Minuman kesehatan yang Pernah dikonsumsi
Jumlah Persentase
Teh 63 42
Susu 107 71
Jamu 65 43
Sari buah 31
23 Lainnya 25
19 Pilihan boleh lebih dari satu
18. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Minuman Penyegar
Sebanyak konsumen 95 menyatakan pernah meminum minuman penyegar dan 5 menjawab tidak pernah meminum minuman penyegar lihat tabel
34. Jenis minuman penyegar yang paling banyak dikonsumsi oleh konsuemen adalah Air Minum Dalam Kemasan AMDK dengan persentase sebesar 65.
Kemudian secara berturut-turut minuman penyegar yang pernah dikonsumsi oleh konsumen yaitu sirup buah dengan persentase sebesar 58 softdrink 51, larutan
penyegar 44, energy drink 35, dan kopi sebesar 13 lihat tabel 35. Tabel 34. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar
Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar
Jumlah Persentase
Pernah 128 95
Tidak Pernah 7
5
Total 135 100
Tabel 35. Minuman penyegar yang dikonsumsi konsumen
Minuman penyegar yang Pernah dikonsumsi
Jumlah Persentase
Softdrink 70 51
Energydrink 47 35
AMDK 88 65
Sirup 60 44
Kopi 78 58
Lainnya 20 13
19.
Bahan Pemanis Makanan Minuman yang biasa Dikonsumsi
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa 91 konsumen sudah biasa dalam kesehariannya menggunakan gula putih sebagai pemanis makaanan atau minuman,
dan konsumen 37 selain menggunakan gula merah sebagai pemanis makanan atau minuman. Sedangkan konsumen yang menggunakan pemanis madu adalah 21
lihat tabel 36. Ini menunjukkan bahwa jumlah produksi madu yang jauh lebih rendah dari pada gula putih dan gula merah ikut mempengaruhi konsumen dalam
menggunakannya sebagai pemanis makanan atau minuman. Tabel 36. Pemanis makananminuman yang dikonsumsi konsumen
Pemanis makananminuman yang biasa dipakai
Jumlah Persentase
Madu 28 21
Gula putih 123
91 Gula merah
50 37
Gula cair 2
1 Gula bit
4 3
Pemanis buatan 14
6 Pilihan boleh lebih dari satu
E. HASIL ANALISIS PEMBOBOTAN
Pada penelitian ini analisis pembobotan dilakukan untuk mengetahui preferensi konsumen dalam menentukan atribut yang menjadi prioritas dalam
pembelian madu dan produk pesaingnya. Atribut madu sengaja dibedakan dengan atribut produk-produk pesaingnya untuk melihat perbedaan prioritas pemilihan
konsumen terhadap atribut masing-masing produk dalam melakukan pembelian. Untuk atribut madu, atribut yang akan diujikan merupakan hasil identifikasi yang
dilakukan oleh enam orang pakar madu di Pusbahnas yang kemudian diolah uji MPE. Atribut yang dipilih sebanyak sepuluh buah atribut yang merupakan peringkat
satu sampai sepuluh pada penilaian MPE. Adapun kesepuluh atribut madu yang dinilai adalah keaslian, logo halal,
kemasan, aroma, harga, manfaat atau khasiat, kehigienisan, ketersediaan, dan kadar air. Sedangkan atribut yang dianalisis dari produk minuman kesehatan, produk
minuman penyegar, dan produk bahan pemanis makanan atau minuman adalah sama dengan atribut madu, yaitu logo halal, promosi, kemasan, rasa, aroma, harga,
manfaat, kehigienisan, ketersediaan, dan citra produsen. Kesepuluh atribut tersebut merupakan peringkat satu sampai tiga belas pada uji MPE untuk atribut madu yang
memiliki kesamaan dengan produk pesaingnya. Dalam analisis pembobotan ini konsumen memberikan peringkat terhadap
sepuluh atribut madu dan produk-produk pesaingnya. Pemberian peringkat ini beragam satu konsumen dengan konsumen lainnya. Tingkat kepentingan suatu
atribut dalam mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk ditunjukkan nilai skala kepentingan. Nilai skala kepentingan
merupakan nilai rata-rata penjumlahan nilai suatu atribut pada berbagai prioritas ke- i setelah dikalikan faktor pengali bobot. Besar nilai faktor pengali bobot
ditentukan berdasarkan urutan peringkat atribut dalam prioritas pembelian. Atribut yang menjadi peringkat satu akan dikalikan dengan nilai bobot sepuluh, atribut
peringkat dua dikalikan dengan nilai bobot sembilan, atribut peringkat tiga dikalikan dengan delapan, dan seterusnya sampai atribut peringkat sepuluh dikalikan dengan
nilai bobot satu. Hasil dari analisis ini akan terlihat perbedaan atau persamaan atribut yang
menjadi prioritas konsumen dalam pembelian produk. Semakin besar nilai skala kepentingan suatu atribut berarti semakin pentinglah atribut tersebut dalam
pertimbangan pembelian konsumen terhadap produk tersebut. Hasil penjumlahan terbesar merupakan atribut produk yang utama oleh konsumen, sedangkan nilai
yang terkecil merupakan atribut dari madu atau produk-produk pesaingnya yang paling akhir dipilih konsumen.
1. Penilaian Atribut Madu Menurut Preferensi Konsumen