survei diperoleh informasi bahwa sebagian besar konsumen mendapatkan informasi dari keluarga dan temannya. Informasi dari keluarga dan teman sangat
membantu positioning untuk membenakkan produk madu sebagai produk alami yang halal dan menyehatkan.
Namun hal ini juga menunjukkan adanya kelemahan para pengusaha dalam mempromosikan produk madu. Oleh karena itu pengusaha madu atau
perlebahan berusaha mengupayakan agar keunggulan manfaatkhasiat madu tersampaikan kepada masyarakat, sehingga mau mengkonsumsi madu sebagai
produk yang menyehatkan bagi masyarakat. Sebagian besar konsumen ingin madu dipromosikan secara gencar di Televisi karena informasi tentang
manfaatkhasiat madu akan lebih cepat tersampaikan ke seluruh pelosok di tanah air dan mancanegara. Selain itu, promosi dengan memberikan potongan harga
dan hadiah langsung akan membuat para konsumen tertarik untuk membeli madu.
E. Prioritas Pengembangan Pemasaran
Berdasarkan hasil analisis pembobotan dan analisis korespondensi diketahui bahwa atribut yang menjadi prioritas utama dalam pembelian madu
adalah atribut manfaat atau khasiat madu bagi kesehatan, keaslian, kehigienisan, madu sebagai produk yang halal, dan rasa madu yang manis. Oleh sebab itu
maka hal yang harus menjadi prioritas dalam pengembangan pemasaran adalah menjaga image sekaligus positioning madu sebagai produk alami yang halal dan
menyehatkan, meningkatkan kehigienisan produk madu, dan meningkatkan kekhasan rasa madu.
Citra dan positioning madu sebagai produk alami yang halal dan mneyehatkan harus selalu dipromosikan secara massif dan terus-menerus
melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Dengan adanya promosi yang gencar akan melahirkan kesadaran di masyarakat untuk
mengkonsumsi madu tidak hanya sebagai obat tetapi juga sebagai makanan tambahan sehari-hari. Produsen madu juga perlu memiliki sertifikasi halal dari
LPPOM MUI sehingga konsumen mendapatkan jaminan dan kepastian akan produk madu yang dikonsumsinya. Peran pemerintah dan media sangat
dibutuhkan dalam mengkampanyekan pentingnya mengkonsumsi madu guna meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
Keaslian produk madu yang diproduksi dan dipasarkan harus mampu medapatkan jaminan dari produsen madu, sehingga konsumen yakin bahwa
produk yang dibeli dan dikonsumsinya adalah madu asli yang dihasilkan oleh lebah madu dan bukan madu palsu atau tiruan yang dibuat dari bahan sintetis.
Pihak produsen harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang perbedaan madu yang asli dengan yang palsu. Untuk menghindari beredarnya madu palsu,
maka pemerintah perlu melakukan tindakan pengawasan terhadap peredaran madu palsu dan memberikan sanksi hukum kepada pengedarnya. Produk madu
yang akan dipasarkan juga harus memenuhi syarat mutu SNI-3545-2004 yang dikeluarkan Badan Standarisasi Nasional.
Kehigienisan produk madu perlu mendapatkan perhatian serius dari produsen dalam pengembangan pemasaran karena kehigienisan produk
merupakan salah satu parameter dalam penilaian mutu suatu produk. Kehigienisan produk madu biasanya dapat dinilai pada saat proses pengolahan
madu mulai waktu pemanenan dan pengemasan produk madu. Produk madu yang higienis akan diperoleh jika produk madu tidak mengandung bahan
cemaran biologis, kimia, benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan. Sedangkan rasa dan aroma dari beberapa jenis madu
yang khas harus dipertahankan dengan cara melakukan proses pengolahan yang baik dan yang benar. Oleh karena itu proses pengolahan madu yang sesuai
syarat mutu SNI-3545-2004 akan menjamin kehigienisan produk madu.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENGUJIAN KUESIONER
Pengujian kuesioner konsumen pada penelitian ini dilakukan dengan dua macam uji, yaitu uji reliabilitas dan uji validitas. Uji reliabilitas untuk menguji
tingkat konsistensi suatu alat ukur yang digunakan. Sedangkan uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang
ingin diukur. Pengujian validitas yang digunakan pada kuesioner konsumen ini adalah uji
validitas konstruk dengan teknik korelasi product moment untuk variabel yang berskala ordinal dan validasi berdasarkan justifikasi pihak ahli, yaitu pakar madu
untuk variabel yang berskala nominal. Hasil pengujian validitas untuk pertanyaan yang berskala ordinal menyatakan sepuluh atribut dari lima belas jenis produk yang
menjadi objek survei, valid dengan faktor koreksi 95. Artinya dengan angka korelasi yang diperoleh maka kesepuluh variabel tersebut memiliki validitas
konstruk untuk mengukur jenis produk yang sama. Sedangkan untuk hasil uji validasi dengan justifikasi ahli menunjukkan ada beberapa pertanyaan yang
penyusunan redaksional kata-katanya perlu diperbaiki, sampai beberapa pertanyaan yang telah diperbaiki dinyatakan benar. Adapun kesepuluh atribut tersebut adalah :
atribut manfaat, logo halal, kehigienisan, kemasan, rasa, harga, ketersediaan, promosi, aroma, dan citra produsen.
Teknik pengujian reliabilitas pada kuesioner ini menggunakan teknik pengukuran ulang atau test re-test. Pengujian ini dilakukan terhadap 30 orang
responden untuk mengisi kuesioner yang sama pada waktu yang berbeda dengan