangan perbankan dan non perbankan dari dalam dan luar negeri dengan pola pengadaan dan penyaluran
sistem komersial. Tahun 2006 pemerintah mulai memberi perhatian terhadap permodalan
usaha perkebunan terkait dengan pengembangan industri hilir dalam meningkatkan nilai tambah pada komoditas sawit. Pemerintah mencanangkan
subsidi kredit investasi untuk sektor perkebunan kelapa sawit. Hal ini sesuai dengan Peraturan Kementerian Keuangan Nomor 117PMK.062006 yang
selanjutnya ditanggapi oleh Kementerian Pertanian melalui dikeluarkannya Peraturan Menteri Petanian Nomor 33PermentanOT.14072006 tentang subsidi
kredit untuk pengembangan usaha perkebunan kelapa sawit melalui revitalisasi perkebunan. Selanjutnya kebijakan ini untuk penyalurannya bekerjasama dengan
pihak perbankan melalui perjanjian Kerjasama Pendanaan antara Menteri KeuanganDirjen Perbendaharaan dengan 16 Bank Pelaksana PT Bank Rakyat
Indonesia, PT Bank Mandiri, PT BUKOPIN, PT BNI, PT BPD Sumatera Utara, BPD Sumatera Selatan, BPD Sumatera BaratBank Nagari, BPD Riau, BPD NAD,
BPD Papua, PT Bank Niaga, PT Bank Agro, Bank Mega, Bank Artha Graha, PT BII, dan BPD Kalimantan Timur .
Revitalisasi perkebunan yang dimaksudkan dalam upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi
28 tanaman perkebunan yang didukung kredit investasi perbankan dan subsidi bunga
oleh pemerintah. Selanjutnya pemerintah bekerjasama dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra dalam pengembangan
perkebunan, pengolahan produk hilir hasil perkebunan yang bernilai tambah dan pemasaran hasil. Pendanaan pembiayaan 100 persen berasal dari dana perbankan
dengan subsidi bunga dari pemerintah. Secara umum, pembiayaan investasi tergantung kepada adanya kredit dan
iklim usaha yang berlaku. Keperluan kredit pun tidak hanya terbatas kepada kreditpembiayaan investasi di on farm tetapi juga kepada investasi pada
pengolahan, perdagangan dan asuransi. Kebutuhan akan dana investasi dilatarbelakangi oleh adanya kepentingan untuk meningkatkan kapasitas produksi
suatu sektor dalam perekonomian. Dana investasi yang dibutuhkan berjumlah besar jika ingin menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan catatan
tidak ada masalah efisiensi dari suatu perekonomian dalam menggunakan barang modal. Kebijakan percepatan pembangunan perkebunan tidak terlepas dari
keberadaan sumber dana investasi, ketersediaan dana investasi dan tingkat bunga pinjaman untuk dana investasi.
Mencermati kondisi pembiayaan hulu sampai hilir perkebunan di atas, pembiayaan perkebunan untuk keperluan investasi dan modal kerja pembangunan
perkebunan dapat dikatakan masih lemah. Kelangkaan modal, sistem penyaluran biaya secara komersial, dan kurangnya perhatian dari lembaga keuangan terhadap
perkebunan merupakan kelemahan pembangunan perkebunan di Indonesia. Pembiayaan perkebunan juga masih dihadapkan pada permasalahan klasik
pembiayaan melalui kredit, yaitu masalah sumber dan akses kredit terutama untuk petani. Selain itu, daya saing investasi juga lebih lemah dibandingkan negara-
negara produsen komoditas perkebunan lainnya. Demi meningkatkan masuknya investasi di bidang industri pemerintah
menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2008 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan
untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu atau di daerah-daerah tertentu. Bentuk fasilitas yang diberikan berupa :