Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 39
Kegiatan 1
1. Apakah yang dimaksudkan dengan “Pengakuan Iman Rasuli” dan “Dasa Titah” itu? Dapatkah kamu menyebutkannya di luar kepala?
2. Bagaimana konsep “menjadi murid Yesus” dipahami di lingkungan gerejamu? Apa kriteria yang digunakan? Dalam Mat. 7: 21, Tuhan Yesus
berkata, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan
kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Kata-kata-Nya ini menunjukkan betapa iman harus menjadi nyata dalam perbuatan kita sehari-hari. Apabila kita
mengaku bahwa kita adalah murid-murid Kristus, maka pengakuan itu harus diperlihatkan dalam buah-buah yang baik. Seperti yang dikatakan
Tuhan Yesus,
“Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik.
Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik” Mat.
7:17-18.
3. Menurut kamu, apa kaitan ucapan Tuhan Yesus di atas dengan pembahasan kita mengenai keterlibatan gereja dan orang Kristen dalam menolong orang
lain? Coba diskusikan masalah ini dengan temanmu sebangku, lalu tuliskan hasilnya pada bagian di bawah ini:
…………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
……………………….……………………………………………………
C. Gereja yang Melayani
Apa yang kita bahas pada bagian A dan B di atas menunjukkan dengan jelas bahwa konsep menjadi murid Yesus sangat erat hubungannya dengan konsep
melayani sesama. Perjuangan menegakkan hak asasi manusia adalah salah satu upaya yang harus dilakukan gereja dan semua orang Kristen sebagai suatu
bentuk pelayanan.
Sejak awal pertama gereja terbentuk, orang-orang Kristen perdana telah memahami betapa pentingnya tugas pelayanan gereja. Gereja perdana
mengangkat tujuh orang diaken, atau pelayan meja -- Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, untuk melayani para janda
yang terabaikan Kis. 6:1-6.
40 Kelas IX SMP
Janda adalah sebutan untuk seorang perempuan yang
suaminya telah meninggal. Di masa kini sebutan itu juga
diberikan kepada mereka yang bercerai “janda cerai”.
Dalam masyarakat Yahudi saat itu, seorang perempuan
yang menikah akan masuk ke dalam keluarga suaminya, dan
terputus hubungannya dengan keluarganya sendiri. Setelah
suami mereka meninggal dunia, sering sekali
mereka tidak mendapatkan warisan.
Kalaupun ada sangat sedikit. Akibatnya, kehidupan mereka sangat menderita.
Itulah sebabnya gereja sangat peduli terhadap kehidupan para janda ini. Sebagai janda-janda dari kelompok
orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani kaum Yahudi helenis mereka mengalami minoritas ganda dari masyarakat Yahudi pada umumnya. Mereka
adalah orang-orang Yahudi helenis yang dianggap sebagai warga kelas dua. Ditambah lagi mereka janda, karena itulah mereka menjadi sangat tidak
berarti.
Dalam Mat. 25:40, Tuhan mengajarkan agar kita peduli kepada orang-orang yang tersisihkan. Ia mengatakan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
Para rasul tentu mengingat pesan dan ajaran Tuhan Yesus. Karena itulah, gereja perdana memberikan perhatian khusus kepada para janda dari kelompok
Yahudi helenis ini. Para rasul memahami benar bahwa iman yang mereka beritakan harus dinyatakan dalam perbuatan mereka dalam bentuk kasih
kepada orang-orang yang membutuhkannya.
Apa yang dilakukan gereja perdana dengan Perjamuan Kasih, sebetulnya juga merupakan suatu bentuk pelayanan bagi orang-orang yang kekurangan.
Ketika setiap warga jemaat membawa makanan di dalam kebaktian mereka, lalu berbagi dan makan bersama, maka orang-orang yang miskin juga dapat makan
makanan yang selama ini mungkin hanya dapat dinikmati oleh orang-orang kaya. Dengan cara ini, ajaran Tuhan Yesus tentang kasih diwujudkan secara
nyata dalam praktik hidup sehari-hari dengan berbagi.
Di masa kini gereja memahami bahwa orang-orang yang tersingkir dan tersisihkan itu bukan hanya para janda. Karena itu, pelayanan gereja pun menjadi
Sumber: Dok. Kemdikbud Gambar 4.2 Ketujuh diaken pertama lukisan Fra
Angelico.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 41
semakin luas seperti yang dilakukan oleh beberapa gereja melalui kegiatan- kegiatan bakti sosial kepada masyarakat.
Kegiatan 2
1. Coba sebutkan hal-hal apa saja yang sudah dan dapat dilakukan oleh gereja kamu bagi orang-orang yang menderita? Daftarkanlah di bawah ini:
…………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………… 2. Tuhan Yesus pernah ditanyai oleh Yohanes Pembaptis, benarkah Dia itu
orang yang dijanjikan Allah akan datang? Yesus menjawab pertanyaan itu demikian,
“Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta
menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik” Mat. 11:4-5.
Menurut kamu, apakah ada hubungan antara pelayanan gereja dengan kabar sukacita yang dihadirkan oleh Tuhan Yesus seperti yang Ia katakan
kepada Yohanes?
…………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
D. Gereja yang Bersaksi
Pernahkah kamu mendengar kata “bersaksi”? Menurut kamu, apakah arti kata itu? Di gereja, seringkali “kesaksian” diberikan dalam bentuk penceritaan
kembali pengalaman seseorang yang menggambarkan bagaimana Tuhan telah bekerja di dalam hidupnya, menolongnya menghadapi suatu peristiwa yang
berat. Misalnya, kesaksian dari seseorang yang baru saja sembuh dari sakit. Kesaksian seseorang yang kehilangan pekerjaan, namun kemudian berhasil
mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dapat pula berupa kesaksian tentang seseorang yang baru saja menjadi Kristen.
Apa yang baru saja dibahas di atas tentang gereja dan pelayanannya tidak lain adalah kesaksian gereja tentang kasih Allah bagi dunia ini. Dalam
istilah bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani, kesaksian diterjemahkan menjadi marturia. Dari kata ini kemudian dikenal istilah “martir” atau “syuhada”,
yaitu orang yang mati syahid, meninggal karena imannya.
42 Kelas IX SMP
Dalam Kis. 6:9-7:60 kita menemukan kisah tentang kematian Stefanus sebagai martir. Sungguh menarik bila kita melihat bahwa kisah ini muncul
langsung setelah kisah pengangkatan Stefanus sebagai diaken atau pelayan gereja untuk tugas-tugas sosialnya. Tampaknya ada kaitan yang sangat erat
antara diakonia dengan marturia, antara pelayanan dan kesaksian. Mengapa demikian? Brian Stone, seorang teolog Amerika, mengatakan,
“Kesaksian kepada syalom Allah yang kelak disebut orang Kristen sebagai ‘penginjilan’ … dilahirkan dari persilangan kenabian antara
pengharapan dan ketidakpuasan, undangan dan konfrontasi, daya tarik dan subversi. Sungguh suatu kerugian besar bagi penginjilan di
zaman kita, ketika kesaksian itu kehilangan jangkarnya dalam imajinasi sosial kenabian Yahudi ini dan di dalam visi penuh pengharapan yang
sepenuhnya berisifat sosial, mengarah kepada dunia ini, yang historis, terarah kepada materi, dan merujuk kepada kedamaian.”
Dengan penjelasan di atas, Stone ingin menunjukkan bahwa pelayanan sosial yang dilakukan oleh gereja perdana tidak dapat dilepaskan dari visi
kenabian di masa Perjanjian Lama tentang masyarakat yang adil yang Allah kehendaki. Itulah sebabnya para diaken melayani orang-orang miskin dan
para janda yang terlupakan. Di satu pihak mereka memberikan pengharapan kepada banyak orang yang selama ini tertindas. Namun yang menjadi masalah
ialah bahwa hal ini dapat dianggap mengganggu tatanan masyarakat yang sudah terbentuk selama ini. Pertama-tama, semakin banyak orang-orang yang
bergabung dengan gereja perdana. Bukan hanya itu, sebab di antara mereka yang ikut bergabung juga terdapat “sejumlah besar imam menyerahkan diri
dan percaya” Kis 6:7. Hal ini tentu mencemaskan orang-orang Yahudi yang menolak Yesus.
Selain itu, tampaknya kehadiran orang-orang helenis juga membangkitkan pertanyaan, apakah mereka harus menjadi Yahudi terlebih dahulu ataukah
mereka dapat langsung menjadi Kristen? Saat itu, orang-orang Kristen masih dianggap sebagai bagian dari umat Yahudi. Karena itu, ketika semakin banyak
orang-orang helenis bergabung dan tidak dituntut untuk menjadi Yahudi terlebih dahulu, muncullah kegelisahan di kalangan para pemuka Yahudi
bahwa para pemimpin Kristen ini merusakkan kaidah-kaidah keagamaan umat Yahudi. Hal ini akan dibahas lebih jauh di Kelas X, namun untuk sementara
ini, kita perlu mencatat bahwa para pemimpin Yahudi merasa risau dengan perkembangan kelompok yang baru ini, para pengikut Yesus.
Dalam Kisah 6:11 dikatakan, “Kami telah mendengar dia mengucapkan kata-kata hujat terhadap Musa dan Allah.” Tuduhan para pemimpin Yahudi ini
tampaknya merujuk kepada ajaran yang berkembang di kalangan orang-orang helenis, bahwa mereka dapat langsung menjadi Kristen tanpa harus menjadi
Yahudi terlebih dahulu. Hal inilah yang dianggap sebagai hujat terhadap Musa
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 43
dan Allah. Ajaran Stefanus dianggap telah melecehkan ajaran Taurat yang selama ini menduduki tempat yang utama dalam kehidupan seorang Yahudi.
Itulah sebabnya, “mereka mengadakan suatu gerakan di antara orang banyak serta tua-tua dan ahli-ahli Taurat; mereka menyergap Stefanus, menyeretnya
dan membawanya ke hadapan Mahkamah Agama” Kis. 6:12. Akibatnya, Stefanus ditangkap, diadili, dan dirajam sampai mati. Stefanus pun menjadi
martir Kristen pertama.
E. Pelayanan Sosial Gereja dan Tantangannya