Kerajaan Sorga dalam Pemberitaan Yesus

50 Kelas IX SMP Kalau kamu seorang Kristen, seharusnya kamu mempunyai sebuah kewarganegaraan lain, yaitu warga negara Kerajaan Sorga. Pernahkah kamu mendengar ungkapan tersebut? Apakah artinya itu? Diskusikanlah pertanyaan ini dengan teman kamu sebangku, dan tuliskan jawaban kamu di bawah ini: ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................

B. Kerajaan Sorga dalam Pemberitaan Yesus

“Kerajaan Sorga”, yang sering pula disebut sebagai “Kerajaan Allah”, adalah inti pemberitaan Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya di muka bumi. Dalam Matius 9:35 dikatakan, “ Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.” Istilah “Kerajaan Sorga” sebetulnya sama saja dengan istilah “Kerajaan Allah” yang lebih banyak digunakan oleh Markus dan Lukas dalam Injil mereka dibandingkan dengan Matius. Nah, apakah arti “Kerajaan Sorga” atau “Kerajaan Allah” itu sebenarnya? Apakah ini suatu tempat di sorga kelak yang disediakan untuk para pengikut Yesus? Apakah ini sama dengan suatu pemerintahan tertentu di dunia? Atau dengan gereja tertentu? Dalam Lukas 17:21, Tuhan Yesus mengatakan bahwa “… sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu.” Apakah maksudnya ini? Graeme Goldsworthy, seorang teolog Australia, secara sederhana PHQGH¿QLVLNDQ.HUDMDDQ6RUJDVHEDJDL³XPDWOODK\DQJDGDGLWHPSDWOODK dan dipimpin oleh pemerintahan Allah.” Dengan kata lain, Kerajaan Sorga itu bukan suatu tempat yang ada di sorga. Bukan pula suatu wilayah tertentu di muka bumi, melainkan suatu keadaan ketika sekelompok orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan bertindak sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Hal ini menjadi jelas ketika kita membaca dalam Mat. 7:21 yang memuat kata-kata Tuhan Yesus, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” Jadi, sekelompok orang Kristen dalam sebuah gereja dapat saja tidak mencerminkan hidupnya sebagai warga Kerajaan Sorga apabila mereka tidak menjalankan kehendak Bapa yang di sorga. Misalnya, mereka bertengkar PHOXOXVDOLQJPHPEHQFLVDOLQJPHORQWDUNDQ¿WQDKEDKNDQGDSDWMDGLSXOD saling berkelahi dan membunuh. Jelas semua ini bertentangan dengan kehendak Bapa di sorga. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan, “Jika hidup keagamaanmu Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 51 tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Mat. 5:20 Sebaliknya, mungkin pula ada orang yang kata-katanya menolak apa yang diinginkan oleh Tuhan, namun dalam hidupnya ternyata mencerminkan kehendak Tuhan. Tuhan Yesus menceritakan sebuah perumpamaan demikian: 28 “Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. 29 Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. 30 Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. 31 Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?” Jawab mereka: “Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah Mat. 21:28-31. Perumpamaan ini menceritakan kepada kita kisah dua orang kakak-beradik. Yang pertama menyatakan bersedia membantu ayahnya di ladang, namun ternyata ia tidak pergi. Anak yang kedua menolak pergi, namun kemudian ia menyesal dan pergi juga. Anak yang sulung seringkali diartikan sebagai orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Mereka mengaku mau melaksanakan kehendak Allah di sorga, namun pada praktik hidup mereka sehari-hari malah mereka tidak melakukannya. Anak yang kedua, seperti dalam kisah perumpamaan “Anak yang Hilang” Luk. 15:11-32, adalah orang-orang bukan Yahudi yang menolak melaksanakan kehendak Allah di sorga, namun kemudian menyesal dan bertobat serta melaksanakannya di dalam hidupnya. Dari perumpaaan ini kita dapat menyimpulkan bahwa sekadar berkata “ya” kepada Tuhan, namun tidak menjalankan kehendak-Nya tidaklah cukup. Sekadar mengaku percaya namun tidak melaksanakan perintah-perintah Tuhan, tidaklah cukup. Kegiatan 2: 1. Bagaimana pemahaman kamu tentang “Kerajaan Sorga” sebelum pelajaran ini? Apakah sama dengan apa yang dibahas di sini? Kalau berbeda, coba jelaskan bagaimana …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 2. Pernahkah kamu menemukan orang-orang yang berkata “ya” kepada Tuhan, tetapi tidak menjalankan apa yang Ia kehendaki, dan sebaliknya 52 Kelas IX SMP berkata “tidak” kepada Tuhan, namun ternyata mewujudkan kehendak Tuhan di dalam hidupnya? Kalau ya, siapakah mereka? Coba jelaskan apa yang terjadi …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… 3. Berkaitan dengan pertanyaan no. 2 di atas, bagaimana dengan hidup kamu sendiri? Cara hidup manakah yang lebih banyak kamu ikuti apakah cara si anak sulung, ataukah cara si anak bungsu? …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………

C. Ciri-Ciri Kehidupan Warga Kerajaan Sorga