Deskripsi Pulut Kuning PULUT KUNING

43 Penyajian pulut kuning dalam kehidupan masyarakat Melayu pada umumnya terikat dalam ruang dan waktu ritus kehidupan masyarakat Melayu tersebut, misalnya dalam upacara pernikahan, khatam Al-quran, sunatan dan upah-upah. Pulut kuning sebagai bagian dari makanan khas Melayu juga telah menjadi bagian dari makanan tradisional Indonesia, hal ini didukung karena pulut kuning tidak hanya sebagai makanan yang disajikan dalam bentuk upacara budaya melainkan juga sebagai makanan yang disajikan sebagai bentuk ikatan sosial kehidupan masyarakat Melayu Hamparan Perak. Pulut kuning yang sering disajikan sebagai makanan dalam bentuk ikatan sosial kehidupan masyarakat turut menjadi aspek yang mendukung pulut kuning menjadi makanan yang dapat dimasak dan dikonsumsi oleh individu masyarakat lain diluar etnik Melayu.

3.2 Proses Pembuatan dan Tata Cara Penyajian Pulut Kuning

Pulut kuning merupakan sejenis makanan yang terbuat dari beras ketan, hal ini juga membuktikan bahwa beras dan variannya merupakan bentuk makanan pokok masyarakat Melayu. Pulut kuning sebagai makanan tradisional masyarakat Melayu pada umumnya dan masyarakat Melayu Hamparan Perak pada khususnya memiliki bahan dan proses pembuatan tersendiri yang menjadi ciri khas pulut kuning masyarakat Melayu Hamparan Perak, adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat pulut kuning adalah : beras ketan, asam, kunyit, air, kelapa, garam dan 44 gula. Bahan-bahan pembuatan pulut kuning merupakan bahan-bahan yang dapat diperoleh dari halaman rumah 2 Gambar 3 masyarakat Melayu Hamparan Perak dahulunya, karena rumah masyarakat Melayu Hamparan Perak selalu disertai dengan adanya halaman yang luas dan ditanami oleh beberapa tanaman yang berguna dan penting baik untuk dijadikan bahan pembuatan makanan maupun bahan pengobatan tradisional. Rumah Melayu Hamparan Perak Sumber : Penulis 2 Rumah masyarakat Melayu Hamparan Perak merupakan tapak perumahan seperti bentuk rumah etnis Melayu Deli pada umumnya, berbentuk rumah berpanggung yang memiliki ruang kosong pada bahagian bawah rumah atau disebut kolong yang dipergunakan sebagai tempat mengaji ataupun berbincang-bincang sesama masyarakat, kadang pula dipergunakan sebagai tempat memelihara hewan ternak kecil, seperti ayam, bebek dan juga difungsikan untuk menghindari rumah dari bencana banjir. Rumah Melayu pada umumnya memiliki gentong atau ember yang berisi air yang ditempatkan disebelah tangga untuk memasuki rumah yang berfungsi sebagai wadah untuk membasuh kaki bagi yang ingin memasuki rumah dan juga dipergunakan sebagai wadah mengambil air wudhu, sebagaimana kehidupan kultural Melayu dilekatkan pada kebudayaan Islam. Selain itu, rumah Melayu juga memiliki halaman yang ditanami oleh beberapa tanaman yang berkhasiat dan dipergunakan dalam kehidupan, seperti tanaman kincung, kunyit, daun bakung, pohon kelapa, pohon pisang, kemangi, dan lain sebagainya