Upacara Khatam Al-quran Upacara Menggunakan Pulut Kuning

67 dewasa, berbuat baik dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya, menjadi suri tauladan di masyarakatnya. Upacara ini diselenggarakan sebagai tanda hormat dan kepatuhan masyarakat terhadap ajaran agama Islam. Konsep Makanan Penyajian pulut kuning dalam upacara khatam quran merupakan makanan yang diperuntukkan bagi individu yang telah khatam quran agar ilmu yang didapat dapat berguna kelak dan agar ingat selalu pada kegiatan ibadah. Makanan pulut kuning pada upacara khatam quran juga dipergunakan pulut berwarna putih yang berarti sebagai simbol keihklasan, kesucian dan terlahir sebagai manusia yang putih suci yang telah memahami ibadah. Bahan dan Penyajian Makanan Pulut kuning yang dipergunakan pada acara khatam quran merupakan suatu istilah walaupun sebenarnya yang dipergunakan adalah pulut berwarna putih yang menyimbolkan kesucian, namun masyarakat pada umumnya menyebut hal tersebut sebagai pulut kuning. Bahan pembuatan berupa pulut yang telah dimasak beserta dengan telur ayam pada penyajiannya. Pada acara khatam quran, peserta akan duduk bersama- sama diatas tikar dengan duduk bersila lalu akan diadakan tausyiah atau khutbah singkat dari ustadz atau tuan guru yang berisikan petuah, nasihat dan motivasi agar ilmu yang didapat berguna kelak. 68 Setelah itu maka tiap peserta akan membaca doa khatam Al-quran secara sendiri-sendiri, setelah selesai membaca doa khatam quran maka tiap peserta yang telah membawa bale pulut kuning secara sendiri-sendiri akan diberikan bale pulut kuning tersebut oleh tuan guru dan kemudian tuan guru menyuapkan pulut kuning pada tiap peserta, pada akhirnya acara akan ditutup dengan makan pulut kuning secara bersama peserta, tuan guru, orangtua, saudara dengan maksud agar semua mendapat berkah dan hidayah, terutama pada murid lainnya yang belum khatam quran dapat termotivasi untuk segera menyusul khatam quran. Penyajian pulut kuning pada acara khatam quran pada umumnya menggunakan bale dua tingkat dengan telur, namun pada praktiknya kemudian tiap individu yang hadir pada acara tersebut akan menggunakan mangkuk ataupun daun pisang sebagai wadah penyajian pulut kuning. Waktu Penyelenggaraan Upacara Tidak ada waktu yang khusus untuk menyelenggarakan upacara Khatam Al Quran. Biasanya dalam waktu satu tahun terjadi dua atau tiga kali upacara Khatam Al Quran, apabila dalam kurun waktu tertentu minimal ada 8 anak yang sudah menyelesaikan pelajaran membaca kitab Jus Amma. Adapun waktu pelaksanaan upacara itu sendiri biasanya diselenggarakan semenjak sore hari hingga malam hari. Acara ini biasa juga diseling ceramah oleh seorang ulama, misalnya tentang sejarah Al Quran yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, atau kadang-kadang diisi acara Qasidah. 69 Tempat Penyelenggaraan Upacara Sesuai dengan sifatnya, yaitu upacara keagamaan, maka upacara Khatam Al Quran selain diselenggarakan di masjid, juga bisa diselenggarakan di rumah si anak yang bersangkutan. Sebelum upacara dimulai, peserta upacara berkumpul di rumah guru ngaji yang disebut Ustadz bila laki-laki, dan Ustadzah bila perempuan. Upacara khatam bisa menggunakan beberapa tempat dalam penyelenggaraannya. Kadang-kadang upacara ini juga diselenggarakan di madrasah atau ruangan Majelis taklim. Jadi tergantung dari kesepakatan bersama. Peserta Upacara Upacara Khatam Al Quran diikuti oleh anak-anak, baik anak laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan pelajaran membaca kitab Juz Amma. Umur peserta kurang lebih antara 7-10 tahun. Anak-anak yang akan diupacarakan itu dampingi oleh orang tua masing- masing dengan memakai pakaian adat, sekarang biasa memakai pakaian muslim, untuk laki-laki lengkap dengan peci, dan perempuan dengan memakai kerudung. Penyelenggara Teknis Upacara Upacara Khatam AI Quran pada dasarnya diselenggarakan oleh orang tua anak yang tamat mengaji. Namun pada pelaksanaannya upacara dipimpin oleh bapakibu guru ngaji dari kampung dan dibantu oleh beberapa orang yang telah dibentuk untuk kepentingan upacara. Adapun puncak acara yang diselenggarakan di dalam masjid atau rumah dan madrasahmajlis dipimpin oleh seorang ustadz 70 yang dianggap sebagai sese-puh tokoh masyarakat dan telah berpredikat haji. Selain penyelenggara teknis upacara yang dibantu oleh panitia, karena memerlukan bermacam-macam perlengkapan seperti makanan dan kue-kue tradisional untuk para undangan, maka kaum ibu pun ikut terlibat di dalaninya. Dengan demikian, penyelenggaraan upacara ini hampir melibatkan seluruh warga. Persiapan Upacara Beberapa, hari sebelum upacara dilangsungkan, masyarakat sudah mulai mempersiapkan semua keperluan upacara, mulai dari membersihkan tempat upacara, melabur dinding bilik yang sudah kotor, membersihkan semak-semak di halaman masjid atau rumah, membuang ranting-ranting kayu, membersihkan bagian langit-langit dan sebagainya. Rumah ustadz dan ustadzah pun ikut dibersihkan, karena para peserta upacara sebelumnya akan berkumpul dahulu di rumah itu. Selain itu para undangan yang akan menghadiri upacara dijamu terlebih dahulu dengan suguhan kue-kue lengkap dengan minumannya. Dalam rangkaian acara ini selalu diselingi dengan acara ceramah kerohanian. Misalnya dengan mendatangkan penceramah yang disebut juga Mubaligh. Dalam mengarak rombongan anak-anak nanti dipersiapkan pula kelompok musik Qasidah yang terdiri dari kelompok gadis-gadis remaja. Kaum ibu tidak ketinggalan ikut bergabung di rumah ustadzustadzah guna mempersiapkan jamuan kue-kue tradisional dan jamuan makan serta minumannya. Untuk anak- anak yang akan dipergunakan nanti. Anak wanita memakai pakaian adat atau 71 busana muslim lengkap dengan kerudung dan tata riasnya. Begitu juga anak laki- laki memakai busana muslim pria lengkap dengan kopiahnya, dan adakalanya memakai busana haji. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara Dalam penyelenggaraan upacara ini melibatkan berbagai pihak, seperti famili atau kerabat dekat di lingkungan tempat tinggal, teman-teman peserta mengaji, kelompok ibil-ibu yang mengurus jamuan, juga kaum laki-laki yang membantu persiapan. Jalannya Upacara : Acara dimulai dengan sambutan-sambutan dari sesepuh masyarakat setempat. Pada dasarnya sambutan itu berisi wejangan-wejangan agar masyarakat selalu mempertahankan tradisi yang baik dan senantiasa memelihara kesatuan dan persatuan. Apabila acara sambutan telah selesai, guru mengaji UstadzUstadzah tampil ke depan dan meminta anak-anak untuk membaca Salawat nabi secara bersama-sama, membaca Marhaban, don ayat-ayat Al Quran. Satu persatu anak-anak diminta membacakan ayat-ayat suci Al Quran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan penuh kesungguhan anak-anak itu membaca sebaik-baiknya sebab pada saat itulah ditentukan khatam atau tidaknya seorang anak. Semua yang hadir mengikutinya dengan khidmat, dan tidak seorang pun diperkenankan berbicara apalagi bergurau. Setisp anak mendapat giliran untuk membaca Al Quran sampai semuanya tidak ada yang ketinggalan. Upacara Khatam ini ditutup dengan acara jamuan 72 makan yang telah disiapkan sebelumnya. Pada acara makan-makan inilah pulut kuning akan disajikan kepada anak-anak yang baru khatam Al-Quran tersebut. Tujuan dari pulut kuning disini adalah sebagai penyemangat bagi abak- abak agar lebih giat lagi memperdalam ilmu agama mereka. Juga sebagai pengingat kepada anak-anak tersebut bahwa mereka telah berhasil membaca semua surat dalam kitab suci Al-Quran yang mana hal itu telah menandakan bahwa mereka telah dewasa dan siap untuk menjalankan ajaran agama tersebut. Pulut kuning biasanya dibuat oleh para ibu-ibu yang anak-anak nya telah khatam Al-Quran tersebut. Secara suka cita para ibu-ibu akan memasak pulut kuning agar menjadi nikmat disantap oleh anak-anak mereka. Terkadang acara makan pulut kuning ini juga dilakukan dengan cara orang tua menyuapkan pulut kuning tersebut kepada anaknya dengan harapan akan selalu ingat dengan budi dan kasih dari orang tuanya. Pantangan-Pantangan Dalam penyelenggaraan upacara “Khatam Al Quran” tidak banyak pantangan yang berlaku khusus. Hanya saja sebagaimana halnya penganut agama Islam, dan oleh karena upacara ini berkaitan dengan keagamaan, maka yang patut diketahui sebagai suatu yang dipantangkan adalah : memakan segala jenis makanan yang dilarang dan diharamkan oleh agama Islam, seperti makan daging babi, dan jenis-jenis makanan yang diragukan haram tidaknya. Demikian pula halnya dengan perbuatan dan ucapan yang bertolak belakang dengan hukum Islam. 73 Satu hal yang ditabukan selama upacara berlangsung, yaitu tabu mengucapkan kata-kata yang bisa menimbulkan salah pengertian di antara para peserta upacara. Dengan demikian, maka tampaklah suasana yang khidmat dan penuh rasa keagamaan pada saat upacara berlangsung. 74

BAB IV MAKNA SIMBOLIS PULUT KUNING

4.1. Simbolis Pulut Kuning

Pulut kuning secara sederhana dapat diartikan sebagai makanan khas masyarakat Melayu pada umumnya dan pada masyarakat Melayu Deli pada khususnya, hal ini dikarenakan bahan dasar pembuatan berupa pulut merupakan makanan yang lazim dikonsumsi oleh masyarakat Melayu selain beras. Kehadiran pulut kuning beserta dengan tata cara pembuatan, penyajian dan aspek simbol warna yang terkandung didalamnya merupakan representasi dari kebudayaan Melayu secara luas. Mengutip Arif Budi 2008 yang mengatakan bahwa kuliner yang di dalamnya terdapat makanan rakyat merupakan folklor material bukan lisan, yang dalam hal ini diartikan bahwa pulut kuning adalah kuliner atau makanan tradisional yang tidak hanya dikonstruksikan sebagai bahan konsumsi melainkan juga memuat hal lain yang berkaitan dengan keadaan kebudayaan setempat, mencakup bahan pembuatan, cara memasak, penyajian, peruntukkan dan lain sebagainya. Kehadiran pulut kuning dalam sebagai penyajian dalam kegiatan upacara pada kehidupan masyarakat Melayu adalah suatu keharusan yang tidak dapat digantikan, sehingga kehadiran pulut kuning memiliki arti penting dari keberlangsungan upacara tersebut, ketidakhadiran pulut kuning dalam 75 pelaksanaan upacara dalam kehidupan masyarakat Melayu dipercaya dapat memberikan efek negatif terhadap upacara yang dilakukan maupun kehidupan pada masa yang akan datang.

4.1.1. Simbol Warna

Secara umum, pulut kuning dapat dibagi pada dua bagian besar penggunaan warna, yakni : warna kuning dan warna putih. Penggunaan simbol warna tersebut berkaitan dengan kondisi peruntukkan dan penyajian dari pulut kuning tersebut. Pulut kuning dapat dimengerti sebagai pulut yang dimasak dan disajikan berwarna kuning karena pencampuran antara pulut dan bahan lainnya dalam hal ini kunyit yang menghasilkan warna kuning. Warna kuning yang dihasilkan oleh kunyit menggambarkan kejayaan dan kekuasaan Melayu di tanah Deli. Secara umum, penggunaan warna kuning dalam kebudayaan Melayu merupakan warna yang dipergunakan oleh orang-orang besar raja dan bangsawan. Dalam kehidupan masyarakat Melayu, warna kuning juga dipergunakan pada warna baju, warna rumah, warna istana dan material lainnya. Warna kuning yang dimaksudkan dalam kebudayaan Melayu adalah warna kuning keemasan yang cerah seperti layaknya kilauan emas, selain emas memiliki nilai yang tinggi sebagai bagian dari logam mulia juga sebagai simbol kejayaan dan kekuasaan apabila memilikinya. Mengenai warna kuning keemasan ini juga diungkapkan oleh Mat Fauzi 56 Tahun yang berprofesi sebagai bidan pengantin, beliau menuturkan bahwa :