Fungsi derived demand Kerangka Teoritis

44 sederhana antara lain dengan menggunakan histogram residu, gambar probabilitas normal, dan uji Jarque-Bera Gujarati 2006. Dalam pembuatan model regresi linier berganda diperlukan pengujian secara statistik untuk mengetahui seberapa bagus model yang telah dibuat. Pengujian tersebut antara lain uji-F, uji-t, dan uji koefisien determinasi. Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas, sedangkan uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas. Adapun koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar keragaman variabel tidak bebas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di dalam model Gujarati 2006. Besaran nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1. R 2 sering secara informal digunakan sebagai statistika untuk kebaikan dari kesesuaian model goodness of fit, dan membandingkan validitas hasil analisis model regresi Juanda 2009, namun terdapat beberapa masalah dengan penggunaan R 2 , yaitu: 1. Semua hasil analisis statistika berdasarkan asumsi awal bahwa model tersebut benar, kita tidak memiliki prosedur untuk membandingkan spesifikasi alternatif; 2. R 2 sensitif terhadap jumlah peubah bebas dalam model; 3. Interpretasi dan penggunaan R 2 menjadi sulit jika suatu model diformulasikan mempunyai intersep = 0. Dalam kasus ini, nilai R 2 dapat diluar selang 0 sampai dengan 1. Nilai R 2 terkoreksi 2 mempunyai karakteristik yang diinginkan sebagai ukuran goodness of fit daripada R 2 . Jika peubah baru ditambahkan, R 2 selalu naik, namun 2 dapat naik atau turun. Penggunaan 2 menghindari dorongan peneliti untuk memasukkan sebanyak mungkin peubah bebas tanpa pertimbangan yang logis Juanda 2009.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang penting bagi perekonomian Indonesia. Minyak yang dihasilkan dari buah kelapa sawit yaitu minyak sawit CPO dan minyak inti sawit PKO merupakan komoditas ekspor dengan nilai ekonomi yang tinggi. Indonesia sebagai negara dengan jumlah ekspor 45 minyak sawit terbesar memiliki peranan memenuhi kebutuhan dunia akan minyak nabati oleh karena itu Indonesia perlu melakukan inovasi dalam mengembangkan produk hilir sawit. Pada tahun 2009 terjadi penurunan ekspor minyak sawit Indonesia Tabel 1. Penurunan ekspor ini mengindikasikan bahwa konsumsi minyak sawit domestik meningkat yang disebabkan oleh berkembangnya industri hilir minyak sawit dalam negeri. Adapun produk hilir pangan dan non-pangan yang menjadi fokus pemerintah saat ini adalah minyak goreng, margarin, sabun, dan fatty acid. Berdasarkan uraian di atas, maka analisa antara variabel permintaan minyak sawit diduga melalui model persamaan tunggal dengan analisis regresi linear berganda untuk menduga faktor-faktor yang memengaruhi permintaan industri minyak goreng, margarin, sabun, dan fatty acid terhadap minyak sawit Indonesia. Adapun variabel yang dipakai dalam persamaan ini terbatas pada harga input, harga output, dan jumlah produksi barang. Data-data mengenai produksi dan konsumsi yang diperoleh ditabulasikan dan dideskripsikan menurut teori ekonomi. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak sawit dianalisa dengan metode Ordinary Least Square OLS. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan minyak sawit dan besarnya pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan minyak sawit industri hilir kelapa sawit di Indonesia. Hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan yang menjadi hasil penelitian kemudian diperlukan saran sebagai solusi yang tepat bagi industri hilir kelapa sawit dalam upaya memperluas pangsa ekspor minyak sawit. Secara konseptual analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan minyak sawit industri hilir dijelaskan dalam Gambar 4.