Gereja yang Tidak Membeda-Bedakan

28 Kelas IX SMP Kegiatan 4: Mengadakan Perjamuan Kasih Perjamuan Kasih dapat diadakan sebagai bagian dari suatu kebaktian. Banyak gereja yang menyelenggarakannya sebagai bagian dari kebaktian Jumat Agung, atau kebaktian Kamis Putih, pada malam sebelum Jumat Agung. Seringkali kebaktian dilangsungkan seperti biasa, lalu setelah kebaktian selesai, seluruh jemaat ikut serta dalam Perjamuan Kasih. Setiap anggota gereja diharapkan membawa suatu jenis makanan tertentu yang biasa mereka siapkan di rumah. Jumlahnya tidak perlu banyak-banyak, melainkan cukup untuk dua atau tiga orang saja. Ketika makanan ini dikumpulkan, maka jumlahnya menjadi banyak sekali, dan semua orang dapat makan dengan cukup, bahkan juga termasuk mereka yang mungkin tidak mampu membawa apa-apa untuk dibagikan dalam Perjamuan Kasih. Perjamuan Kasih dapat diadakan dengan sederhana, sebagai sebuah makan bersama, dengan diawali dengan doa pengucapan syukur. Setelah itu setiap orang mengambil makanan untuk dimakannya, sesuai dengan kebutuhannya, sambil mengingat orang lain yang juga akan ikut serta makan.

D. Gereja yang Tidak Membeda-Bedakan

Kisah Para Rasul melukiskan kehidupan umat Kristen perdana yang indah. Mereka tidak egois melainkan membagi-bagikan harta mereka kepada semua orang dan hidup dengan secukupnya, sehingga setiap orang dapat hidup dengan kecukupan. Tidak mengherankan apabila dalam ay. 47 dikatakan bahwa “… mereka disukai semua orang”. Orang-orang yang bukan Kristen, yang ada di sekitar mereka dan melihat kehidupan kelompok baru ini, tampak senang dengan mereka. Tidak mengherankan apabila setiap hari semakin banyak orang yang bergabung dengan kelompok ini. Dalam Perjamuan Kasih ini tergambar persekutuan yang sangat erat dan mendalam antara orang-orang Kristen perdana. Tidak ada pembeda-bedaan di antara mereka. Orang-orang dari kelas atas bergabung dengan mereka yang dari kelas bawah. Orang seperti Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari rumah tuannya, disapa sebagai anak dan buah hati oleh Rasul Paulus Surat Filemon. Dalam Galatia 3:28, Paulus mengatakan, “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Sekat-sekat yang memisahkan manusia berdasarkan ras Yahudi dan Yunani, kelas hamba dan orang merdeka, maupun jenis kelamin laki-laki dan perempuan, kini dihapuskan oleh kasih Yesus Kristus yang mendamaikan kita semua. Ini sebuah pernyataan yang luar biasa Pada abad-abad pertama – bahkan sampai abad ke-20 sekalipun, kita masih sering menemukan pembeda- bedaan ini di dalam masyarakat. Orang seringkali menghina dan melecehkan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 29 sesamanya berdasarkan perbedaan-perbedaan ras dan kelompok etnis. Padahal kita semua adalah manusia ciptaan Tuhan yang sama. Di dalam masyarakat, kita masih sering menemukan orang-orang yang menjauhkan diri dari orang lain yang dianggap tidak setara atau sederajat dengannya. Coba saksikan bagaimana pembagian kelas itu tampak dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang dari kelas bawah mungkin hanya dapat berbelanja di pasar-pasar yang tradisional, yang seringkali kotor dan becek, sementara mereka yang dari kelas atas lebih suka berbelanja di pasar swalayan karena lebih bersih, kering, dan terang-benderang. Pembagian ini tercipta bukan hanya karena para pembeli yang berbeda kekuatan daya belinya, melainkan juga karena tempat-tempat seperti pasar swalayan, mal-mal yang besar di kota-kota besar di negara kita seolah-olah memang dibuat untuk mereka yang dari kelas atas. Kita juga menyaksikan bagaimana masyarakat kita membeda-bedakan laki- laki dan perempuan. Di berbagai perusahaan dan kantor, misalnya, perempuan mendapatkan hanya setengah atau dua-pertiga gaji daripada yang diterima laki-laki, meskipun tugas dan pekerjaan mereka sama. Di banyak keluarga, anak-anak perempuan belum dapat menikmati kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan dibandingkan dengan saudara-saudara laki-laki mereka. Dengan demikian, ketika Paulus mengatakan bahwa di dalam Kristus tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani, hamba atau orang merdeka, laki- laki ataupun perempuan, maka persekutuan gereja, mestinya menjadi sebuah komunitas yang ideal, cerminan manusia yang dibebaskan, dipersatukan, dan diperdamaikan oleh Yesus Kristus. Kegiatan 5 Bagaimana dengan pengalaman kamu sendiri dengan gerejamu? Apakah kamu merasakan bahwa gereja kamu mencerminkan persekutuan yang digambarkan oleh Paulus, yang telah meruntuhkan sekat-sekat pemisah antara orang-orang yang ada di dalamnya? Tidak ada lagi sekat-sekat antara orang Yahudi dan Yunani dalam konteks sekarang mungkin antara orang Kristen lama dan Kristen baru, antara hamba dan orang merdeka antara yang miskin dan yang kaya, antara laki-laki dan perempuan? Coba tuliskan pengamatan kamu terhadap gerejamu ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… 30 Kelas IX SMP Pada kenyataannya kita harus mengakui bahwa seringkali gereja gagal mewujudkan dirinya komunitas seperti yang dicita-citakan oleh Tuhan Yesus. Kita dapat menemukan banyak sekali contoh dari kehidupan sehari-hari tentang gereja yang tidak mempraktikkan apa yang diberitakannya tentang Yesus yang mendamaikan seluruh umat manusia. Sebaliknya, gereja justru terlibat dalam pembangunan sekat-sekat yang menimbulkan kecurigaan dan permusuhan satu sama lain.

E. Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. dan Perjuangannya