Aliran-Aliran dalam Syi’ah

2. Aliran-Aliran dalam Syi’ah

a) As-Sabaiyah

Mereka adalah pengikut Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang menampakkan keslamannya dari keluarga Al-Khira. Ibunya adalah sorang budak kulit hitam. Oleh karena itu, Abdullah biasa dipanggil dengan sebutan ”Anak seorang wanita hitam”. Dialah orang yang paling memusuhi Utsman ra.

dan para gubernurnya. Secara bertahap Abdullah bin Saba’ menyebarkan pemikiran-pemikiran dan kebohongan-kebohongan di tengah-tengah kaum Muslimin. Yang menjadi tema sentralnya adalah Ali bin Abi Thalib. Abdullah menyebarkan suatu pendapat, bahwa di dalam kita Tuarat, setiap nabi itu mempunyai pewaris, dan Ali adalah pewaris Nabi Muhammad saw. Setelah Ali terbunuh, Ibnu Saba’ memanfaatkan kecintaan manusia kepada Ali serta kepedihan mereka atas tragedi pembunuhan tersebut.

Maka Abdullah bin Saba’ meneberkan cerita-cerita bohong bahwa sebenarnya yang terbunuh bukan Ali melainkan syetan yang menjelma sebagai Ali. Ali sebenarnya naik ke langit sebagaimana Isa bin Maryam nak ke sana, Ia mengatakan sebagaimana Yahudi dan Nasrani telah berdusta mereka mengatakan membunuh Isa, demikian juga kaum Khawarij telah berdusta membunuh Ali. Orang-orang Yahudi dan nasrani melihat seorang yang disalib ditu menyerupai Isa, sedangkan orang-orang Khawarij melihat bahwa orang yang tewas terbunuh itu menyerupai Ali. Padahal Ali sendiri sebenarnya naik ke langit. Abdullah bin Saba’ juga meyebarkan isu bahwa Tuhan merasuk pada tubuh Ali, sehingga dianggap sebagai jelmaan Tuhan.

b) Al-Ghurabiyah

Kelompok ini termasuk kelompok ekstrimis Syiah. Kelompok ini tidak menuhankan Ali seperti As-Sabaiyah, hanya saja kelompok ini mendudukan Ali di atas Nabi M uhammad SAW. Menurut mereka, risalah Islam sebenarnya diturunkan kepada Ali, tetapi Jibril salah menurunkannya, sehngga risalah Islam diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Mereka disebut Al-Ghurabiyah karena mengatakan bahwa Ali mirip dengan Nabi Muhammad saw, seperti halnya burung gagak (ghurab) yang satu sama dengan burung gagak yang lain.

c) Al-Kaisaniyah

Mereka adalah pengikut Al-Muktamar bin Ubaid Ats-Tsaqofi. Al- Mukhtar pada mulanya adalah seorang Khawarij, kemudian menjadi Syi’ahyang mendukung Ali. Nama Al-Kaisaniyah dinisbatkan kepada kaisan. Ada yang mengatakan bahwa Kaisan adalah nama asli Al-Mukhtar. Ada pula yang mengatakan, bahwa Kaisan adalah nama seorang hamba Ali bin Abi Thalib, atau seorang murid dari putra Ali, Muhammad Al-Hanafiyah.

Aqidah Al-Kaisaniyah tidak berdasarkan atas peuhanan terhadapp para imam dari Ahli Bait seperti keyakinan Al-Sabaiyah. Tetapi aqidahnya berdiri atas dasar bahwa imamnya adalah seorang pribadi suci yang harus mereka taati, mereka akui keilmuannya dan mereka percayai akan kemaksumannya, karena imam adalah merupakan rumus bagi ketuhanan. Mereka seperti Al-Sabaiyah berkeyakinan akan kembalinya Muhammad bin al Hanafiyah, yaitu sorang imam yang datang setelah Ali. Al-Kaisaniyah mempunyai keyakinan tentang Bada’ yaitu suatu keyakinan bahwa Allah merubah sesuat u yang dikehendaki sesuai dengan kenyataan perubahan ilmu-Nya. Mereka juga mempercayai akan adanay reinkarnasi ruh, yaitu suatu keperdcayaan bahwa ruh itu keluar dari satu tubuh dan masuk ke dalam tubuh yang lain. Kepercayaan ini sebenarnya diambil dari filsafat india, dimana mereka juga mengatakan hal serupa, yaitu bahwa ruh itu bisa jadi disiksa dengan cara memindahkan ke dalam tubuh hewan yang lebih rendah derajatnya, dan bisa jadi diberi pahala dengan memindahkannya ke dalam tubuh yang lebih tinggi derajatnya. Mereka aliran

Al-Kaisaniyah, tidak mengambil seluruh apa yang ada dalam filsafat India, tetapi hanya mengambil apa yang ada hubungannya dengan kedudukan para Imam.

d) Al-Zaidiyah

Kelompok ini adalah kelompok Syi’ahpaling dekat dengan moderat kepada jamaah Islam. Kelompok ini tidak menyanjung seorang imam setingkat nabi bahkan tidak mendekatkan kepada tingkat itu. Tetapi berkeyakinan bahwa para imam itu adalah seperti halnya manusia yang lain, hanya saja mereka adalah manusia yang paling utama sesudah Nabi. Mereka sama sekali tidak mengkafirkan sahabat Nabi, terutama para sahabat yang telah dibai’at oleh Ali dan yang telah diakui kepemimpinan mereka. Aliran Zaidiyah menolak pernyataan bahwa imam yang diwasiatkan oleh Rasulullah itu telah disebut nama dan orangnya. Sebenarnya wasiat Rasulullah itu telah disebut nama dan orangnya. Sebenarnya wasiat Rasulullah itu hanyalan berupa ciri-cirinya saja. Dari ciri-ciri itu maka diketahui bahwa ternyata Ali lah yang patut menjadi imam setelah Rasulullah, karena ciri itu tidak terdapat pada orang lain. Ciri-ciri tersebut adalah mengharuskan bahwa seorang imam itu berasal dari Bani Hisyam, Shaleh, taqwa, alim, dermawan, dan hanyakeluar untuk berdakwah. Kemudian setelah sepeninggal Ali, maka syarat seorang imam haruslah dari keturunan Fatimah binti Rasulullah.

e) Al-I mamiyah

Aliran ini yakin imam-imam yang melanjutkan setelah sepeninggal Nabi Muahammad saw. Keyakinan Imammiyah adalah bahwa Allah mempunyai hukum untuk setiap peristiwa, seluruh perbuatan mukallafin tidak pernah lepas dari hukum Islam yang lima, yaitu : wajib, haram, makruh, mandub, sunnah. Allah telah menitipkan hukum-hukum ini kepada Nabi-Nya melalui wahyu dan ilham, yang kemudian diterangkan kepada para sahabatnya untuk disampaikan kepada pengikutnya agar menjadi mubaligh di seluruh penjuru dunia, agar kalian menjadi saksi atas manusia dan rasul menjadi saksi atas kalian. Aliran ini menetapkan bahwa ishmah seorang itu lahir dan batin, sejak sebelum diangkat menjadi imam sampai ketika menjadi imam. Aliran ini meyakini akan adanya keluarbiasaan pada diri seorang imam guna menguatkan dan mendukung keimanannya. Keluarbiasaan itu sama halnya dengan para nabi.

f) Al-I mamiyah AL-I smailiyah

Kelompok ini tersebar di berbagai negara yang terpancar di dalam islam, diantaranya ada yang di negeri Syam, India, Pakistan, dan lain-lain. Aliran ini dinisbatkan kepada Ismail bin Ja’far al-Shadiq. Aliran ini berpendapat bahwa penetapan ismail sebagai imam setelah ayahnya adalah merupakan nash dari ayahnya.

g) Al-H akimiyah dan Drouze

Sebagian pemikiran al-Bhatiniyah di atas tidak bisa kita anggap sebagai kekafiran yang nyata, lebih tepat jika kita katakan bahwa al-Bhatiniyah tidak bersumber pada kitab dan Sunnah. Namun merupakan aliran yang masih belum keluar dari kelompok terbesar mereka meskipun sebagian yang lain sudah banyak yang meninggalkan aliran ini. Sikap ketertutupan yang dianggap sebagai cara kelompok ini, mengakibatkan timbulnya berbagai golonghan diantaranya adaalh al-Hakimiyah, yaitu suatu kelomok yang dianggap ekstrim Sebagian pemikiran al-Bhatiniyah di atas tidak bisa kita anggap sebagai kekafiran yang nyata, lebih tepat jika kita katakan bahwa al-Bhatiniyah tidak bersumber pada kitab dan Sunnah. Namun merupakan aliran yang masih belum keluar dari kelompok terbesar mereka meskipun sebagian yang lain sudah banyak yang meninggalkan aliran ini. Sikap ketertutupan yang dianggap sebagai cara kelompok ini, mengakibatkan timbulnya berbagai golonghan diantaranya adaalh al-Hakimiyah, yaitu suatu kelomok yang dianggap ekstrim

h) An-Nushairiyah

Aliran ini berkeyakinan bahwa ahlul bait diberi wewnang yang mutlak. Ali bin Abi Thalib beluim mati, dia adalah tuhan atau dekat dengan menyerupai Tuhan. Mereka sependapat dengan al-Bhatiniyah bahwa syariat itu mempunyai lahir dan batin. Yang akhir untuk sekalian manusia, sedang batin khusus terbentuk nur yang menyebabkan mereka mengerti hakekat syariat yang bathin. Golongan ini melepaskan diri dari islam, membuang nilai-nilai dan yang tertinggal adalah namanya saja. Pengaruh mereka meluas pada zaman daulat al-Fatimiyah di Mesir dan Syam. Kemunculan seorang pemimpin mereka, al- Hasan bin al-Shabah di Persia pada masa al-Abbasiyah saat mana al-Hakim mengaku sebagai tuhan.

Al-Hasan bin al-Shabah menyebarkan da’inya untuk menyeru kepada sektenya di Syam, sehingga disana jumlah pengikutnya bertambah banyak dengan gunung al-Siman, yang sekarang terkenal dengan bukit al-Nushairi, sebagai pusat kegiatan mereka. Sebagian tokoh sekte ini menarik dan melemahkan hati para pengikutnya supaya mencintai sektenya dengan menggunakan sejenis tumbuhan yang memabukkan yakni ganja. Oleh karena itu, dalam sejarah, mereka disebut al-Hasyasyin. Pada saan tentara salib menyerang kaum muslimin. Maka ketika mereka berhasil menduduki negeri- negeri Islam, mereka mendekati penduduknya lalu mematuhi tempat-tempat khusus bagi mereka.