30 Kelas IX SMP
Pada kenyataannya kita harus mengakui bahwa seringkali gereja gagal mewujudkan dirinya komunitas seperti yang dicita-citakan oleh Tuhan Yesus.
Kita dapat menemukan banyak sekali contoh dari kehidupan sehari-hari tentang gereja yang tidak mempraktikkan apa yang diberitakannya tentang
Yesus yang mendamaikan seluruh umat manusia. Sebaliknya, gereja justru terlibat dalam pembangunan sekat-sekat yang menimbulkan kecurigaan dan
permusuhan satu sama lain.
E. Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. dan Perjuangannya
Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. 1929-1968, seorang pendeta Gereja Baptis, adalah seorang tokoh pejuang hak asasi manusia dari Amerika Serikat.
Ia berjuang untuk hak-hak orang-orang kulit hitam yang tidak dianggap sebagai manusia yang setara dengan orang-orang kulit putih, karena mereka
adalah keturunan budak. Seseorang yang dilahirkan dari pasangan campuran, akan melahirkan keturunan yang selamanya dianggap “cacat”, karena darah
pasangan yang berkulit hitam. Ini disebut sebagai “Aturan Setetes Darah”. Artinya, bila ada setetes saja darah orang kulit hitam pada diri seseorang,
maka hal itu akan membuatnya tidak layak digolongkan sebagai orang kulit putih.
Pada masa itu, orang-orang kulit hitam dilarang masuk ke tempat-tempat umum, restoran-restoran yang disediakan khusus untuk orang-orang kulit
putih. Gereja mereka pun dipisahkan oleh warna kulit mereka. Ada gereja- gereja yang dikhususkan untuk orang kulit putih yang tidak boleh dimasuki
oleh orang kulit hitam. Bila mereka naik bus, mereka harus duduk di belakang. Apabila ada orang kulit putih yang naik ke dalam bus itu, mereka
harus berdiri dan memberikan tempat duduk mereka kepada orang itu, meskipun misalnya yang naik itu seorang laki-laki muda yang sehat dan kuat,
dan orang kulit hitam itu seorang perempuan tua renta dan sakit. Padahal sebagian besar orang Amerika Serikat beragama Kristen. Mengapa terjadi
pemisahan dan diskriminasi seperti itu, yang mestinya
sudah dihapuskan oleh gereja perdana?
Pada suatu malam yang dingin di kota Montgomery,
Alabama, Amerika Serikat, pada bulan Desember 1955,
seorang perempuan kulit hitam yang bernama Rosa
P a r k s m e n o l a k u n t u k menyerahkan kursinya di
bus kepada orang kulit putih
6XPEHUZZÀLFNUFRP Gambar 3.3 Rosa Parks di bus yang tersegregasi di
Montgomery
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 31
yang baru naik. Hari itu ia sangat lelah setelah bekerja seharian di sebuah toko. Karena itu ia menolak untuk berdiri. “Kamu tidak mau berdiri?” tanya
sang sopir. Rosa Parks menatap lurus pada wajahnya dan berkata, “Tidak.” “Kalau begitu,” kata Blake, sopir itu, “saya akan lapor ke polisi dan kamu
akan ditahan.” Dan Parks menjawab perlahan, “Silakan.”
Parks ditahan dan didenda 10. Hal ini kemudian memicu gerakan antidiskriminasi besar-besaran di seluruh AS. Pdt. Dr. Martin Luther King,
Jr., mengorganisasikan sebuah boikot bus yang kemudian menyebar di seluruh wilayah selatan AS. Selain itu, Pdt. King juga menggerakkan gereja
dan orang-orang kulit hitam untuk melawan undang-undang yang menjadikan mereka bukan warga negara. Pada 28 Agustus 1963, ia mengadakan “Mars di
Washington”, sebuah unjuk rasa untuk menuntut hak-hak orang kulit hitam untuk pekerjaan dan kemerdekaan. Unjuk rasa ini diikuti antara 200.000
hingga 250.000 orang, kebanyakan orang kulit hitam, tetapi juga ada beberapa ribu orang kulit putih yang bersimpati dengan perjuangan mereka.
Pdt. King berulang kali menerima ancaman akan dibunuh. Rumahnya beberapa kali dibom orang yang membenci dia. Namun King tetap berpegang
pada prinsipnya untuk berjuang tanpa menggunakan kekerasan. Ia bertekad untuk menggunakan cara-cara damai agar orang-orang kulit hitam memperoleh
hak-hak mereka yang setara. Bagaimana Pdt. King dapat memperoleh kekuatan yang begitu hebat? Ternyata dalam hidupnya Pdt. King sangat tekun berdoa.
Beberapa doanya dapat dicantumkan di sini: “Tuhan, karuniailah kami kekuatan tubuh untuk terus berjuang demi kemerdekaan. Tuhan, berikan kami
kekuatan untuk tetap tidak menggunakan kekerasan, meskipun kami mungkin menghadapi maut.”
Dalam sebuah doanya yang lain, Pdt. King mengatakan, “Tuhan, singkirkanlah segala kepahitan dari hatiku, dan berikan aku kekuatan dan
keberanian untuk menghadapi bencana apapun yang mungkin menimpa aku.” Prinsip antikekerasan yang diberlakukan Pdt. King didasarkan pada
ajaran Tuhan Yesus yang mengatakan, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi
kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Mat. 5:39. Tentu tidak mudah memberlakukan ajaran ini di dalam kehidupan kita.
Pdt. King dibunuh pada 4 April 1968 oleh orang yang membencinya. Namun menjelang ajalnya, King berkata, “Saya memaafkan orang itu.” Perjuangan
Pdt. King pada tahun 1950-an hingga 1960-an itu baru terlihat buahnya ketika Barrack Obama, seorang berdarah campuran kulit putih ibunya dan
Afrika ayahnya, terpilih menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat terpilih pada tahun 2008. Semua ini rasanya tidak mungkin terjadi apabila Pdt. King
tidak berjuang untuk hak-hak asasi orang-orang kulit hitam. Ini pun tidak mungkin terjadi, apabila Pdt. King tidak terinspirasi oleh ajaran Tuhan Yesus.
32 Kelas IX SMP
Kegiatan 6
1. Bagaimana kehidupan gereja kamu sendiri? Apakah anggota-anggota gereja kamu menunjukkan kesetiaan dan ketekunan mereka dalam berdoa?
Apakah mereka rela mengorbankan waktu dan hidup mereka bagi Tuhan? Kalau ya, coba sebutkan contoh-contohnya Kalau tidak, apa sebabnya?
Diskusikan pertanyaan-pertanyaan ini dengan temanmu sebangku, lalu tuliskan jawaban kamu di bawah ini
…………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
2. Menurut kamu, untuk apa Gereja hadir di dunia? Dengan cara apakah kita menyatakan Injil Tuhan kepada orang lain? Mengapa kamu mengatakan
demikian? Diskusikan masalah itu dengan teman kamu sebangku ……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
F. Penilaian