Teknik pengujian reliabilitas pada kuesioner ini menggunakan teknik pengukuran ulang atau test re-test. Pengujian ini dilakukan terhadap 30 orang
responden untuk mengisi kuesioner yang sama pada waktu yang berbeda dengan selang waktu selama 15 hari. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel dan memiliki
konsistensi yang dapat diandalkan bila angka nilai r hitung pada pengujian tingkat reliabilitasnya lebih besar daripada angka kritis nilai r-nya pada tabel untuk taraf
kepercayaan 95. Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada kuesioner ini didapatkan bahwa nilai r
hitung adalah sebesar 0,480. Angka ini lebih besar dari nilai r tabel pada taraf kepercayaan 95 yaitu 0,361. Karena angka r hitung yang diperoleh telah
memenuhi persyaratan, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan pada penelitian ini reliabel sebagai alat ukur untuk menggambarkan perilaku dan
preferensi konsumen yang menjadi objek survei pada taraf kepercayaan 95.
B. PENYEBARAN KUESIONER
Jumlah kuesioner yang disebarkan pada penelitian ini sebanyak 180 buah kuesioner. Penyebaran kuesioner yang berlebih dimaksudkan untuk mengantisipasi
kuesioner yang tidak kembali dan yang tidak valid. Dari total kuesioner yang disebarkan sebanyak 165 buah kuesioner diolah untuk kepentingan penelitian ini.
Jumlah tersebut telah memenuhi standar jumlah sampel minimal yang disyaratkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin dengan
persen kesalahan e 0,08 yaitu 156 buah. Jumlah tersebut diperoleh dari perhitungan dibawah ini,
156 242
. 3818
596444 08
. 596444
1 596444
1
2 2
≈ =
+ =
+ =
Ne N
n orang
Data mengenai proporsi penyebaran kuesioner di lima kecamatan di wilayah Bogor dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 4. Penyebaran kuesioner di beberapa kecamatan di Bogor
Kecamatan Jumlah Penduduk
Jumlah Sampel di Lapangan
Persentase
Dramaga 80.421 22 13
Ciomas 176.534 50 30
Cibinong 90.914 25 15
Bogor Barat 168.052
46 28 Bogor Tengah
80.523 22 13
Total 596.444
165 100
Sumber
:
http:www.jakweb.comidjabarregencybogor http:www.kotabogor.go.id
C. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI RESPONDEN
Karakteristik demografi responden pada penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata
uang saku per bulan, pengeluaran rata-rata per bulandan suku daerah asal responden. Dari hasil survei terhadap 165 orang responden diperoleh hasil bahwa
82 adalah konsumen madu dan 18 bukan konsumen madu
Kelompok Responden
82
18
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Konsumen Non Konsumen
P e
rs en
tas e
Konsumen Non
Konsumen
Gambar 4. Proporsi kelompok responden Data selengkapnya mengenai karakteristik responden tersebut diuraikan
sebagai berikut
1. Jenis Kelamin Konsumen
Dari jumlah responden keseluruhan diperoleh hasil bahwa 52 konsumen madu berjenis kelamin laki-laki dan 30 adalah perempuan. Proporsi ini
menunjukkan bahwa jumlah konsumen laki-laki lebih banyak dari wanita, Data mengenai proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada gambar 5.
Jenis Kelamin Responden
52
30 11
7
10 20
30 40
50 60
Pria Wanita
P ers
en tase
Konsumen Non
Konsumen
Gambar 5. Proporsi jenis kelamin responden
2. Usia Konsumen
Hasil pengamatan mengenai kelompok usia responden lihat gambar 6, diketahui bahwa kelompok usia 21-30 tahun merupakan kelompok usia terbesar
yang menjadi konsumen madu dengan persentase sebesar 48. Kemudian kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 46, usia 41-50 tahun 22, usia 15-20 tahun
16, dan usia 51-60 tahun sebanyak 3. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berusia muda antara 21-30 tahun.
Usia Responden
16 48
46 22
3 10
29 28
13 2
10 20
30 40
50 60
15-20 tahun
21-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
P e
rs en
ta se
Konsumen Non
Konsumen
Gambar 6. Proporsi Usia responden
3. Pekerjaan Responden
Berdasarkan jenis pekerjaan atau profesi responden menunjukkan bahwa 38 dari total responden yang adalah pelajarmahasiswa, 18 ibu rumah tangga,
35 berprofesi sebagai wiraswasta, 18 berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, 25 sebagai karyawan swasta dan jenis pekerjaan lainnya 1. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berprofesi sebagai pelajarmahasiswa dan wiraswasta. Data selengkapnya mengenai pekerjaan
responden dapat dilihat pada gambar 7.
4. Pendidikan Responden
Karakteristik responden menurut tingkat pendidikan terakhir responden lihat gambar 8 diketahui bahwa jumlah konsumen madu memiliki tingkat
pendidikan SD sebanyak 12, tingkat pendidikan SMP sebanyak 16, tingkat pendidikan SMA sebanyak 53, tingkat pendidikan Diploma sebanyak 10,
tingkat pendidikan Sarjana sebanyak 43, dan tingkat pendidikan Pasca Sarjana sebanyak 1.
Pekerjaan Responden
38
18 35
18 25
1 23
11 21
11 15
1
5 10
15 20
25 30
35 40
Pe laj
ar Ma
ha sis
wa Ibu
R um
ah Ta
ng ga
Wi ra
sw as
ta PN
S Ka
rya wa
n s wa
sta La
inn ya
P er
sen tase
Konsumen Non
Konsumen
Gambar 7. Proporsi Pekerjaan responden
Pendidikan terakhir responden
12 16
53
10 43
1 7
10 32
6 26
1
10 20
30 40
50 60
SD MI
S M
P MTs
SM A
SM KM
A D
ipl oma
Sa rjan
a Lai
nny a
P e
rs en
ta se
Konsumen Non
Konsumen
Gambar 7. Proporsi tingkat pendidikan responden
5. Pendapatan Rata-rata Responden per Bulan
Menurut tingkat pendapatan rata-rata responden per bulan lihat gambar 9 diperoleh hasil bahwa responden yang menjadi konsumen madu memiliki
pendapatan rata-rata per bulan dibawah Rp 300.000,- sebanyak 13, pendapatan Rp 300.001 - Rp 500.000 sebanyak 41, pendapatan Rp 500.001 - Rp 1.000.000
sebanyak 36, pendapatan Rp 1.000.001 - Rp 1.500.000 sebanyak 25, pendapatan Rp 1.500.001 - Rp 2.000.000 sebanyak 14, pendapatan Rp 2.000.001 - Rp
3.000.000 sebanyak 4, dan pendapatan diatas Rp 3.000.000,- per bulan sebanyak 2 orang 1.
6. Pengeluaran Rata-rata Responden per Bulan
Menurut tingkat pengeluaran rata-rata responden per bulan lihat gambar 10 diperoleh hasil bahwa responden yang menjadi konsumen madu memiliki
pengeluaran rata-rata per bulan dibawah Rp 250.000,- sebanyak 14, Rp 250.001 - Rp 400.000 sebanyak 40, Rp 400.001 - Rp 800.000 sebanyak 38, Rp 800.001 -
Rp 1.250.000 sebanyak 23, Rp 1.250.001 - Rp 1.750.000 sebanyak 14, Rp 1.750.001 - Rp 2.500.000,- sebanyak 4, dan pengeluaran per bulan diatas Rp
2.500.000,- sebanyak 2. Data mengenai tingkat pengeluaran responden dapat dilihat pada gambar 9.
Pendapatan Responden Rata-rata per bulan
13 41
36 25
14 4
2 8
25 22
15 8
2 1
5 10
15 20
25 30
35 40
45
30 0.
00 30
1. 00
0- 50
0. 00
50 1.
00 0-
1. 00
0. 00
1. 00
0. 00
1- 1.
50 0.
00 1.
50 1.
00 0-
2. 00
0. 00
2. 00
1. 00
0- 3.
00 0.
00 3.
00 0.
00
P er
sen tase
Konsumen Non
Konsumen
Gambar 8. Proporsi tingkat pendapatan responden
Pengeluaran Rata-rata responden per bulan
14 40
38 23
14 4
2 8
24 23
14 8
2 1
5 10
15 20
25 30
35 40
45
2 50
.00 25
1.0 00
-4 00
.00 40
1.0 00
-8 00
.00 80
0.0 01
-1 .25
0.0 00
1.2 51
.00 0-1
.75 0.0
00 1.7
51 .00
0-2 .50
0.0 00
2 .50
0.0 00
P er
sen tas
e
Konsumen Non
Konsumen
Gambar 9. Proporsi tingkat pendapatan responden
7. Suku Asal Responden
Berdasarkan suku asal responden dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menkonsumsi madu berasal dari suku Sunda sebanyak 61, suku Jawa
sebanyak 37, suku Betawi 12, suku Minang 6, suku Batak 2, Palembang 3, suku Bugis 1, dan suku Sumbawa 2. Sedangkan responden yang berasal
dari suku daerah lain sebesar 2. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
berasal dari suku Sunda. Data mengenai suku asal responden dapat dilihat pada gambar 11.
Suku Asal Responden
61
32 15
4 10
2 3
5 3
37 19
9 2
6 1
2 3
2
10 20
30 40
50 60
70
Su nda
Jaw a
Be taw
i B
ata k
Mi na
ng B
ugi s
S um
ba w
a P
al em
ban g
La inn
ya
P e
rs e
n tase
Konsumen Non
Konsumen
Gambar 10. Proporsi suku asal responden
D. PERILAKU DAN PREFERENSI KONSUMEN MADU 1. Pengetahuan Responden tentang Manfaat atau Khasiat Madu
Pengetahuan konsumen terhadap produk yang dikonsumsinya akan memudahkan konsumen dalam memutuskan produk mana yang akan dipilih dan
dibeli. Sebaliknya kurangnya pengetahuan akan informasi produk yang akan dikonsumsinya menyebabkan konsumen mudah tertipu dengan tampilan luar produk
yang sebetulnya tidak layak dibeli atau dikonsumsi. Responden yang tahu adalah responden yang ketika ditanya menjawab tahu
dan dapat menyebutkan apa saja manfaat atau khasiat madu bagi kesehatan. Sedangkan responden yang tidak tahu adalah responden yang memberikan jawaban
tidak rahu pada saat pengisian kuesioner. Berdasarkan tabel 5 diperoleh informasi bahwa sebanyak 84 responden mengetahui manfaat atau khasiat dari madu dan
18 responden tidak mengetahui manfaat atau khasiat madu. Tabel 5. Pengetahuan responden tentang manfaatkhasiat madu
Pengetahuan responden tentang manfaat khasiat madu
Jumlah Persentase
Tahu 138 84
Tidak Tahu 27
16
Total 165 100
2. Pengalaman Responden Membeli atau Mengkonsumsi Madu
Berdasarkan pengalaman responden membeli atau mengkonsumsi madu tabel 6, sebanyak responden 53 pernah membeli dan mengkonsumsi madu, 29
tidak pernah membeli madu tapi pernah mengkonsumsi madu, dan 18 tidak pernah membeli dan tidak pernah mengkonsumsi madu. Konsumen adalah
responden yang menjawab pernah mengkonsumsi madu. Konsumen yang tidak pernah membeli tetapi pernah mengkonsumsi juga termasuk konsumen. Hal itu
dimungkinkan karena konsumen mendapatkan madu dari keluarga atau temannya, dan juga karena konsumen mengkonsumsi madu bersama-sama dengan keluarga
atau temannya. Tabel 6. Pengalaman responden dalam membelimengkonsumsi madu
Pengalaman responden membeli mengkonsumsi madu
Jumlah Persentase
Pernah Beli Konsumsi Madu 88
53 Pernah Beli tapi Tidak Pernah Konsumsi Madu
0 0 Tidak Pernah Beli tapi Pernah Konsumsi Madu
47 29
Tidak Pernah Beli Konsumsi Madu 30
18
Total 165 100
Adapun alasan responden yang tidak membeli madu lihat tabel 7 antara lain 60 responden beralasan karena harganya mahal. Hal ini menunjukkan bahwa
harga madu yang mahal masih menjadi alasan utama responden tidak membeli dan tidak mengkonsumsi madu, khususnya pada masyarakat kelas ekonomi menengah
ke bawah. Tabel 7. Alasan responden yang tidak membeli madu
Alasan responden yang tidak membeli dan tidak mengkonsumsi madu
Jumlah Persentase
Tidak menyukainya 3
6 Harganya mahal
18 34
Sulit untuk mendapatkannya 12
23 Keasliannya meragukan
7 13
Tidakbelum membutuhkannya 11
21 Lainnya 2
3
Total 53 100
Pilihan boleh lebih dari satu
3. Tujuan Konsumen Membeli Madu
Berdasarkan data tabel 8, dapat diketahui bahwa sebanyak 53 konsumen membeli atau mengkonsumsi madu tujuan konsumen membeli madu adalah untuk
dikonsumsi sendiri dengan persentase sebesar 45. Kemudian diikuti denagn tujuan untuk dikonsumsi bersama keluarga sebesar 30 dan untuk dikonsumsi bersama
teman sebesar 11. Data ini menunjukkan adanya kecenderungan konsumen untuk mengkonsumsi madu sendiri tanpa ingin berbagi dengan orang lain atau
mengkonsumsinya bersama keluarga di rumah. Hal ini biasanya dilakukan oleh konsumen yang membeli madu dengan ukuran volume kecil, yakni ukuran 20 ml
sachet, ukuran 100 ml, dan ukuran 250300 ml. Tabel 8. Tujuan pembelian madu oleh konsumen
Tujuan membeli madu Jumlah
Persentase
Untuk dikonsumsi sendiri 40
45 Untuk dikonsumsi bersama keluarga
6 30
Untuk dikonsumsi bersama teman 10
11 Untuk oleh-oleh
5 6
Untuk dijual kembali 3
3 Lainnya 4
5
Total 92 100
4. Motivasi Konsumen Mengkonsumsi Madu
Berdasarkan motivasi konsumen untuk mengkonsumsi madu lihat tabel 9 diketahui bahwa sebagian besar konsumen mengkonsumsi madu sebagai obat untuk
penyakit yang sedang diderita dengan persentase sebesar 32. Kemudian disusul dengan motivasi untuk meningkatkan kebugaran tubuh sebesar 26 dan untuk
campuran makanan atau minuman sebesar 14. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat atau khasiat madu memang sudah lama diyakini oleh masyarakat sebagai
resep yang manjur untuk melakukan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit. Tabel 9. Motivasi konsumen mengkonsumsi madu
Motivasi mengkonsumsi madu Jumlah
Persentase
Untuk pengobatan penyakit 43
32 Untuk perawatan kulit dan wajah
15 11
Sebagai campuran pada makanan minuman
19 14
Untuk meningkatkan kecerdasan 13
10 Untuk meningkatkan kebugaran
35 26
Untuk coba-coba 6
4 Lainnya 4
3
Total 135 100
5. Frekuensi dan Waktu Mengkonsumsi madu
Berdasarkan data frekuensi mengkonsumsi madu lihat tabel 10 diperoleh informasi bahwa sebagian besar konsumen mengkonsumsi madu secara tidak
menentu dengan persentase sebesar 34. Diurutan kedua dan ketiga adalah konsumen yang mengkonsumsi madu satu kali sehari sebesar 27 dan yang
mengkonsumsi 2-3 kali sehari sebesar 21. Ini artinya sebagian besar konsumen belum membiasakan dirinya untuk mengkonsumsi madu secara rutin dan teratur.
Hal ini dapat disebabkan karena daya beli karena keinginan untuk sembuh dari penyakit yang diderita, sehingga konsumen mengkonsumsi madu hanya ketika
sedang sakit saja. Tabel 10. Frekuensi konsumsi madu konsumen
Frekuensi mengkonsumsi madu Jumlah
Persentase
Satu kali sehari 37
27 2-3 kali sehari
28 21
2-3 hari sekali 15
11 Satu minggu sekali
9 7
Tidak menentu 46
34
Total 135 100
Berdasarkan informasi pada tabel 11 diketahui bahwa waktu mengkonsumsi madu paling banyak dilakukan oleh konsumen adalah ketika sedang sakit dengan
persentase sebesar 28. Kemudian diikuti oleh waktu mengkonsumsi madu sehabis makan 24, setelah selesai bekerja 13, dan sebelum berangkat bekerja 10.
Tabel 11. Waktu mengkonsumsi madu
Waktu Mengkonsumsi Madu Jumlah
Persentase
Sebelum bekerja 13
10 Setelah bekerja
19 13
Sebelum olahraga 9
7 Setelah olahraga
8 6
Sebelum makan 12
9 Setelah makan
32 24
Ketika sakit 38
28 Lainnya 4
3 6.
Hal yang Dirasakan Konsumen Setelah Mengkonsumsi Madu
Sebagian besar konsumen madu merasakan kesembuhan dari penyakitnya setelah mengkonsumsi madu dengan persentase sebesar 40. Kemudian disusul
dengan konsumen yang merasakan staminanya pulih kembali sebesar 23, daya tahan tubuh meningkat sebesar 20, perasaan lainnya sebesar 10, dan biasa saja
atau tidak ada perubahan yang signifikan setelah mengkonsumsi sebesar 7 Lihat tabel 12.
Tabel 12. Hal yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi madu
Hal yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi madu
Jumlah Persentase
Sembuh dari penyakit 54
40 Stamina pulih kembali
31 23
Daya tahan tubuh meningkat 27
20 Biasa saja tidak ada perubahan
10 7
Lainnya 13
10
Total 135
100 7.
Merek Madu yang Dikonsumsi Konsumen
Merek madu yang paling banyak dikonsumsi oleh konsumen lihat tabel 13 yaitu merek Madurasa dengan persentase sebesar 30, disusul dengan merek madu
Perhutani 18. Urutan persentase merek madu berikutnya adalah madu Sumbawa dengan persentase 16, madu Nusantara 10, madu Multisari 10, madu merek
lainnya 7, madu Kembang 4, dan madu Apiari 4. Hal ini menunjukkan madu lokal dengan merek-merek yang sudah terekenal Madurasa, Madu Perhutani, Madu
Nusantara, Madu Sumbawa Alami masih digemari oleh konsumen madu di Bogor. Adapun alasan konsumen yang membeli madu merek-merek diatas tabel
14 antara lain 26 konsumen menjawab karena harganya murah, karena keasliannya terjamin 21, karena rasanya enak 19, dan karena mudah untuk
mendapatkannya sebanyak 14. Hal ini menunjukkan preferensi konsumen terhadap merek madu harga yang murah lebih besar dibandingkan merek madu lain
yang ahrganya lebih mahal. Tabel 13. Merek madu yang sering dikonsumsi konsumen
Merek Madu Jumlah
Persentase
Madu Apiari 5
4 Madu Perhutani
24 18
Madurasa 41 30
Madu Sumbawa Alami 22
16
Madu Nusantara 15
10 Madu Multisari
13 10
Madu Kembang 6
4 Lainnya 9
7
Total 135 100
Tabel 14. Alasan konsumen membeli atau mengkonsumsi madu merek di atas
Alasan Konsumen membeli atau mengkonsumsi madu merek tersebut
Jumlah Persentase
Rasanya enak 25
19 Keasliannya terjamin
29 21
Harganya murah 35
26 Mereknya terkenal
14 10
Mudah untuk memperolehnya 19
14 Lainnya 13
10
Total 135 100
8. Jenis Madu
Jenis madu dapat diketahui dari jenis bunga nektar yang menjadi sumber pakan lebah. Biasanya nama jenis madu tercantum pada label kemasan madu. Jenis
madu yang paling disukai oleh konsumen lihat tabel 15 adalah jenis madu hutan dengan persentase sebesar 25. Jenis madu yang disukai oleh konsumen berturut-
turut adalah jenis madu bunga rambutan sebesar 17, dan madu bunga randu sebesar 14.
Tabel 15. Jenis madu yang disukai konsumen
Jenis Aroma Madu Jumlah
Persentase
Bunga Randu 19
14 Bunga Rambutan
23 17
Bunga Klengkeng 11
8 Bunga Karet
9 7
Bunga Kaliandra 9
7 Bunga Kopi
8 6
Bunga Apel 7
5 Hutan 34
25 Lainnya 15
11
Total 135 100
9. Ukuran Kemasan Madu
Berdasarkan ukuran volume madu yang dibeli lihat tabel 16, madu dengan ukuran volume 20 ml paling banyak dibeli oleh konsumen dengan persentase
sebesar 29. Kemudian secara berturut-turut persentase ukuran volume madu yang dibeli oleh kosumen adalah ukuran 250 ml sebesar 21, ukuran 350 ml sebesar
19, ukuran 650 ml sebesar 16, ukuran 1 L sebesar 1, dan ukuran lainnya sebesar 5. Hal ini menunjukkan madu ukuran volume 20 ml yang harganya jauh
lebih murah dan pemakaian yang praktis cukup menarik bagi konsumen untuk dikonsumsi.
Tabel 16. Ukuran Volume madu yang biasa dikonsumsi konsumen
Ukuran Madu Jumlah
Persentase
20 ml 39
29 100 ml
11 8
250 ml 29
21 350 ml
26 19
650 ml 22
16 1 Liter
1 1
Lainnya 7
5
Total 135
100 10.
Bahan dan Bentuk Kemasan Madu
Bahan kemasan yang paling disukai konsumen adalah bahan dari botol kaca dengan persentase sebesar 54, kemudian diikuti oleh bahan plastik sebesar 24.
Bahan kemasan berikutnya yang disukai konsumen adalah botol plastik sebesar 16, kertas tetrapack 4, dan lainnya sebesar 2 lihat tabel 17
Bentuk kemasan madu yang paling disukai oleh konsumen adalah bentuk botol dengan persentase sebesar 74. Kemudian bentuk kemasan madu lainnya
yang dipilih konsumen adalah bentuk kotak sachet sebesar 27, tube silinder 7 , bentuk prisma dengan persentase sebesar 5, bentuk kerucut sebesar 2, dan
bentuk lainnya 3 lihat tabel 18 Tabel 17. Bahan kemasan madu yang disukai konsumen
Bahan kemasan madu Jumlah
Persentase
Botol Kaca 73
54 Botol plastik
21 16
Plastik sachet 33
24 Kertas tetrapack 5
4 Lainnya 3
2
Total 135 100
Tabel 18. Bentuk kemasan madu yang disukai konsumen
Bentuk Kemasan yang disukai Jumlah
Persentase
Kotak sachet 37
27 Botol
74 55
Kerucut 3
2 Tube silinder
10 7
Prisma 7
5 Lainnya
4 3
Total 135
100 11.
Informasi Label Madu Konsumen
Berdasarkan informasi yang diinginkan konsumen terdapat pada label kemasan madu, informasi tentang kadaluarsa paling banyak diinginkan oleh
konsumen ada pada label kemasan madu dengan persentase sebesar 51. Informasi berikutnya yang harus ada adalah informasi tentang manfaat atau khasiat madu
dengan persentase sebesar 49. Informasi lainnya yang diinginkan oleh konsumen tercantum dalam label kemasan madu secara berturut-turut adalah logo halal 40,
nilai gizi madu 40, izin Departemen Kesehatan 38 lihat tabel 19. Data di atas menunjukkan kepedulian konsumen terhadap informasi yang terdapat pada label
kemasan madu. Banyak produsen madu masih mencantumkan sedikit sekali informasi tentang produk pada label kemasannya, bahkan ada yang tidak
mencantumkan label kemasan sama sekali. Ada juga produsen madu yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarasa, karena merasa yakin bahwa madu memiliki
daya tahan untuk jangka waktu yang lama, walaupun sebenarnya madu juga punya umur simpan yang terbatas. Selain itu ada juga produsen madu yang tidak
mencantumkan komposisi, dan nilai gizi karena sedikitnya pengetahuan produsen tentang produk madu. Dan yang paling banyak adalah produk madu tidak memiliki
izin dari Departemen Kesehatan, Kode SNI, dan sertifikasi halal dari LPPOM MUI karena produsen beralasan proses administrasinya yang lama dan juga memerlukan
biaya yang tidak sedikit untuk mengurusnya. Tabel 19. Informasi yang diinginkan konsumen ada pada label kemasan madu
Informasi pada label kemasan madu
Jumlah Persentase
Komposisi 30 22
Logo Halal 54
40 Nilai Gizi
54 40
Kode SNI 14
10
Aturan Pakai 22
16 Izin Departemen Kesehatan
51 38
Barcode 2 1
Tanggal Kadaluarsa 69
51 Merek Dagang
50 37
Khasiat Madu 66
49 Logo Produsen
10 7
Nama Alamat produsen 19
14
Total 135 100
12. Tempat Pembelian Produk Madu
Berdasarkan data pada tabel 20, diketahui bahwa warung atau toko menjadi tempat pembelian madu paling banyak oleh konsumen dengan persentase sebesar 36
. Supermarket menjadi pilihan konsumen berikutnya dengan persentase sebesar 26. Setelah itu tempat pembelian madu yang menjadi pilihan konsumen adalah
agen dengan persentase sebesar 11 dan pasar tradisional 10. Alasan konsumen memilih tempat pembelian madu karena alasan harga
madu yang murah merupakam alasan yang paling banyak dengan persentase sebesar 29. Kemudian alasan berikutnya adalah karena lokasinya lebih dekat sebesar 24,
persediaannya banyak 17, dan produknya bervariasi sebesar 12 lihat tabel 21. Data di atas menunjukkan bahwa toko atau warung merupakan tempat pembelian
madu yang banyak didatangi konsumen karena harganya yang cukup murah dan mudah dijangkau dari rumah dibandingkan dengan Supermarket .
Tabel 20. Tempat pembelian madu konsumen
Tempat Pembelian Madu Jumlah
Persentase
Pasar 9 10
Supermarket 24 26
WarungToko 33 36
Outlet Produsen 4
4 Pedagang Keliling
5 5
Agen 10 11
Apotik 5 5
Lainnya 2 2
Total 92 100
Tabel 21. Alasan konsumen memilih tempat pembelian madu
Alasan Konsumen Membeli Madu di Tempat Tersebut
Jumlah Persentase
Lokasi lebih dekat 22
24
Pelayanannya bagus 5
5 Harganya murah
27 29
Persediaannya banyak 16
17 Kualitas madunya bagus
8 9
Produknya bervariasi 11
12 Lainnya
4 4
Total 92
100
Tabel 22. Tempat penjualan madu yang disukai konsumen
Jumlah Tempat Penjualan Madu yang
disukai Konsumen Persentase
Pasar 12 9
Supermarket 26 19
WarungToko 43 32
Outlet Produsen 11
9 Agen 15
11 Apotek 19
14 Lainnya 9
7
Total 135 100
Tempat penjualan madu yang disukai konsumen madu adalah warung atau toko kelontong dengan persentase 32. Supermarket menjadi pilihan konsumen
berikutnya dengan persentase sebesar 19. Setelah itu tempat penjualan madu menurut konsumen adalah apotek dengan persentase sebesar 14, dan agen 11
lihat tabel 22. Dari informasi pada tabel 20 – 22 dapat diambil kesimpulan bahwa warung
atau toko kelontong menjadi tempat yang paling banyak disukai dan dikunjungi untuk membeli madu karena mudah dijangkau dari rumah dan menyediakan madu
ukuran sachet yang harganya jauh lebih murah.
13. Sumber Informasi Produk Madu
Pada tabel dapat dilihat bahwa sumber informasi konsumen madu terbesar adalah dari pihak keluarga dengan persentase sebesar 34, lalu disusul oleh
informasi dari teman sebesar 21. Sumber informasi lainnya setelah keluarga dan teman adalah internet sebesar 11, iklan di koran sebesar 9, dan iklan TV sebesar
8 lihat tabel 23. Data tersebut menunjukkan pengetahuan tentang madu dan
manfaatnya lebih banyak diterima konsumen secara lisan dari keluarga dan temannya dibandingkan melalui media cetak maupun media elektronik.
Tabel 23. Sumber informasi konsumen tentang madu
Sumber Informasi Madu Jumlah
Persentase
Keluarga 46 34
Teman 28 21
Brosur 9 7
Internet 15 11
Iklan Koran 12
9 IklanTV 11
8 Even-even tertentu
10 7
Lainnya 4 3
Total 135 100
Bentuk promosi madu yang disukai oleh konsumen adalah iklan televisi dengan persentase sebesar 24. Setelah itu ada bentuk promosi dengan potongan
harga discount dengan persentase sebesar 16, iklan di koran 13, brosur atau leaflet 12, dan bentuk promosi lainnya 10 lihat tabel 24. Ini menunjukkan
pengaruh iklan televisi dalam mempengaruhi konsumen sangat besar. Hal ini disebabkan televisi sebagai media informasi audio visual dapat meymapaikan
informasi secara cepat. Namun besarnya biaya untuk memasang iklan pada stasiun televisi menyebabkan media promosi ini kurang disukai oleh para produsen atau
pengusaha madu. Tabel 24.Bentuk promosi madu yang Disukai konsumen
Bentuk Promosi Madu Jumlah
Persentase
Iklan di Koran 17
13 Iklan di Majalah
7 5
Iklan di TV 32
24 Iklan di Radio
7 5
Iklan di Internet 10
7 Brosurleaflet 16
12 Event tertentu
12 9
Potongan harga 21
16 Lainnya 13
10
Total 135 100
14. Harga Produk Madu berdasarkan Ukuran Kemasan yang Dikehendaki
Konsumen
Harga madu yang diinginkan oleh konsumen sangat bervariasi sesuai ukuran kemasan madu. Untuk madu kemasan sachet 20 ml paling banyak diinginkan oleh
konsumen adalah pada kisaran harga Rp 500 – 1000,- dengan persentase sebesar 47. Selanjutnya pada harga Rp 1001 – 1250,- sebesar 20; dan harga Rp 1251 –
1500,- lihat tabel 25. Tabel 25. Harga madu kemasan sachet 20 ml menurut konsumen
Jumlah Harga madu kemasan sachet 20 ml
yang tepat menurut konsumen Persentase
Rp 500 - 1000 63
47 Rp 1001 - 1250
27 20
Rp 1251 - 1500 20
17 Rp 1501 - 1750
12 9
Rp 1751 - 2000 7
5 Rp 2000
3 2
Total 135
100 Sedangkan pada madu kemasan botol ukuran sedang 250300 ml, sebagian
besar konsumen menginginkan harga madu pada ukuran tersebut adalah antara Rp 20001 – 25000,- dengan persentase sebesar 50. Kemudian diikuti oleh kisaran
harga Rp 15001 – 20000,- sebesar 19; Rp 10001 – 15000,- sebesar 14; dan Rp 25001 – 30000,- sebesar 13 lihat tabel 26.
Tabel 26. Harga madu kemasan botol ukuran 250300 ml menurut konsumen
Jumlah Harga madu kemasan botol ukuran
250300 ml yang tepat menurut konsumen Persentase
Rp 10000 1
1 Rp 10001 - 15000
17 14
Rp 15001 - 20000 26
19 Rp 20001 - 25000
68 50
Rp 25001 - 30000 19
13 Rp 30000
4 3
Total 135 100
Untuk madu kemasan botol ukuran besar 600650 ml, harga madu yang paling diinginkan oleh konsumen adalah pada kisaran harga Rp 40001 – 45000,-
dengan persentase sebesar 35. Kemudian diikuti oleh kisaran harga Rp 35001 – 40000,- sebesar 19; dan Rp 30001 – 35000,- lihat tabel 27.
Tabel 27. Harga madu kemasan botol ukuran 600650 ml menurut konsumen
Harga madu kemasan botol ukuran 600650 ml yang tepat menurut konsumen
Jumlah Persentase
Rp 20000 Rp 20001 - 25000
8 6
Rp 25001 - 30000 14
10 Rp 30001 - 35000
16 12
Rp 35001 - 40000 25
19 Rp 40001 - 45000
47 35
Rp 45001 - 50000 15
11 Rp 50000
10 7
Total 135 100
15. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Lebah Selain Madu
Menurut pengalaman mengkonsumsi produk hasil lebah selain madu, sebagian besar konsumen menjawab tidak pernah dengan persentase sebesar 67.
Sedangkan yang menjawab pernah mengkonsumsi produk hasi lebah selain madu sebesar 33 lihat tabel 28. Adapun produk hasil lebah selain madu yang paling
banyak dikonsumsi konsumen adalah royal jelly sebesar 65. Sedangkan untuk produk lainnya yaitu propolis sebesar 25, dan bee pollen sebesar 8 lihat tabel
29.
Tabel 28. Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk lebah selain madu
Pengalaman konsumen mengkonsumsi Produk lebah selain madu
Jumlah Persentase
Pernah 60 33
Tidak Pernah 75
67
Total 135 100
Tabel 29. Produk lebah selain madu yang pernah dikonsumsi konsumen
Produk lebah selain madu yang pernah dikonsumsi
Jumlah Persentase
Royal Jelly 39
65 Propolis 15
25 Bee Pollen
5 8
Lilin 1 2
Total 60 100
16.
Pengalaman Mengkonsumsi Produk yang Mengandung Bahan Baku Madu
Data pada tabel 30 menunjukkan bahwa 63 konsumen menjawab pernah mengkonsumsi produk yang mengandung bahan baku madu dan 37 konsumen
tidak pernah mengkonsumsi produk lebah selain madu lihat tabel 30. Kemudian secara berturut-turut produk hasil lebah yang pernah dikonsumsi oleh konsumen
yaitu Susu sebesar 21, shampoo sebesar 21, dan minuman ringan sebesar 19 lihat tabel 31.
Tabel 30. Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk yang mengandung madu
Pengalaman konsumen mengkonsumsi produk yang mengandung madu
Jumlah Persentase
Pernah 85 63
Tidak Pernah 50
37
Total 135 100
Tabel 31. Produk mengandung bahan madu yang dikonsumsi konsumen
Produk yang mengandung bahan madu yang pernah dikonsumsi
Jumlah Persentase
Makanan Ringan 19
15 Minuman Ringan
26 19
Susu 28 21
Shampoo 29 21
Sabun 25 19
Jamu 23 17
Lainnya 3 2
17. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Minuman Kesehatan
Berdasarkan pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi minuman kesehatan diketahui informasi bahwa konsumen 97 pernah mengkomsumsi
minuman kesehatan, dan yang mengaku tidak pernah mengkonsumsi minuman kesehatan sebanyak 3 lihat tabel 32. Sedangkan untuk pengalaman
mengkonsumsi minuman kesehatan, konsumen paling banyak menjawab susu dengan persentase sebesar 71. Lalu secara berturut-turut minuman kesehatan yang
pernah dikonsumsi oleh konsumen yaitu jamu sebesar 43, teh sebesar 42, dan sari buah sebesar 23 lihat tabel 33. Ini menunjukkan bahwa madu belum banyak
dikonsumsi oleh masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tabel 32. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman kesehatan
Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman kesehatan
Jumlah Persentase
Pernah 131 97
Tidak Pernah 4
3
Total 135 100
Tabel 33. Minuman kesehatan yang dikonsumsi konsumen
Minuman kesehatan yang Pernah dikonsumsi
Jumlah Persentase
Teh 63 42
Susu 107 71
Jamu 65 43
Sari buah 31
23 Lainnya 25
19 Pilihan boleh lebih dari satu
18. Pengalaman Mengkonsumsi Produk Minuman Penyegar
Sebanyak konsumen 95 menyatakan pernah meminum minuman penyegar dan 5 menjawab tidak pernah meminum minuman penyegar lihat tabel
34. Jenis minuman penyegar yang paling banyak dikonsumsi oleh konsuemen adalah Air Minum Dalam Kemasan AMDK dengan persentase sebesar 65.
Kemudian secara berturut-turut minuman penyegar yang pernah dikonsumsi oleh konsumen yaitu sirup buah dengan persentase sebesar 58 softdrink 51, larutan
penyegar 44, energy drink 35, dan kopi sebesar 13 lihat tabel 35. Tabel 34. Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar
Pengalaman konsumen mengkonsumsi minuman penyegar
Jumlah Persentase
Pernah 128 95
Tidak Pernah 7
5
Total 135 100
Tabel 35. Minuman penyegar yang dikonsumsi konsumen
Minuman penyegar yang Pernah dikonsumsi
Jumlah Persentase
Softdrink 70 51
Energydrink 47 35
AMDK 88 65
Sirup 60 44
Kopi 78 58
Lainnya 20 13
19.
Bahan Pemanis Makanan Minuman yang biasa Dikonsumsi
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa 91 konsumen sudah biasa dalam kesehariannya menggunakan gula putih sebagai pemanis makaanan atau minuman,
dan konsumen 37 selain menggunakan gula merah sebagai pemanis makanan atau minuman. Sedangkan konsumen yang menggunakan pemanis madu adalah 21
lihat tabel 36. Ini menunjukkan bahwa jumlah produksi madu yang jauh lebih rendah dari pada gula putih dan gula merah ikut mempengaruhi konsumen dalam
menggunakannya sebagai pemanis makanan atau minuman. Tabel 36. Pemanis makananminuman yang dikonsumsi konsumen
Pemanis makananminuman yang biasa dipakai
Jumlah Persentase
Madu 28 21
Gula putih 123
91 Gula merah
50 37
Gula cair 2
1 Gula bit
4 3
Pemanis buatan 14
6 Pilihan boleh lebih dari satu
E. HASIL ANALISIS PEMBOBOTAN
Pada penelitian ini analisis pembobotan dilakukan untuk mengetahui preferensi konsumen dalam menentukan atribut yang menjadi prioritas dalam
pembelian madu dan produk pesaingnya. Atribut madu sengaja dibedakan dengan atribut produk-produk pesaingnya untuk melihat perbedaan prioritas pemilihan
konsumen terhadap atribut masing-masing produk dalam melakukan pembelian. Untuk atribut madu, atribut yang akan diujikan merupakan hasil identifikasi yang
dilakukan oleh enam orang pakar madu di Pusbahnas yang kemudian diolah uji MPE. Atribut yang dipilih sebanyak sepuluh buah atribut yang merupakan peringkat
satu sampai sepuluh pada penilaian MPE. Adapun kesepuluh atribut madu yang dinilai adalah keaslian, logo halal,
kemasan, aroma, harga, manfaat atau khasiat, kehigienisan, ketersediaan, dan kadar air. Sedangkan atribut yang dianalisis dari produk minuman kesehatan, produk
minuman penyegar, dan produk bahan pemanis makanan atau minuman adalah sama dengan atribut madu, yaitu logo halal, promosi, kemasan, rasa, aroma, harga,
manfaat, kehigienisan, ketersediaan, dan citra produsen. Kesepuluh atribut tersebut merupakan peringkat satu sampai tiga belas pada uji MPE untuk atribut madu yang
memiliki kesamaan dengan produk pesaingnya. Dalam analisis pembobotan ini konsumen memberikan peringkat terhadap
sepuluh atribut madu dan produk-produk pesaingnya. Pemberian peringkat ini beragam satu konsumen dengan konsumen lainnya. Tingkat kepentingan suatu
atribut dalam mempengaruhi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk ditunjukkan nilai skala kepentingan. Nilai skala kepentingan
merupakan nilai rata-rata penjumlahan nilai suatu atribut pada berbagai prioritas ke- i setelah dikalikan faktor pengali bobot. Besar nilai faktor pengali bobot
ditentukan berdasarkan urutan peringkat atribut dalam prioritas pembelian. Atribut yang menjadi peringkat satu akan dikalikan dengan nilai bobot sepuluh, atribut
peringkat dua dikalikan dengan nilai bobot sembilan, atribut peringkat tiga dikalikan dengan delapan, dan seterusnya sampai atribut peringkat sepuluh dikalikan dengan
nilai bobot satu. Hasil dari analisis ini akan terlihat perbedaan atau persamaan atribut yang
menjadi prioritas konsumen dalam pembelian produk. Semakin besar nilai skala kepentingan suatu atribut berarti semakin pentinglah atribut tersebut dalam
pertimbangan pembelian konsumen terhadap produk tersebut. Hasil penjumlahan terbesar merupakan atribut produk yang utama oleh konsumen, sedangkan nilai
yang terkecil merupakan atribut dari madu atau produk-produk pesaingnya yang paling akhir dipilih konsumen.
1. Penilaian Atribut Madu Menurut Preferensi Konsumen
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut madu, keaslian madu menjadi atribut yang paling utama diprioritaskan dalam membeli madu dengan nilai sebesar
13,70. kemudian diikuti oleh atribut logo halal 11,21, atribut manfaat atau khasiat madu 9,90, dan atribut kehigienisan 9,04 di peringkat kedua, ketiga, dan keempat
yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli madu. Ketiga atribut tersebut harus tetap dijaga oleh produsen madu untuk dalam pempertahankan pelanggannya.
Sedangkan atribut kemasan dan ketersediaan madu dengan nilai prioritas 5,15 dan 3,31 menjadi atribut yang terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli madu.
Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 37. Tabel 37. Hasil analisis pembobotan atribut produk madu
Atribut Nilai Prioritas
Rangking
Keaslian 13,70
1
Logo halal 11,21
2
Manfaatkhasiat 9,90
3
Kehigienisan 9,04
4
Harga 6,79
5
Kekentalan 6,54
6
Aroma 6,28
7
Kadar air 6,25
8
Kemasan 5,15
9
Ketersediaan 3,31
10
Kehalalan produk madu memang telah diyakini oleh konsumen madu terutama yang beragama Islam. Namun keyakinan konsumen akan kehalalan madu
tidak boleh dijadikan alasan bagi produsen untuk tidak mencantumkan logo halal pada kemasan produk madunya dan memiliki sertifikasi halal. Pencantuman logo
dan sertifikasi halal pada kemasan akan menambah kepercayaan dari konsumen terhadap suatu produk madu yang akan dibeli.
Kehigienisan produk madu berarti suatu kondisi produk madu tidak mengandung bahan cemaran biologis, kimia, benda-benda asing lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Kehigienisan madu juga sangat penting untuk diperhatikan oleh produsen dan konsumen madu, karena
kehigienisan ikut menentukan baik-buruknya kualitas madu. Salah satu contoh ketidakhigienisan proses pengolahan madu antara lain melakukan proses ektraksi
madu di tempat yang kurang bersih. Dalam proses pengolahan madu, upaya untuk mencegah timbulnya kontaminasi dan pencegahan pertumbuhan kontaminan dalam
produk harus dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya kegiatan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan, peralatan, pakaian kerja, serta lingkungan
produksi
2. Penilaian Atribut Minuman Kesehatan Menurut Preferensi Konsumen
Sebagian besar konsumen memprioritaskan manfaat bagi kesehatan sebagai pertimbangan dalam membeli produk minuman kesehatan dengan nilai 11,14. Di
peringkat kedua dan ketiga prioritas konsumen dalam membeli minuman kesehatan adalah atribut logo halal dan kehigienisan dengan nilai prioritas sebesar 11,10 dan
8,85. Sedangkan dua atribut yang menjadi prioritas terakhir adalah atribut citra produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,94 dan 3,28 menjadi atribut yang
terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli minuman kesehatan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 38. Hasil analisis pembobotan atribut produk minuman kesehatan
Atribut Nilai Prioritas
Rangking
Manfaat 11,14 1
Logo halal 11,10
2
Kehigienisan 8,85 3
Harga 8,59 4
Rasa 7,82 5
Aroma 6,54 6
Kemasan 6,50
7
Ketersediaan 4,15 8
Citra Produsen 3,94
9
Promosi 3,28
10 3.
Penilaian Atribut Minuman Penyegar Menurut Preferensi Konsumen
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut produk minuman penyegar, logo halal menjadi atribut yang paling utama diprioritaskan dalam membeli produk
minuman penyegar dengan nilai sebesar 11,05. Kemudian diikuti oleh atribut manfaat dengan nilai 10,03 dan atribut rasa dengan nilai 9,72 di peringkat kedua dan
ketiga yang menjadi prioritas konsumen dalam membeli minuman penyegar. Sedangkan atribut citra produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,24 dan 2,47
menjadi atribut yang terakhir diprioritaskan konsumen dalam membeli minuman penyegar. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 38.
Tabel 39. Hasil analisis pembobotan atribut produk minuman penyegar
Atribut Nilai Prioritas
Rangking
Logo halal 11,05
1
Manfaat 10,03
2
Rasa 9,72 3
Kehigienisan 8,95 4
Harga 8,77 5
Aroma 7,91
6
Kemasan 7,12 7
Ketersediaan 4,14 8
Citra Produsen 3,24
9 Promosi 2,47
10
4. Penilaian Atribut Pemanis Makanan dan Minuman Menurut Preferensi Konsumen
Sebagian besar konsumen memprioritaskan keberadaan logo halal sebagai pertimbangan dalam membeli produk pemanis makanan dan minuman dengan nilai
10,14. Di peringkat kedua dan ketiga prioritas konsumen dalam membeli produk pemanis makanan dan minuman adalah atribut manfaat dan kehigienisan dengan
nilai prioritas sebesar 9,70 dan 9,60 Tabel 40. Hasil analisis pembobotan atribut produk pemanis makanan dan
minuman
Atribut Nilai Prioritas
Rangking
Logo halal 10,14
1
Rasa 9,70 2
Kehigienisan 9,60 3
Manfaat 9,38 4
Aroma 7,51
5
Harga 7,47 6
Kemasan 6,53 7
Ketersediaan 4,47
8
Citra Produsen 3,62
9
Promosi 2,95 10
Sedangkan dua atribut yang menjadi prioritas terakhir adalah atribut citra produsen dan promosi dengan nilai prioritas 3,62 dan 2,95 menjadi atribut terakhir
diprioritaskan konsumen dalam membeli pemanis makanan dan minuman. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 40.
Berdasarkan hasil analisis pembobotan atribut produk madu dan produk pesaingnya yang ditunjukkan pada tabel 36-39 dapat diketahui bahwa sebagian
besar konsumen menempatkan atribut logo halal produk sebagai atribut yang diprioritaskan pada pembelian produk madu maupun produk pesaingnya. Selain ada
tidaknya logo halal produk, atribut manfaat, dan atribut kehigienisan juga termasuk atribut yang diprioritaskan dalam pembelian produk. Untuk produk madu dan
produk pesaingnya, atribut promosi, dan atribut citra produsen menempati posisi terbawah urutan atribut yang menjadi prioritas konsumen. Untuk dua atribut terakhir
yang disebutkan perlu diperbaiki oleh pihak produsen madu dan produk pesaingnya. Kehalalan sebuah produk kini memang kian menjadi perhatian umat Islam.
Sebagian kalangan umat telah begitu sadar bahwa makanan yang halal merupakan keharusan yang tak bisa ditawar. Ini tentunya menuntut produsen untuk memenuhi
kepentingan umat. Kehalalan suatu produk merupakan suatu keharusan untuk setiap produk pangan, farmasi, dan kosmetika yang dipasarkan di Indonesia yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Bagi konsumen muslim, adanya logo dan sertifikasi halal akan mendapatkan kepastian dan jaminan bahwa produk yang
dikonsumsinya tidak mengandung sesuatu yang tidak halal serta diproduksi dengan cara yang halal. Sedangkan bagi produsen, sertifikasi halal memberikan peluang
untuk meraih pasar pangan halal global yang diperkirakan sebanyak 1,4 milyar muslim dan jutaan non-muslim lainnya dan meningkatkan citra produknya.
Sikap berhati-hati sebaiknya juga diterapkan oleh konsumen setiap kali membeli atau mengonsumsi makanan dan minuman olahan. Artinya ketika kita
belum bisa memastikan status halal atau haramnya bahan pangan tersebut. Siapa tahu dalam makanan minuman itu terselip kandungan bahan atau ramuan
ingredients tidak halal alias haram atau meragukan. Masalahnya, kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang telah terkondisi dengan bahan pangan olahan yang
dalam proses produksinya kerap dibubuhkan bahan atau ramuan tertentu. Faktanya, tak semua ramuan itu berasal dari bahan dan atau proses yang halal. Adakalanya
ramuan itu juga tidak jelas status dan asal-usulnya. Maka, berhati-hati dalam memilih sudah menjadi keharusan. www.guidehalal.com, 2006.
F. HASIL ANALISIS CLUSTER
Analisis cluster adalah analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan konsumen ke dalam beberapa kelompok yang akan dijadikan sebagai sasaran
segmen pasar produknya. Pemilihan ini tidak hanya berdasarkan besarnya persentase kelompok namun juga harus berdasarkan pertimbangan lain seperti
kelayakan kelompok dibandingkan dengan karaketristik produk yang hendak dikembangkan aspek pemasarannya. Dalam penelitian ini analisis cluster yang
dilakukan membagi konsumen madu kedalam empat kelompok berdasarkan data demografi segmentasi demografis. Segmentasi jenis ini memisahkan pasar ke
dalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel demografis sosiologi, yaitu variabel usia dan pekerjaan, serta demografi ekonomi yaitu pendapatan atau
uang saku dan pengeluaran rata-rata responden per bulan. Alasan menggunakan variabel demografis ialah karena variabel ini sangat berkaitan dengan keinginan,
preferensi, dan tingkat penggunaan konsumen serta lebih mudah diukur.
Hasil dari analisis cluster ini berupa segmentasi pasar untuk produk madu. Strategi positioning madu dapat ditentukan setelah segmentasi pemasaran yang
diketahui. Kendala dalam pemasaran madu dapat diatasi melalui perancangan strategi pemasaran yang dilakukan melalui analisis segmen pasar berdasarkan
demografi dan perilaku konsumen untuk mendapatkan segmen sasaran pengembangan pemasarannya. Sasaran segmen pasar utama tidak harus kelompok
segmen yang memiliki persentase terbesar. Hasil analisis cluster menunjukkan bahwa ada empat kelompok segmen pasar
madu yang memiliki persentase dan karakteristik yang berbeda-beda. berdasarkan variabel demografis pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan, usia, dan
pekerjaan. Kelompok konsumen madu yang terbentuk berdasarkan variabel demografis selengkapnya dapat dilihat pada tabel 41.
Tabel 41. Hasil Analisis Cluster konsumen berdasarkan variabel demografis
Kelompok 1
2 3
4 Persentase
32,6 17,8
34,8 14,8
Usia 15 – 20 tahun
15 – 20 tahun 21 – 30 tahun 41 – 50 tahun
Pekerjaan Pelajar Mahasiswa
Pelajar Mahasiswa
Karyawan Swasta
Wiraswasta Pendapatan atau
uang saku rata- rata bulan
300.000 300.000
1.000.001- 1.500.000
3.000.000 Pengeluaran
rata-rata bulan 250.000
400.000 800.001-
1.250.000 2.500.000
Dari empat kelompok segmen diatas, kelompok satu dan tiga memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan kelompok dua dan empat. Kelompok satu
adalah kelompok konsumen dengan persentase sebesar 32,6 yang berusia antara 15-20 tahun, dan sebagian besar berprofesi sebagai pelajar atau mahasiswa. Selain
itu kelompok tiga memiliki rata-rata pendapatan atau uang saku per bulan kurang dari Rp 300.000,- dan rata-rata pengeluaran per bulan kurang dari Rp 250.000,- per
bulan. Sedangkan kelompok tiga adalah kelompok konsumen dengan persentase sebesar 34,8 yang berusia antara 21-30 tahun, dan sebagian besar berprofesi
sebagai karyawan swasta. Selain itu kelompok tiga memiliki rata-rata pendapatan per bulan antara Rp 1.000.001 - 1.500.000,- dan rata-rata pengeluaran per bulan
antara Rp 800.001 - 1.250.000,-.
Kelompok tiga merupakan kelompok konsumen madu di Bogor yang layak untuk dijadikan target pasar karena memiliki persentase yang terbesar dibandingkan
dengan kelompok satu. Kelayakan ini didukung dengan karakteristik konsumen yang usianya masih muda dan banyak menggunakan sebagian besar tenaganya
dalam bekerja dan aktivitas lain, sehingga madu sangat tepat untuk dijadikan makanan tambahan bagi segmen ini. Selain itu sebagian besar konsumen pada
kelompok tiga berprofesi sebagai karyawan swasta yang sudah mandiri dalam berpenghasilan dengan memiliki pendapatan rata-rata per bulan Rp 1.000.001 -
1.500.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan Rp 800.001 - 1.250.000,-. Sementara kelompok satu walaupun persentasenya tidak jauh selisihnya
dengan kelompok tiga, juga cukup potensial dijadikan target pasar karena karakteristik demografi konsumennya yang merupakan para pelajar atau mahasiswa
yang memiliki pendapatan uang saku rata-rata per bulan kurang dari Rp 300.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan kurang dari Rp 250.000,-. Namun untuk
kelompok tiga memiliki keunggulan yang lebih dibandingkan dengan kelompok satu yang masih tergantung pada pemberian orang tua serta memiliki banyak kebutuhan
lain yang lebih diprioritaskan daripada mengkonsumsi madu. Maka, dari karakteristik demografi ekonomi dan sosial kelompok tiga sangat potensial menjadi
kelompok sasaran dalam pengembangan pemasaran produk madu.
G. HASIL ANALISIS KORESPONDENSI