121 M enelusuri Jejak Ahlusunnah Wal-Jama’ah di I ndonesia Perkembangan Aswaja di Indonesia memiliki sejarah panjang yang tidak bisa

C. 121 M enelusuri Jejak Ahlusunnah Wal-Jama’ah di I ndonesia Perkembangan Aswaja di Indonesia memiliki sejarah panjang yang tidak bisa

dilepaskan dari sejarah Islam itu sendiri. Karena dalam catatan sejarah khususnya sejarah Islam Indonesia, ajaran Islam hadir di Indonesia ini bukan hanya paham Sunni yang sebagian besar pengikut Aswaja, tetapi juga sejarah Islam juga mencatat kehadirnya faham Syiah. Dijelaskan bahwa faham syiah di Indonesia dibawa oleh penganut Syiah Islamiah yang bersumber dari persiah dan tersebar di pedalaman India sampai perbatasan Bukhara dan Afghanistan. Bukti riil kehadiran Syiah karena pengaruhnya di Indonesia munculnya dalam mit os akan datangnya Imam Mahdi dari keturunan Ali Bin Ali Thalib. Di Pariaman Sumatera Barat dikenal istilah “tabut ” yang dibuat dari tandu. Pada setiap 10 Asyura, diusung beramai-ramai sambil menyebut

Aceng Abdul Aziz Dy dkk, Islam Ahlussunnah Waljama’ah di Indonesia; Sejahtera, Pemikiran dan Dinamika Nahdlatul Ulama, Pustaka Ma’arif NU, 2006.

“oyak osen” (Hasan-Husen) yaitu dua nama cucu Rasulullah dan garis keturunan Ali dan Fatimah.

Namun, paham Syiah tidak mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia, masyarakat lebih tertarik dan lebih memilih paham sunni. Itulah kemudian menjadi salah sebab paham sunni dengan aspek sufistiknya sangat cepat menyebar dan menjadi dominan di Indonesia. Tidak jauh beda dengan tingkat penerimaan masyarakat terhadap mashab syafii yang sekarang ini menjadi salah satu mashab yang paling kuat mengakar dalam kultur masyarakat Indonesia.

Keberhasilan paham Sunni menyebar dengan cepat di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran besar yang dimainkan oleh Wali Sanga. Peran penting Wali Songo telah mengubah dan membangun akidah masyarakat melalui gerakan kulturalnya sehingga Islam diterima dengan penuh kedamaian. Gerakan Wali Songo kemudian menjadi kiblat banyak organisasi keagamaan, diantaranya yang paling konsisten adalah Nahdlatul Ulama, suatu organisasi Islam yang terbesar di Indonesia. Sampai kini konsistensinya pada gerakan kult ural tetap menjadi warna istimewa NU dalam memantapkan misi sosial dan keagamaannya.

Dalam pengertian yang sangat sederhana, paling tidak terdapat dua pemahaman yang bisa menjelaskan soal Aswaja. Pertama, dalam kaca mata sejarah Islam, istilah ini muncul karena counter-discours membaiknya paham mu’t azilah, terutama masa Abbasiyah. Kemudian melahirkan dua tokoh yang sangat menonjol Abu Hasan Al- Asy’ari (260 H -330 H) di Bashrah dan Abu Mansur Al Maturidi di Samarkand. Meskipun pada taraf tertentu kedua tokoh ini seringkali berbeda pendapat, namun mereka bersama-sama bersatu dalam membendung kuatnya hegemoni paham Mu’tazilah, kemudian mengkristal menjadi sebuah gelombang pemikiran keagamaan yang sering di ahl-Al-Sunnah wa al-Jama’ah dan popular dengan sebutan Aswaja.

Kedua , istilah Aswaja Populer di kalangan umat Islam, terutama di dasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, At -Tirmidzi dan Ibn Majah dari Abu Hurairah yang menegaskan bahwa umat Yahudi akan terpecah menjadi 72 golongan dan umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan. Semua golongan tersebut masuk dalam neraka, kecuali satu golongan yaitu orang-orang yang mengikuti Rasulullah dan para sahabatnya. Dalam pandangan As-Syihab Al-khafaji dalam Nasam ar-Riyadh, bahwa golongan yang dimaksudkan adalah Al-Sunnah wa al-Jama’ah.

Melalui pesantren-pesantren yang menyebar di berbagai daerah, paham Aswaja tetap menjadi kuat. Bahkan dalam catatan sejarah islam Indonesia, dari pesantrenlah sesungguhnya Wali Songo lahir dan kemudian menyebarkan islam dengan gaya khas santri. Kalau dilihat dari awal hadirnya pesantren di tanah air, dalam sejarah di catat bahwa pada akhir abad ke-18 telah lahir pesntren dengan tokoh sentralnya yang sangat berwibawa Maulana Malik Ibrahim (w. 1419 M). Awalnya tidak hanya menjadi media pengajaran tekstual yang mewujudkan diri sebagai sebagai lembaga pendidikan, tetapi pesantren sejak awal menjadi tempat penyelesaian problem masyarakat

Selanjutnya, dari Gerakan Wali Sanga ini kemudian lahir organisasi Islam terbesar di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Nahdlt ul Ulama (NU) yang didirikan tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Spesifikasi kaum Nahdliyyin yang sangat menonjol adalah sikap kebersamaan yang tinggi dengan masyarakat di sekelilingnya. Kaum Nahdlyyin merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat . Mulai dari Selanjutnya, dari Gerakan Wali Sanga ini kemudian lahir organisasi Islam terbesar di Indonesia yang lebih dikenal dengan nama Nahdlt ul Ulama (NU) yang didirikan tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. Spesifikasi kaum Nahdliyyin yang sangat menonjol adalah sikap kebersamaan yang tinggi dengan masyarakat di sekelilingnya. Kaum Nahdlyyin merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat . Mulai dari

Penulis buku ini sangat fasih sekali menjelaskan dan menceritakan bagaimana gerakan Aswaja di Indonesia membangun nilai-nilai kebersamaan dan moderat terhadap setiap perbedaan yang ada. Lebih khusus lagi bagaimana penulis buku ini sangat cermat mengulas lahirnya NU dan kemudian menggambarkan peran besar yang dimainkan oleh NU sampai sekarang. Hal terpenting buku lebih mengingatkan kita pada peran besar yang pernah dilaksanakan oleh NU, termasuk agenda strategis NU untuk bangsa dan agama masa depan. Dalam hal ini konsistensinya pada agama, dan tentu tidak melupakan agenda kebangsaan sebagaimana konsistensi NU pada NKRI. Bahkan NU sejak awal sudah menegaskan sikapnya, bahwa NKRI sudah final bagi Indonesia.