Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 127
yang damai. Mengampuni atau memaafkan orang lain bukanlah hanya sekadar bersabar serta menahan diri karena tidak mempunyai kekuatan untuk membalas
apa yang dilakukan orang lain. Lebih dari itu, saat kita pun memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membalas dendam kita juga tidak melakukannya.
Inilah panggilan rekonsiliasi yang didasarkan kepada panggilan luhur, yang seharusnya diajarkan oleh semua agama. Dengan landasan kesetaraan dan
kesederajatan, serta usaha untuk saling percaya dan memahami pihak lain, maka akan terjalin suatu hubungan dan keterbukaan, untuk menemukan
FDUDGDQMDODQWHUEDLNDJDUNRQÀLNDQWDUDJDPDGDSDWGLDWDVLVHKLQJJDSDGD gilirannya dapat menciptakan suatu kehidupan bersama yang penuh damai.
Kegiatan 3: Diskusi
Diskusikan dengan teman sebangkumu 1. Apa yang harus menjadi landasan dalam menyatakan perdamaian antarumat
beragama? 2. Kalau semua agama mengajarkan cinta kasih dan perdamaian, mengapa
dapat terjadi banyak kerusuhan dan perang antaragama? 3. Apakah agama tampak berfungsi di lingkunganmu? Kalau tampak, apa
yang kamu lihat? Mengapa demikian? 4. Apa peranan agama Kristen di lingkunganmu?
5. Sebutkan contoh konkret yang dapat dilakukan remaja untuk menciptakan perdamaian antaragama
6. Buatlah rencana tentang mewujudkan perdamaian antarumat beragama yang akan dilakukan
E. Dialog untuk Perdamaian
Sebagai warga gereja, kita banyak terlibat dialog dengan orang lain yang berbeda suku, agama, ras, dan antargolongan, karena dalam hidup sehari-
hari kita bertemu dan bergaul dengan mereka. Dialog pun bermanfaat untuk mewujudkan perdamaian. Bahkan dialog adalah salah satu sarana yang paling
baik untuk membangun perdamaian.
Dalam melakukan dialog, ada empat hal yang harus diperhatikan. a Pertama, kita memerlukan pendalaman tentang isi kepercayaanagama
kita sendiri. Kita perlu menghayati dengan mendalam pemahaman kita tentang pokok-pokok iman Kristen kita, tradisi gereja kita dan lain-lain
yang berkaitan dengan kekristenan atau agama kita sendiri. b Kedua, kita memerlukan pemahaman tentang agama orang lain dan kehidupan mereka
di dalam menjalankan keyakinannya. c Ketiga, kita harus bersikap saling menghormati tanpa memandang latar belakang, dan tak peduli dengan jumlah
umat kita atau jumlah umat agama lain. Bila jumlah kita lebih besar, kita
128 Kelas IX SMP
tidak boleh menyombongkan diri karena jumlah itu. Bila jumlah kita lebih kecil, kita tidak perlu merasa rendah diri karenanya. d Keempat, dialog tidak
berarti merelatifkan kebenaran Injil atau membawa kita kepada sinkretisme.
Dialog bayak diselenggarakan di tingkat-tingkat yang lebih luas seperti nasional dan internasional, karena orang semakin memahami pentingnya
dialog untuk mencapai perdamaian. - Pertama, upaya membangun kesejahteraan tidak dapat terlaksana dengan
mengabaikan keberadaan orang lain. Masalah-masalah kehidupan di sekitar kita yang semakin kompleks adalah masalah bersama. Kepercayaan
kita kepada Allah, pertama-tama harus membuat kita mengakui dengan rendah hati bahwa pluralitas masyarakat adalah karunia Tuhan untuk
dikembangkan dengan maksimal melalui dialog. Dialog akan membuka perspektif baru dalam menjalankan komitmen keagamaan.
- Kedua, adalah tepat untuk mengupayakannya di kalangan pemuda. Sebab pemuda memiliki potensi besar untuk membangun masa depan bersama
yang lebih dinamis, terbuka dan penuh kemungkinan. - Ketiga, kalau agama-agama ingin tetap berperan di dalam memberi arah
terhadap pembangunan bangsa, maka dialog adalah cara yang tepat untuk menggalang potensi. Tanpa dialog, kehidupan akan semakin terpecah-pecah
dan pada gilirannya akan membuat agama diabaikan oleh masyarakat.
- Keempat, dialog bukan saja sarana untuk makin saling mengenal, melainkan membuat kita makin mengenal jati diri kita sendiri.
Kekhawatiran bahwa dialog akan menyinggung perasaan orang lain membuat kita enggan untuk berdialog. Kekhawatiran lain secara tidak disadari
ialah kita takut seandainya yang kita percayai itu tidak benar, kita khawatir jangan-jangan kepercayaan kita menjadi goyah.
Halangan terbesar dari upaya dialog untuk mengembangkan toleransi ini adalah anggapan bahwa agama lain pasti tidak sesuai atau cocok dengan
agama saya. Memang semua agama tidak sama. Setiap agama muncul dan bertumbuh dalam situasi dan latar sejarahnya yang unik, sehingga isi ajarannya
pun menjadi unik.
Sungguh keliru bila kita mengatakan bahwa semua agama sama saja. Bahkan setiap aliran dalam sebuah agama tertentu pun berbeda-beda dengan
aliran yang lainnya. Itulah sebabnya ada Kekristenan yang Protestan, tetapi juga Katolik, Pentakosta, Baptis, Adentis, dan lain-lain. Di dalam Islam pun
demikian, ada Sunni, Syiah, Ahmadiyah, Tarekat, dan lain-lain.
Perbedaan-perbedaan ini juga tidak terlepas dari tafsiran orang terhadap ayat-ayat kitab suci dan penghayatan orang akan iman mereka. Perbedaan
tafsir tidak mungkin diseragamkan, karena setiap orang memandang teks kitab sucinya dengan latar belakang budaya, pendidikan, politik, ekonomi dan strata
sosial yang berbeda-beda. Masalah perbedaan penafsiran agama tersebut,
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 129
dapat menjadi masalah ketika ada pihak-pihak tertentu yang menganggap bahwa pendapatnya, dan penafsirannyalah yang paling benar, sementara yang
lain salah.
Karena itu kita harus memulai dialog kita dengan pemahaman bahwa ada banyak perbedaan di antara agama-agama, tetapi ada juga hal-hal yang sama,
yang dapat menjadi titik temu dalam kepelbagaian yang ada. Dalam setiap agama, bahkan setiap aliran agama, ada hal-hal yang khas, yang partikular.
Tetapi, sekaligus ada juga hal-hal yang umum, atau hal-hal yang disebut sebagai hal yang universal. Perbedaan-perbedaan yang ada itu justru akan
menjadi positif bila kita memahaminya sebagai sebuah kekayaan, seperti warna-warni yang indah pada sebuah pelangi.
Toleransi beragama tidak bertujuan untuk menghilangkan nilai-nilai kekhasan agama, karena hal itu tidak mungkin terjadi. Penghilangan perbedaan,
pemaksaan keseragaman di antara pemeluk agama justru merupakan tindakan sewenang-wenang dan melanggar hak asasi manusia. Untuk menghadapi
perbedaan-perbgedaan tersebut, yang perlu ditekankan adalah nilai-nilai yang bersifat universal, misalnya nilai keadilan, kemanusiaan, kesetaraan, kebaikan,
kejujuran, kasih kepada sesama.
Kegiatan 4: Membuat Puisi Tentang Harapan untuk Hidup Damai
Buatlah sebuah puisi atau pantun tentang harapanmu mengenai hidup bersama di dalam damai. Puisi minimal tujuh baris
Judul Puisi Pantun
........................................................................................................ ........................................................................................................
........................................................................................................ ........................................................................................................
........................................................................................................
130 Kelas IX SMP
Sumber : Dok. Kemdikbud Gambar 10.1 Perdamaian dan toleransi adalah kebutuhan semua manusia.
Kita harus berdamai dengan diri sendiri, dengan sesama dan dengan Tuhan.
F. Merawat Perdamaian Merajut Toleransi