aroma A9, dan citra produsen A10. Produk gula bit P13, gula cair P14, dan pemanis buatan relatif
lebih dekat dengan atribut kemasan A4, harga A6, ketersediaan A7, dan citra produsen A10.
Tabel 5. Hasil Analisis Korespondensi Madu dengan Produk Pemanis Makanan dan Minuman
Kelompok Produk P
Atribut A
Manfaat A1
Madu Madu P1
Rasa A5 Logo Halal A2
Kemasan A4 Rasa A5
Harga A6 Promosi A8
Aroma A9 1. Gula
Putih P11
Citra Produsen A10 Logo Halal A2
Kemasan A4 Rasa A5
Harga A6 Promosi A8
Aroma A9 2. Gula
Merah P12
Citra Produsen A10
3. Gula bit P13
Ketersediaan A7 Logo Halal A2
Kemasan A4 Harga A6
Ketersediaan A7 Promosi A8
Aroma A9 4. Gula cair
P14
Citra Produsen A10 Harga A6
Pemanis Makanan
dan Minuman
5. Pemanis Buatan P15
Ketersediaan A7
Dari informasi pada tabel 5, dapat diketahui bahwa atribut yang posisinya relatif dekat dengan
produk madu P1, yaitu atribut manfaat bagi kesehatan A1 dan atribut rasa A5. Kelebihan madu
pada kedua atribut tersebut harus ditingkatkan agar mampu bersaing dengan produk pemanis lainnya,
terutama dengan produk gula putih P11 dan gula merah P12. Hal ini mungkin karena ketiga jenis
pemanis ini yaitu madu P1, gula putih P11, dan gula merah P12 merupakan produk pemanis
makanan dan minuman yang rasa manisnya sudah dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat luas
dibandingkan gula bit P13, gula cair P14, dan pemanis buatan P15.
Selain memiliki kelebihan dalam atribut manfaat bagi kesehatan, madu juga memiliki
kelebihan pada kehalalan produknya, kehigienisan produk, dan rasanya yang manis. Keunggulan madu
pada empat atribut tersebut harus dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya oleh produsen untuk dapat
bersaing dengan produk minuman kesehatan, minuman penyegar, serta pemanis makanan dan
minuman.
Posisi produk madu dengan produk minuman kesehatan, minuman penyegar, dan pemanis makanan
dan minuman juga terdapat kesamaan pada beberapa atribut jauh posisinya dengan produk madu P1.
Beberapa atribut yang jauh dari produk madu antara lain atribut harga P6, promosi P8, ketersediaan
P7, dan kemasan A4. Hal ini menunjukkan bahwa produk madu P1 masih memiliki berbagai
kekurangan pada atribut-atribut tersebut.
Dalam aspek harga, produk madu masih dirasakan mahal oleh sebagian besar masyarakat
terutama yang tergolong ekonomi menengah ke bawah. Ketersediaan madu di pasar untuk memenuhi
kebutuhan konsumen juga masih kurang, karena produksi madu tergantung dengan musim
pembungaan. Sedangkan untuk aspek kemasan, produk madu lokal paling jarang melakukan inovasi
terhadap bahan dan bentuk kemasan, serta minimnya informasi yang dicantumkan pada label kemasan
madu.
Pengembangan Model Pemasaran Madu
Memformulasikan strategi pemasaran dan bauran pemasaran merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan model pemasaran yang sesuai dengan keinginan konsumen. Strategi pemasaran
meliputi bagaimana cara menentukan segmentasi pasar, menentukan target pasar, dan memposisikan
keunggulan produk dalam benak konsumen. Sedangkan bauran pemasaran merupakan taktik
pemasaran untuk merumuskan strategi pemasaran dengan melakukan intensifikasi, ekstensifikasi, atau
diversifikasi terhadap performance produk, harga produk, distribusi produk, dan promosi produk.
1. Strategi Pemasaran Segmentation, Targetting,
dan Positioning
Segmentasi konsumen produk madu dapat dibedakan dari aspek demografi dan aspek perilaku
konsumen. Segmentasi berdasarkan demografis mencakup variabel usia, pekerjaan, suku asal,
pendapatan dan pengeluaran rata-rata per bulan. Sedangkan segmentasi berdasarkan perilaku
konsumen mencakup pengalaman, dan motivasi konsumen membeli atau mengkonsumsi madu.
Namun produk madu merupakan produk yang dapat dikonsumsi oleh siapa saja baik tua maupun muda,
berprofesi sebagai apa saja, dan darimana pun asal sukunya.
Berdasarkan hasil analisis cluster dapat diketahui bahwa kelompok yang potensial dijadikan
sasaran pengembangan segmentasi pasar adalah konsumen pada kelompok tiga dengan usia antara 21-
30 tahun, berprofesi sebagai karyawan swasta, memiliki pendapatan per bulan antara Rp 1.000.001,-
sampai Rp 1.500.000,- dan pengeluaran rata-rata per bulan antara Rp 800.001,- sampai Rp 1.250.000,-.
Yang merupakan konsumen ekonomi menengah.
Disamping itu, segmen ini dipilih karena merupakan konsumen yang memiliki pengalaman
pernah membeli sekaligus mengkonsumsi madu, dan mengkonsumsi madu untuk pengobatan penyakit dan
untuk menguatkan stamina tubuh atau menambah energi. Kelompok konsumen ini dinilai potensial
sebagai target pengembangan pemasaran produk madu karena kelompok ini cukup memiliki dukungan
6
keuangan, kebiasaan, kesadaran akan pentingnya kesehatan untuk membeli produk madu. Segmen pasar
yang telah dipilih dapat dispesifikkan dengan menentukan target pasar. Oleh karena itu kelompok
konsumen dengan karakteristik inilah yang akan dijadikan target pengembangan pemasaran produk
madu.
Dari hasil perumusan segmen dan target pasar tersebut maka dapat ditentukan suatu positioning
produk untuk pasar yang diharapkan dapat menarik kelompok konsumen yang dari segmen yang dituju.
Dan positioning yang diambil lebih menonjolkan keunggulan manfaat atau khasiat produk madu, dan
berusaha menanamkan kesadaran mengkonsumsi madu untuk menjaga kesehatan tubuh pada
masyarakat. Dan positioning produk yang cocok untuk madu disesuaikan dengan penilaian konsumen
terhadap atribut madu “produk alami yang halal dan menyehatkan”
2. Bauran Pemasaran dan Prioritas Pengembangan Pemasaran