Definisi Melayu SUKU MELAYU HAMPARAN PERAK

23 Pada perkembangan saat ini bentuk identitas Melayu erat kaitannya dengan pengaruh agama Islam, hal ini dikarenakan identitas Melayu yang dimiliki masyarakat pesisir pantai adalah suatu proses interaksi masyarakat pesisir dengan pedagang yang berlabuh untuk melakukan perdagangan hasil alam. Pedagang yang melakukan perjalanan laut dan menyinggahi pelabuhan di pesisir kepulauan Sumatera pada umumnya adalah pedagang yang berasal dari Arab atau dikenal dengan istilah Hadramaut, interaksi dengan pedagang asal Hadramaut tersebut berproses menjadi pencampuran kebudayaan antara masyarakat pesisir dan pedagang yang menciptakan adaptasi kebudayaan yang kemudian mengakar dan membentuk suatu identitas Melayu yang berkaitan erat dengan agama Islam. Menurut Sinar 2010:85, istilah Melayu asli digunakan oleh orang-orang Melayu di Sumatera Utara yang maknanya merujuk kepada orang Melayu yang kedua orangtuanya adalah keturunan atau berdarah Melayu. Sedangkan kategori kedua ialah orang-orang yang menganggap dirinya sendiri dan dipandang sebagai Melayu karena faktor perkawinan dengan golongan Melayu asli. Secara genealogis mereka adalah keturunan etnik-etnik di seluruh Nusantara. Kelompok kedua ini lazim disebut dengan Melayu Semenda, dan selanjutnya kelompok ketiga yang disebut dengan Melayu Seresam, maksudnya mereka ini secara genealogis berasal dari etnik-etnik rumpun Melayu di Nusantara dan tidak terikat oleh perkawinan dengan keturunan Melayu asli, namun mereka ini diakui sebagai orang Melayu. 24 Menurut Salazar 1989:28-29, istilah Melayu artinya selalu merujuk kepada Kepulauan Melayu yang mencakup kepulauan di Asia Tenggara, yang bermakna sebagai etnik atau orang Melayu Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu. Sementara menurut Belwood 1985:49 Melayu juga sering dihubungkan dengan kepulauan Melayu yang mencakup kepulauan di Asia Tenggara dan ditafsirkan menurut tempat dan kawasan yang berbeda seperti Sumatera. Melayu dikaitkan dengan masyarakat yang tinggal di Palembang sekitarnya. Di Borneo Kalimantan perkataan Melayu selalu ditafsirkan dengan yang beragama Islam. Sedangkan yang di semenanjung Malaysia dikaitkan Melayu itu dengan orang yang berkulit coklat atau sawo matang. Lain pula halnya dengan Hall 1968:77- 78 yang mengatakan bahwa istilah Melayu berasal dari bahasa Sanksekerta yang dikenal sebagai Malaya, yakni daratan yang dikelilingi oleh lautan. Kelompok ras Melayu digolongkan sebagai kumpulan Melayu Polinesia atau ras berkulit coklat yang mendiami Gugusan Kepulauan Melayu, Polinesia, dan Madagaskar. Menurut Gathercole 1983:88-91 seorang antropolog bangsa Inggris yang telah melihat bukti-bukti arkeologi, linguistik, dan etnologi yang menunjukkan bahwa golongan Melayu Polinesia ialah golongan pelaut yang pada waktu dahulu pernah menguasai kawasan perairan Pasifik dan Hindia, menurutnya ras Melayu Polinesia ini adalah kelompok penjajah yang dominan pada waktu dahulu yang meliputi kawasan disebelah barat hingga ke Madagaskar dan sebelah timur hingga ke kepulauan Easter, sebelah utara hingga ke Hawai, dan sebelah selatan hingga ke Selandia Baru. 25 Sementara itu menurut Wan Hasim 1991:15-19 mengatakan bahwa Melayu dikaitkan dengan beberapa hal, seperti sistem ekonomi, politik, dan budaya. Dari segi ekonomi, Melayu Polinesia ialah masyarakat yang masih menggunakan tradisi pertanian dan perikanan hingga saat ini. Dari segi ekonomi, orang Melayu adalah pelaut dan pedagang yang handal di lautan Hindia dan Pasifik, jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Dari segi politik sistem kerajan Melayu menganut pola pemerintahan beraja, yang dimulai di Campa Kamboja pada masa kini dan Funan, tepatnya di Kamboja dan Vietnam Selatan di awal abad masehi. Dari kerajaan Melayu tua ini berkembang pula kerajaan Melayu di Segenting Kra dan di sepanjang pantai timur tanah Melayu, yang termasuk didalamnya Kelantan dan Trengganu. Kerajaan ini dikenal dengan nama Kerajaan Langkasuka dan kemudian menjadi Pattani. Keberadaan masyarakat Melayu di Sumatera Utara, orang Melayu menyadari mereka berada di wilayah Negara Indonesia, dan menjadi bahagian dari Dunia Melayu, dan merasa memiliki kebudayaan Melayu. Gambar 1 Dunia Melayu Sumber: The Encyclopedia of Malay jilid 4, p. 76 26 Mereka merasa bersaudara secara etnisitas dengan masyarakat Melayu di berbagai tempat. Secara budaya baik bahasa dan wilayah, memiliki alur budaya yang sama, namun tetap memiliki varian-varian yang menjadi ciri khas atau identitas setiap kawasan budaya Melayu. Secara geopolitik, Dunia Melayu pada umumnya dihubungkan dengan Negara-negara bangsa yang ada di kawasan Asia Tenggara dengan alur budaya utama Melayu, antara lain : Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan sebahagian etnik Melayu di Kamboja dan Vietnam dan tempat lainnya.

2.2 Suku Melayu Hamparan Perak

2.2.1 Sejarah Penduduk Hamparan Perak

Keberadaan masyarakat Melayu Hamparan Perak tidak lepas dari proses sejarah asal muasal keberadaan mereka diwilayah tersebut, menurut kepercayaan masyarakat Melayu Hamparan Perak dahulunya daerah Hamparan Perak merupakan daerah yang bertaburan uang emas dan perak yang diakibatkan oleh perang yang terjadi antara kerajaan Aceh dalam memperebutkan Putri Hijau dari Kesultanan Melayu. Putri Hijau merupakan putri dari Sultan Deli yang memiliki kecantikan luar biasa dan karena kecantikannya itu terpancar cahaya hijau yang kemudian dilihat oleh Sultan Aceh, kemudian Sultan Aceh berniat meminang Putri Hijau yang kemudian ditolak oleh Sultan Deli, penolakan itu pada akhirnya berujung 27 pada perang diantara keduanya. Perang yang terjadi antara Sultan Aceh dengan Sultan Deli dikisahkan menggunakan emas dan perak sebagai peluru meriam yang saling mereka tembakkan satu sama lain, ketika peluru emas dan perak ditembakkan dan berhamburan di tanah maka pasukan Sultan Deli berebut untuk mengumpulkan emas dan perak tersebut yang berujung pada kekalahan Sultan Deli. Kekalahan Sultan Deli dalam perang tersebut berakibat pada dibawanya Putri Hijau oleh Sultan Aceh menuju wilayah Aceh melalui jalur laut, dalam perjalanan membawa Putri Hijau ke wilayah Aceh tanpa disadari oleh Sultan Aceh ternyata diikuti oleh dua saudara laki-laki Putri Hijau, yakni Mambang Diajat dan Mambang Diajib. Sesampainya di pelabuhan Aceh, saudara laki-laki Putri Hijau Mambang Diajat berubah menjadi seekor naga yang kemudian membawa kembali Putri Hijau kembali ke Deli melalui lautan sedangkan saudara laki-laki Putri Hijau lainnya yakni Mambang Diajib berubah menjadi meriam yang menembak bala tentara Sultan Aceh tanpa henti, karena menembak tiada henti akhirnya meriam tersebut pecah dimana pecahannya terlontar hingga wilayah Karo dan pecahan lainnya sampai di Tanah Deli. Cerita lainnya yang berkembang di masyarakat Melayu mengenai Hamparan Perak, dahulunya didaerah tersebut terdapat hamparan air limpahan laut yang pada siang hari terkena sinar matahari dan mengakibatkan hamparan air tersebut berkilauan layaknya perak, yang kemudian menjadi penamaan wilayah tersebut menjadi Hamparan Perak.