I nfiltrasi Abdullah bin Saba’

B. I nfiltrasi Abdullah bin Saba’

Biang keladi timbulnya fitnah di kalangan umat Islam ialah Abdullah bin Saba’, pendeta agama Yahudi berasal dari Persia yang pura-pura masuk Islam. Sesudah memeluk Islam, dia datang ke M adinah pada masa akhir pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, tahun 30 H, dengan harapan akan mendapatkan sambutan dan penghargaan dari khalifah. Ternyata harapan tersebut meleset dari angan-angannya. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa Abdullah bin Saba’ masuk Islam memang bertujuan hendak merusakkan Islam dari dalam.

Dia kemudian membenci khalifah Utsman, karena tidak memberikan sambutan yang diharapkan, melancarkan propaganda anti khalifah dan menyanjung-nyanjung Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Propaganda Abdullah bin Saba’ ini mendapatkan sambutan dan dukungan sebagian masyarakat ketika itu, seperti di kota Madinah sendiri, Mesir, Kufah, Basrah, dan lain-lain, karena khalifah Utsman menghilangkan cincin stempel Nabi Muhammad SAW dan suka mengangkat jabatan-jabatan penting negara dari kalangan sukunya sendiri, yait u orang-orang Bani Umayah. Abdullah bin Saba’ sangat berlebih-lebihan dalam mengagung-agungkan Sayyidina Ali, berani membuat hadis-hadis maudhu, untuk memujanya dan merendahkan martabat khalifah Abu Bakar, Umar, dan terutama Utsman. Dia mengatakan dalam tubuh Sayyidina Ali itu terdapat unsur ketuhanan yang menitis padanya, sehingga dia menget ahui segala yang gaib. Propaganda Abdullah bin Saba, itu tampak sekali terpengaruh dari kepercayaan orang-orang

persia terhadap Kisro sebagai berikut. 54

“Karena sesungguhnya orang-orang Persia it u t elah-t erbiasa pada kekuasaan Kisro Persia, mengagungkan dan menyucikan keluarga Kisro. Dan sesungguhnya darah Kisro bukanlah sejenis darah manusia biasa. Tat kala mereka it u masuk Islam ment ant ang kepada M uhammad SAW sepert i pandangan mereka t erhadap Kisro. Dan memandang keluarga Nabi sepert i pandangan mereka t erhadap keluarga Kisro. Tat kala Nabi M uhammad SAW wafat maka yang paling berhak menggant inya adalah keluarganya sendiri.”

54 Amin, Dluha, Juz III., hlm. 209.

Selanjutnya diperjelas oleh Abduh, mengenai peranan Abdullah bin Saba’ sebagai berikut: 55

55 Abduh, Risalah, hlm. 12.

“Diantara orang-orang yang berusaha keras menyebarkan fit nah adalah Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang baru saja masuk Islam. Dia berlebih-lebihan mencint ai Sayyidina Ali KW , dia beranggapan bahwa Allah SW T t elah menit is pada diri Sayyidina Ali. Dia mulai mendakwakan bahwa Ali yang lebih berhak menjadi khalifah. Untuk it u, dia menyerang khalifah Ut sman dengan sengit nya, sehingga akibat nya dia dibuang. Kemudian dia pergi ke Basrah, dan di sana dia menyebarluaskan fit nah pula. M aka khalifah Ut sman menyuruh pergi dari Basrah. Dia kemudian pergi ke Kufah, lalu pergi ke negeri Syam. Di sana dia tidak memperoleh apa yang diinginkan. Kemudian dia pergi ke M esir. Di sana dia memperoleh banyak pengikut at as fit nahnya itu, sehingga t erjadilah apa yang t elah kami sebut kan di at as. Kemudian pada masa khali fah Ali, dia menyebarkan lagi ajaran-ajarannya, sehingga khalifah Ali membuangnya ke M ada’in. Namun demikian, ajaran-ajaran Abdullah bin Saba’ ini merupakan kuman bagi persengket aan di kemudian hari bagi golongan-golongan yang sangat fanat ik. Sesungguhnya apa yang diperbuat Abdullah bin Saba’ suat u t indakan kebencian kepada Islam, bukan kecintaan kepada Ali RA. Sebab dia masuk Islam merupakan t ipu muslihat belaka. Unt uk it u dia memperoleh penghargaan dari orang-orang Yahudi. Sepert i it u pulalah sikap sebagian orang-orang M ajusi Persia yang pura-pura Islam dan fanat ik kepada Sayyidina Ali dan kaum kerabat Nabi M uhammad SAW . Sebenamya, mereka bert ujuan menghancurkan Islam dan membinasakan pemerint ahannya dengan cara memecah belah diant ara sesama Islam.”

Sebagai orang Yahudi, Abdullah bin Saba’ berselubung pura-pura masuk Islam dengan beberapa kepentingan. Dia berkepentingan mencari fasilitas pribadi kepada khalifah Utsman bin Affan. Tujuan ini temyata tidak memperoleh harapan apa-apa. Karena itu lalu ia menyebarkan berbagai fitnah, temyata mempunyai akibat fatal yaitu terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Saba’ menyebarkan fitnah lagi, menyebarkan ajaran- ajaran yang menodai tauhid Islam, antara lain menganggap Sayyidina Ali sebagai penitisan Tuhan, menonjol-nonjolkan dan sanjungan yang berlebih-lebihan. Semuanya itu dilakukan bertujuan untuk menghancurkan Islam dari dalam. Hal yang sama dilakukan oleh Abdullah bin Saba’, adalah dilakukan oleh orang-orang Majusi Persia.

Hal yang sama dan betul-betul berhasil adalah pada agama Kristen. Yaitu Paulus atau Saul seorang yang tidak pernah menjadi murid Yesus, bahkan memusuhi agama Kristen ini. Dalam perjalanannya menuju Damaskus hendak menangkap semua orang yang percaya kepada Yesus untuk dimasukkan ke dalam penjara, secara tiba-tiba ia beralih haluan, menyatakan kesaksian atas Yesus. Selanjutnya dia yang kemudian dikenal sebagai Rasul Paulus mengajarkan agama Kristen hal-hal yang tidak pernah diajarkan oleh Yesus itu sendiri, berhasil mengalihkan ajaran tauhid berubah menjadi tatslits (trinitas) menghapuskan Khitan, menghalalkan daging yang najis, membatalkan hukum Taurat, mengajarkan dosa warisan, penebusan dosa sekalian manusia dengan penyaliban

Yesus, dan yesus adalah bayangan Allah SWT. 56

56 Baca M. Arsyad Thalib Lubis, Perbandingan Agama Kristen dan Islam (Medan: Firma Islamiyah, 1971 M/1392 H) dan O. Hashem, Yesus atau Paulus (Surabaya: YAPI, 1967).