Fundamental Perusahaan LANDASAN TEORI

kerugian dapat dengan mudah diketahui dari laporan neraca dan laba rugi. Selanjutnya angka-angka tersebut dapat dianalisis sehinggga memunculkan hitungan- hitungan berupa rasio keuangan. 34 Faktor fundamental perusahaan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu:

1. Return On Equity ROE

Rasio return on equity ROE menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. 35 Rasio return on equity ROE merupakan rasio untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini mengukur efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitas modal sendiri yang ada. Semakin tinggi nilai ROE maka akan semakin baik. 36 Rumus untuk menghitung return on equity ROE yaitu: 37 Ekuitas Bersih Laba ROE Equity On return  34 Istijanto Oei, Kiat Investasi Valas, Emas, Saham Jakara: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, h.148. 35 Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, h.37. 36 Franky Naibaho, Pengenalan Analisa Fundamental: Materi Kelas Intermediate Sekolah Pasar Modal 2011, 8 Juni 2011, h.27. 37 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h. 145. Apabila investor ingin memilih salah satu diantara banyak jenis saham, maka unsur-unsur neraca dan laporan laba rugi harus diperbandingkan. Untuk mengetahui perusahaan mana yang paling produktif dapat dilihat dari nilai return on equity ROE. 38 Dari sudut pandang investor, ROE merupakan salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan mengetahui tingkat ROE, investor dapat melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan.

2. Debt to Equity Ratio DER

Debt to Equity Ratio DER merupakan ukuran rasio dari jumlah utang baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang. Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar daripada modal pinjaman, maka perusahaan sehat dan tidak mudah bangkrut. Jadi, investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio ekuitas terhadap utang ataupun debt to equity ratio. 39 Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio DER adalah: 40 Ekuitas g Hu Total DER tan  38 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h. 131. 39 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h. 204. 40 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.146 Banyak perusahaan mempertahankan penggunaan kombinasi modal hutang dan modal sendiri secara optimal. Kombinasi ini disebut target struktur modal. 41 Semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang. Untuk mendanai operasional perusahaan yang terus meningkat, seringkali perusahaan memakai dana pinjaman yang dikenal dengan leverage keuangan. Leverage keuangan adalah penggunaan pembiayaan dengan hutang. Pembiayaan dengan hutang memiliki beberapa kelebihan antara lain: 42

1. Memperoleh dana melalui hutang membuat pemegang saham dapat

mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.

2. Kreditur melihat kepada ekuitas, yaitu dana yang disetor pemilik, sehingga jika

pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dananya sebagai modal, maka kreditur melihat hal tersebut sebagai tanda bahwa sebagian besar risiko perusahaan ditanggungnya.

3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar dibanding

pembayaran bunga, maka tingkat pengembalian modal pemilik akan lebih besar. Risiko yang terkandung pada laba per saham yang diproyeksikan juga tergantung pada bagaimana pola pembiayaan perusahaan. Karena itu, meskipun 41 Ridwan S. Sundjaja, dkk, Manajemen Keuangan 2 Bandung: Literata Lintas Media, 2010, h. 226. 42 Dewi Astuti, Manajemen Keuangan Perusahaan, h.35. pembiayaan dengan menggunakan utang bisa menaikkan laba per saham yang diproyeksikan, namun utang juga memperbesar risiko atas laba masa mendatang. 43 Jika kondisi ekonomi sedang berada dalam siklus recovery dan siklus expansion, modal pinjaman dapat meningkatkan keuntungan bagi perusahaan, tetapi akan sangat merugikan apabila kondisi ekonomi berubah drastis ke siklus recession ataupun siklus depression. 44 Perusahaan yang mempunyai rasio utang yang tinggi menghadapi risiko rugi yang lebih tinggi pada masa resesi, tetapi tingkat pengembalian yang diharapkannya juga lebih tinggi pada masa cerah. Sebaliknya, perusahaan dengan rasio utang yang rendah tidak berisiko besar, tetapi peluangnya untuk melipatgandakan pengembalian atas ekuitas juga kecil. Karena itu, perusahaan perlu mencari keseimbangan antara tingkat pengembalian dengan tingkat risiko dan menentukan jumlah utang yang optimal bagi suatu perusahaan. 45

3. Earning Per Share EPS

Laba per lembar saham atau earning per share EPS merupakan laba bersih perusahaan dibagi dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. 46 Informasi earning per share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Dalam manajemen keuangan, laba per saham earning pe share = EPS disebut “the 43 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h. 26. 44 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.133. 45 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.301. 46 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.25. bottom line ” baris terbawah, yang menandakan bahwa dari semua poin yang ada pada perhitungan rugi laba, EPS yang terpenting. 47 Manajemen perusahaan yang memperjuangkan kesejahteraan pemegang sahamnya saat ini, maka manajemen harus memusatkan perhatian pada laba per saham, bukan pada laba total. Membeli saham berarti membeli prospek perusahaan, yang tercermin pada laba per saham. Jika laba per saham lebih tinggi, maka prospek perusahaan lebih baik, sementara jika laba per saham lebih rendah berarti kurang baik, dan laba per saham negatif berarti tidak baik. 48 Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun tidak semua perusahaan mencantumkan besarnya EPS dalam laporan keuangannya, besarnya EPS dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah sebagai berikut: 49 Beredar Yang Biasa Saham Pajak Sesudah Bersih Laba EPS 

4. Price Earning Ratio PER

Rasio harga terhadap laba priceearning merupakan rasio harga per saham terhadap laba per saham. Rasio ini menunjukkan besarnya rupiah yang harus dibayar 47 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.281. 48 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.167. 49 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.280. investor untuk setiap 1 rupiah laba periode berjalan. Rumus untuk menghitung PER yaitu: 50 saham per Laba saham per a H PER Laba terhadap a H Rasio arg arg   Nilai PER yang tinggi kemungkinan menunjukkan prospek perusahaan yang baik. Sebaliknya nilai PER yang tinggi dapat juga menunjukkan harga yang sudah terlalu tinggi sehingga agak sulit untuk naik lagi. Industri yang dewasa biasanya mempunyai PER yang rendah. 51 Dalam siklus ekonomi recovery atau siklus expansion, umumya angka PER lebih tinggi daripada siklus recession dan depression. 52 Rasio harga terhadap laba PER adalah lebih tinggi pada perusahaan yang kemungkinan pertumbuhannya tinggi. Rasio PER yang rendah pada perusahaan, menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dipandang berisiko lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain. 53 50 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h. 305. 51 Franky Naibaho, Pengenalan Analisa Fundamental: Materi Kelas Intermediate Sekolah Pasar Modal 2011, 8 Juni 2011, h.29 52 Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, h.170. 53 J. Fred Weston dan Eugene F.Brigham, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, h.306. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan penelitian eksplanatif. Penelitian eksplanatif merupakan penelitian untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. 54 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh variabel-variabel fundamental perusahaan terhadap beta saham syariah sebagai variabel dependen. Ruang lingkup peneitian ini adalah sebagai berikut:

1. Fokus penelitian merupakan saham emiten yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

2. Objek yang diteliti adalah saham perusahaan yang termasuk dalam Jakarta

Islamic Index.

3. Periode yang diteliti dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010.

4. Variabel dependen adalah beta saham syariah.

5. Variabel independen adalah variabel-variabel fundamental perusahaan.

54 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006, Cetakan Kedua, h.9.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Definisi dari populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. 55 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh saham-saham yang terdaftar ke dalam Jakarta Islamic Index selama periode tahun 2004 hingga 2010.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi, yaitu sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Sampel juga harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama. 56 Sampel dalam penelitian ini adalah saham-saham perusahaan yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index yang tetap terdaftar dan tidak keluar dari indeks JII selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2010, juga yang mempublikasikan data-data perusahaan yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Dalam purposive sampling pemilihan sekelompok subyek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat 55 Sutrisno Hadi, Statistik 2 Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1996, Cetakan ke-16, h. 220. 56 Sutrisno Hadi, Statistik 2, h. 221. dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. 57 Tujuannya yaitu untuk mendapatkan sampel yang representatif yang sesuai dengan kriteria sebagai berikut: a. Saham tersebut terdaftar di Jakarta Islamic Index. b. Perusahaan tetap masuk dalam Jakarta Islamic Index berturut-turut dan tidak keluar dari Jakarta Islamic Index selama periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2010.

c. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian.

d. Perusahaan memiliki data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Setelah diseleksi dengan kriteria tersebut, diperoleh 7 tujuh emiten yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, seperti yang tampak pada tabel di bawah ini: Tabel 3.1 Sampel Penelitian Saham Jakarta Islamic Index 2004-2010 No. Kode Emiten Nama Perusahaan 1. ANTM Aneka Tambang Persero Tbk 2. INCO International Nickel Ind. Tbk 3. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk

4. KLBF

Kalbe Farma Tbk

5. PTBA

Tambang Batubara Bukit Asam Tbk

6. TLKM

Telekomunikasi Indonesia Tbk

7. UNVR

Unilever Indonesia Tbk 57 Sutrisno Hadi, Statistik 2, h.226.