122 Kelas IX SMP
juga sering terjadi suasana yang tidak damai dan intoleran. Dalam sejarah dapat ditemukan banyak bukti bahwa agama sering menjadi penyebab suatu
peperangan, dengan korban yang cukup banyak. Bab ini akan memaparkan realitas ketidakdamaian dan sikap intoleransi, selanjutnya belajar dari
Alkitab mengenai keadaan tersebut. Kemudian akan diupayakan mencari dan mengembangkan solusi agar remaja dapat mengembangkan perdamaian dan
sikap toleransi.
Kegiatan 1: Presentasi Tugas
Gurumu akan memberikan kesempatan kepada kamu untuk mempresentasikan tugas yang telah diberikan sejak pertemuan sebelumnya mengenai kasus-kasus
intoleransi yang menyebabkan keadaan tidak damai. Kegiatan presentasi ini dapat dilanjutkan dengan diskusi bersama yang akan difasilitasi oleh guru.
B. Agama adalah Anugerah Tuhan
Agama pada dasarnya adalah respons manusia terhadap anugerah Tuhan. Iman Kristen mengajarkan bahwa Allah telah bekerja di dalam hidup kita
dengan mengaruniakan keselamatan dan damai sejahtera melalui karya Yesus Kristus. Karena itulah, kita pun terpanggil untuk menghadirkan kesejahteraan
bagi sesama kita. Baik atau buruk pengaruh agama dalam masyarakat tergantung dari bagaimana cara manusia menanggapi anugerah Tuhan
tersebut. Oleh karena itu, sebagai bentuk ucapan syukur atas anugerah Allah maka manusia harus melaksanakan ajaran agama yang menghadirkan cinta
kasih Tuhan dalam relasi dengan Tuhan dan sesama.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta, yang berasal dari akar kata a yang berarti “tidak” dan gama yang berarti “bercampur” atau “kacau”. Jadi,
agama artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam
hidupnya. Kata “agama” dalam bahasa Inggris yaitu religion, berasal dari bahasa Latin religare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya, setiap
orang yang bereligi atau beragama adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci, dan karena itu seyogyanya senantiasa
bersikap hati-hati dengan sesuatu yang dianggap suci.
Dalam mewujudkan perdamaian antarumat beragama, pluralisme atau kemajemukan harus dipahami sebagai semangat untuk menghargai keyakinan
agama sendiri dan sejalan dengan itu menghormati keyakinan agama lain. Penganut agama lain tidak dilihat sebagai musuh, lawan atau saingan.
Sebaliknya, mereka adalah teman sekerja, saudara, sesama yang memiliki tujuan yang sama, yakni kesejahteraan manusia dan alam ciptaan Allah.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang mempersatukan, mengikat dan memelihara eksistensi suatu masyarakat yang damai, pada saat
yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai kekuatan yang
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 123
mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan perdamaian suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan menyalahkan keberadaan pemeluk agama lain.
Terdapat dua EHQWXNNRQÀLN\DQJEHUVXPEHUSDGDDJDPD\DLWX
a. Perbedaan doktrin dan sikap mental yang memandang bahwa hanya agama yang dianutnyalah yang memiliki kebenaran claim of truth sedangkan
yang lain sesat, atau setidaknya kurang sempurna. Klaim kebenaran inilah \DQJPHQMDGLVXPEHUPXQFXOQ\DNRQÀLN\DQJEHUODWDUEHODNDQJDJDPD
b. Masalah mayoritas dan minoritas kelompok agama. Dalam suatu masyarakat yang majemuk atau plural, masalah mayoritas dan minoritas
VHULQJNDOLPHQMDGLIDNWRUSHQ\HEDEPXQFXOQ\DNRQÀLNVRVLDO0D\RULWDV sering menindas atau menekan minoritas dalam hal menjalankan ibadah
masing-masing.
Bagi umat Kristen, perdamaian adalah panggilan iman. Perdamaian yang dikehendaki adalah:
a. Perdamaian yang otentik dan dinamis. Artinya, perdamaian yang kita
usahakan dan kembangkan bukanlah sekadar “asal damai”, melainkan damai yang benar-benar keluar dari hati yang tulus dan murni.
b. Ada kaitan antara perdamaian dan kebebasan. Artinya, perdamaian harus terpancar dalam kebebasan, bukan perdamaian yang dipaksakan dan justru
melumpuhkan dan mematikan kebebasan. Perpaduan antara kedua hal ini disebut tanggung jawab. Kebebasan
beragama tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan apa saja, melainkan harus dilakukan dengan bertanggung jawab. Salah satu tujuan tanggung jawab
itu adalah menjaga dan memelihara kesejahteraan hidup bersama sebagai tugas dan tanggung jawab semua umat beragama.
Agama pada dasarnya bertujuan untuk menghadirkan damai dan sejahtera bagi hidup manusia. Dalam kekristenan kita beriman kepada Allah karena
karya pendamaian-Nya melalui Yesus Kristus, yang seharusnya mendorong kita untuk terus-menerus membangun perdamaian dengan sesama kita. Orang
Kristen harus sadar bahwa ketika hubungan damai dengan Allah secara vertikal dibangun, maka pada saat yang sama seharusnya hubungan damai
dengan sesama secara horisontal juga dikembangkan.
C. Perdamaian dalam Perspektif Alkitab dan Teologis