Doa Penutup Pendahuluan Kucing di Biara

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 77 3. Kuutus ‘kau kepada yang tersisih, kar’na hatinya dirundung sendu, sebatang kara, tanpa handai taulan, Kuutus ‘kau membagi kasih-Ku. 4. Kuutus ‘kau, tinggalkan ambisimu, padamkanlah segala nafsumu, namun berkaryalah dengan sesama. Kuutus ‘kau; bersatulah teguh. 5. Kuutus ‘kau mencari sesamamu yang hatinya tegar terbelenggu, ‘tuk menyelami karya di Kalvari. Kuutus ‘kau mengiring langkah-Ku. Coda: Kar’na Bapa mengutus-Ku, Kuutus ‘kau. Syair: So Send I You; E. Margaret Clarkson 1915-2008, Terjemahan: Tim Nyanyian GKI, 1990, Lagu: John W. Peterson 1921-2006

J. Doa Penutup

Murid-murid mengucapkan doa berikut ini bersama-sama: Usiklah kami, Tuhan Usiklah kami, Tuhan, apabila kami terlalu puas dengan diri kami sendiri Ketika mimpi-mimpi kami telah menjadi kenyataan Sebab ternyata mimpi-mimpi kami terlalu sedikit, Bila kami telah tiba dengan selamat, Karena kami berlayar terlalu dekat ke pantai. Usiklah kami, Tuhan, apabila Dengan kelimpahan yang kami miliki Kami kehilangan rasa haus kami akan air kehidupan; Ketika kami jatuh cinta dengan kehidupan, Kami telah berhenti untuk memimpikan kekekalan Dan dalam upaya-upaya kami untuk membangun dunia baru, Kami telah membiarkan visi kami tentang Langit yang baru menjadi pudar. Usiklah kami, Tuhan, agar kami menjadi lebih berani, Berlayar di lautan terbuka yang lebih jauh Ketika badai membuktikan kuasa-Mu; 78 Kelas IX SMP Ketika kami kehilangan pandangan akan daratan, Dan kami menemukan bintang-bintang, Kami meminta Engkau untuk mendorong ke belakang Cakrawala pengharapan kami; Dan mendorong ke depan Dalam kekuatan, keberanian, pengharapan, dan kasih. Doa Sir Francis Drake – 1577 Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 79 Gereja yang Memperbarui Diri Bahan Alkitab: Mazmur 104:30; Yesaya 43:19-20; Yosua 24; 2 Korintus 5:17

A. Pendahuluan Kucing di Biara

Setiap malam kepala biara dan murid-muridnya mengadakan doa malam, dan setiap kali kucing di biara itu selalu datang mengganggu mereka. Karenanya kepala biara menyuruh mereka mengikat kucing itu setiap kali waktu doa tiba. Setelah kepala biara meninggal dunia, kucing itu terus diikat setiap kali waktu doa tiba. Ketika kucing itu mati, para murid mencari seekor kucing yang lain dan dibawa ke dalam asrama dan diikat untuk memastikan bahwa perintah-perintah kepala biara ditaati pada setiap kali waktu berdoa tiba. Berabad-abad kemudian berlalu, dan murid-murid kepala biara menulis tulisan-tulisan ilmiah tentang makna keagamaan dalam mengikat seekor kucing pada saat berdoa. Kegiatan 1 1. Menurut kamu, apakah tujuan mengikat kucing di asrama pada saat berdoa di asrama? Mengapa para murid tetap mengikat kucing setelah kepala biara meninggal dunia? Mengapa kebiasaan ini tetap dilanjutkan setelah kucing itu mati? …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… ………………………….………………………………………………… ……………………………………………………………...……………… 2. Apa arti cerita ini bagi kehidupan gereja kamu sehari-hari? …………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………… ………………………….………………………………………………… …………………………………………………………...………………… Bab VII 80 Kelas IX SMP

B. Gereja dan Tradisi