Mendetksi autokorelasi dapat dilakukan melalui uji Durbin-Watson, yaitu dengan menghitung formula:
N t
t N
t t
t
u u
u d
2 2
2 2
1
ˆ ˆ
ˆ
Langkah selanjutnya yaitu menggunakan Tabel Durbin-Watson dengan melihat nilai
L
d dan
u
d . Bandingkan nilai d yang dihitung dengan nilai
L
d dan
u
d dari tabel dengan aturan berikut:
1. Bila
L
d d
tolak H . Berarti ada korelasi yang positif atau
kecenderungannya koefisien autokorelasi=1.
2. Bila
u L
d d
d Tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.
3. Bila
u u
d d
d 4
terima H . Artinya tidak ada korelasi positif
maupun negatif.
4. Bila
L u
d d
d 3
4 Tidak dapat mengambil kesimpulan apa-apa.
5. Bila
L
d d
4 tolak
H . Berarti ada korelasi negatif.
c. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan yang sempurna dan pasti diantara variabel bebas yang dianalisis. Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance 0,10 atau jika nilai VIF10. Kriteria
pengujian adalah apabila nilai Tolerance dibawah 0,1 atau jika nilai VIF diatas 10, maka terjadi multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi berganda juga perlu diuji mengenai sama atau tidaknya varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain.
61
Analisis uji asumsi heteroskedastisitas akan dilihat melalui grafik scatterplot antara Z prediction ZPRED yang merupakan variabel bebas dan nilai residualnya
SRESID yang merupakan variabel terikat. Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di
bawah maupun di atas titik origin pada sumbu Y. Sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola teratur baik menyempit,
melebar maupun bergelombang.
2. Uji Regresi Linear Berganda
Untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel fundamental perusahaan sebagai variabel independen terhadap beta saham syariah sebagai variabel dependen
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
61
Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat Yogyakarta: Amara Books, 2007, h. 93.
a. Menentukan sampel perusahaan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Kemudian melakukan analisis deskriptif untuk menghitung nilai mean, nilai standar deviasi pada
variabel independen dan variabel dependen.
b. Melakukan analisis regresi liner berganda multiple linear regression method
untuk menguji hipotesis, yang bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara variabel dependen dengan dengan satu atau lebih variabel independen. Dimana
dalam penelitian ini, variabel dependen yang diuji adalah beta saham syariah dan variabel independen adalah return on equity ROE, debt to equity ratio DER,
earning per share EPS, dan price earning ratio PER. Perumusan model regresi tersebut sebagai berikut:
e x
b x
b x
b x
b a
y
4 4
3 3
2 2
1 1
Dimana: y
= Beta saham syariah
a =
Konstanta
i
b =
Koefisien regresi dari variabel independen ke-i,
1
x = return on equity ROE,
2
x = debt to equity ratio DER,
3
x = earning per share EPS,
4
x = price earning ratio PER, e = Estimasi error.
c. Melakukan pengujian hipotesis, yaitu dengan melakukan pengujian secara
statistik sebagai berikut:
1 Uji F-test
Uji statistik F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis untuk uji F
yaitu:
H =
1
b
2
b
3
b
4
b = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
1
H =
1
b
2
b
3
b
4
b
0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus:
62
F hitung k
n R
k R
1 1
2 2
Untuk menentukan nilai F tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 5, dengan derajat kebebasan degree of freedom df = k-1 dan n-k, dimana n adalah
jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah:
Jika F hitung F tabel k-1; n-k, maka
H ditolak
Jika F Hitung F tabel k-1; n-k, maka H diterima
62
Damodar Gujarati, Basic Econometrics, Third Edition New York: Mc-Graw Hill Inc, 1995, h.121
2 Uji t
Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel- variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah:
H =
i
b = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
1
H =
i
b
0, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai statistik-t dapat dicari dengan rumus: t hitung
i i
b Deviasi
dar S
b gresi
Koefisien tan
Re
Untuk menentukan nilai statistik-t tabel ditentukan tingkat signifikansi 5 dengan derajat kebebasan df = n-k, dimana n adalah jumlah observasi elemen
sampel, dan k adalah banyaknya perkiraan yang harus dibuat atau banyaknya variabel yang tercakup, dengan kriteria uji adalah:
Jika t hitung t tabel
2
, n-k, maka H ditolak
Jika t hitung t tabel
2
, n-k, maka H diterima
3 Koefisien Determinan
Untuk melihat kontribusi kemampuan menjelaskan dari variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel terikat, dapat dilihat dari koefisien
determinasi
2
R
berganda, dimana nilai koefisiennya terletak antara 0
x
1. Nilai
2
R
yang semakin besar mendekati nilai 1 merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya kemampuan variabel independen menjelaskan perubahan variabel
dependen.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah beta saham pada kelompok saham Jakarta Islamic Index. Perhitungan beta saham dalam penelitian ini
menggunakan metode SIM Single Index Model, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
63
i m
i i
e R
R
Dimana:
i
R = Tingkat pengembalian saham i
= Intercept konstanta
i
= Perubahan tingkat pengembalian saham terhadap perubahan pasar
m
R = Tingkat Pengembalian Pasar
i
e = Kesalahan acak Sedangkan untuk mencari beta masing-masing saham setiap tahunnya, yaitu
dengan cara meghitung:
63
Zvi Bodie, et.al, Investment New York: McGraw-HillIrwin, 2008, h.283.
a. Tingkat keuntungan pasar
m
R dihitung dengan menggunakan data index harga saham gabungan IHSG perbulan selama periode Januari tahun 2004 sampai
Desember tahun 2010, dengan rumus sebagai berikut:
1 1
t t
t m
IHSG IHSG
IHSG R
Keterangan:
m
R =
Tingkat Pengembalian Pasar
t
IHSG =
Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t
1
t
IHSG =
Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t-1
b. Tingkat keuntungan saham-i
i
R ditentukan menggunakan perubahan harga saham yang terjadi setiap bulan selama periode Januari tahun 2004 sampai
Desember tahun 2010, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1 1
t t
t i
P P
P R
Keterangan:
i
R =
Tingkat pengembalian saham-i
t
P =
Harga saham-i pada waktu t
1
t
P =
Harga Saham-i pada waktu t-1
c. Melakukan regresi antara return saham tingkat keuntungan saham-i,
i
R dengan return pasar tingkat keuntungan pasar,
m
R yang telah diperoleh untuk mendapatkan nilai beta saham dari masing-masing emiten.
2. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini yaitu:
a. Return On Equity ROE
Ekuitas Bersih
Laba ROE
Equity On
return
b. Debt to Equity Ratio DER
Ekuitas g
Hu Total
DER tan
c. Earning Per Share EPS
Beredar Yang
Biasa Saham
Pajak Sesudah
Bersih Laba
EPS
d. Price Earning Ratio PER
saham per
Laba saham
per a
H PER
Laba terhadap
a H
Rasio arg
arg
F. Pedoman Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi
” Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Jakarta Press, 2007.
58
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah
Jakarta Islamic Index
64
Pasar Modal Syariah dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan transaksi ekonomi dan terlepas dari hal-hal
yang dilarang seperti: riba, perjudian, spekulasi dan lain-lain. Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003
bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional
– Majelis Ulama Indonesia DSN – MUI. Walaupun secara resmi diluncurkan pada tahun 2003, namun instrumen pasar
modal syariah telah hadir di Indonesia pada tahun 1997. Hal ini ditandai dengan peluncuran Danareksa Syariah pada 3 Juli 1997 oleh PT. Danareksa Investment
Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia berkerjasama dengan PT. Danareksa Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000
yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan
saham-saham yang dapat dijadikan sarana berivestasi dengan penerapan prinsip syariah.
64
Indonesia Stock Exchange, “Pasar Modal Syariah”, artikel diakses pada 7 Juni 2011 dari http:www2.idx.co.id
Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September
2002. Instrumen ini merupakan obligasi syariah pertama dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syariah lainnya. Pada tahun 2004, terbit untuk pertama kali
obligasi syariah dengan akad sewa atau dikenal dengan obligasi syariah Ijarah. Selanjutnya, pada tahun 2006 muncul instrumen baru yaitu Reksa Dana Indeks
dimana indeks yang dijadikan sebagai underlying adalah Indeks JII.
2. Kriteria Emiten Jakarta Islamic Index
65
Saham merupakan surat berharga yang merepresentasikan penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah, penyertaan modal
dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba, memproduksi barang yang diharamkan seperti bir, dan
lain-lain. Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak
diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip-prinisp syariah. Dalam hal ini, di
Bursa Efek Indonesia terdapat Jakarta Islamic Indeks JII yang merupakan 30 saham yang memenuhi kriteria syariah yang ditetapkan Dewan Syariah Nasional DSN.
Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia BEI bersama dengan PT. Danareksa Invesment Management DIM.
65
Indonesia Stock Exchange, “Pasar Modal Syariah”, artikel diakses pada 7 Juni 2011 dari http:www2.idx.co.id
Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolok ukur benchmark untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham dengan basis
syariah. Melalui index ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syariah. Jakarta Islamic Index
terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham dalam Jakarta Islamic Index melibatkan
pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Invesment Management. Saham-saham yang masuk dalam Indeks Syariah adalah emiten yang kegiatan
usahanya tidak bertentangan dengan syariah seperti:
a.
Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b.
Usaha lembaga keuangan konvensional ribawi termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
c.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.
d.
Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan atau menyediakan barang- barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Selain kriteria diatas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan
aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu: