Proses Pembuatan dan Tata Cara Penyajian Pulut Kuning

44 gula. Bahan-bahan pembuatan pulut kuning merupakan bahan-bahan yang dapat diperoleh dari halaman rumah 2 Gambar 3 masyarakat Melayu Hamparan Perak dahulunya, karena rumah masyarakat Melayu Hamparan Perak selalu disertai dengan adanya halaman yang luas dan ditanami oleh beberapa tanaman yang berguna dan penting baik untuk dijadikan bahan pembuatan makanan maupun bahan pengobatan tradisional. Rumah Melayu Hamparan Perak Sumber : Penulis 2 Rumah masyarakat Melayu Hamparan Perak merupakan tapak perumahan seperti bentuk rumah etnis Melayu Deli pada umumnya, berbentuk rumah berpanggung yang memiliki ruang kosong pada bahagian bawah rumah atau disebut kolong yang dipergunakan sebagai tempat mengaji ataupun berbincang-bincang sesama masyarakat, kadang pula dipergunakan sebagai tempat memelihara hewan ternak kecil, seperti ayam, bebek dan juga difungsikan untuk menghindari rumah dari bencana banjir. Rumah Melayu pada umumnya memiliki gentong atau ember yang berisi air yang ditempatkan disebelah tangga untuk memasuki rumah yang berfungsi sebagai wadah untuk membasuh kaki bagi yang ingin memasuki rumah dan juga dipergunakan sebagai wadah mengambil air wudhu, sebagaimana kehidupan kultural Melayu dilekatkan pada kebudayaan Islam. Selain itu, rumah Melayu juga memiliki halaman yang ditanami oleh beberapa tanaman yang berkhasiat dan dipergunakan dalam kehidupan, seperti tanaman kincung, kunyit, daun bakung, pohon kelapa, pohon pisang, kemangi, dan lain sebagainya 45 Siti Zubaidah 63 Tahun salah seorang informan yang berprofesi sebagai pembuat pulut kuning mengatakan : “bahan-bahan pulut kuning tu beras ketan, asam, kunyit, air, kelapa, garam dan gula . . . semua bahan itu biasanya ada disetiap dapur untuk memasak dan kadang dipakai sebagai bahan obat seperti kunyit . . . jadi semua bahan pulut kuning adalah semua yang ada didapur dan halaman rumah.” Setelah semua bahan didapat dan tersedia, kemudian melangkah pada tahapan selanjutnya berupa pembuatan atau memasak pulut kuning, adapun proses memasak pulut kuning dimulai dengan merendam beras ketan didalam jerangan air bersama dengan potongan kunyit selama kurang lebih lima jam untuk mendapatkan beras ketan yang lembut dan berwarna kuning sempurna, campuran antara beras ketan dan potongan kunyit serta air kemudian dimasak dengan kondisi api yang sedang. Siti Zubaidah 63 Tahun yang telah berprofesi sebagai pembuat pulut kuning selama kurang lebih 30 tahun mengatakan bahwa : “Memasak pulut kuning itu membutuhkan kesabaran, ditunggui hingga masak . . . kalau gak pulut kuning gakkan jadi, gak tanak dan berair.” Adapun proses pembuatan pulut kuning didahului oleh proses mencari bahan-bahan, seperti : beras pulut, kunyit, kelapa dan santan, daun pandan yang semuanya terdapat pada lingkungan sekitar rumah masyarakat Melayu Hamparan Perak. Selanjutnya dalam proses pembuatan pulut kuning, beras pulut atau beras ketan direndam dalam air bersama dengan potongan-potongan kunyit untuk dapat 46 menghasilkan beras pulut yang berwarna kuning, proses ini berlangsung dalam kurun waktu empat hingga lima jam. Setelah warna beras pulut menjadi warna kuning yang diinginkan kemudian dimasukkan dalam jerangan air untuk kemudian direbus beberapa saat hingga tanak atau pulen, saat proses tersebut juga turut dicampurkan garam dan gula bersamaan dengan santan kelapa. Setelah beberapa saat kemudian beras ketan yang berwarna kuning telah menjadi pulut kuning dan siap untuk dihidangkan. Gambar 4 Bale Pulut Kuning Sumber : penulis Setelah melalui proses pembuatan maka beralih pada proses berikutnya, yaitu penyajian pulut kuning. Pada umumnya pulut kuning disajikan pada tempat khusus yang disebut dengan bale atau tepak, berbentuk segi empat bertingkat dan terbuat dari kayu. Bale yang dipergunakan sebagai tempat penyajian pulut kuning memiliki makna tersendiri, bale dengan tingkatan tiga merupakan bale pulut kuning yang diperuntukkan bagi acara yang memiliki nilai besar, seperti perkawinan, khatam 47 Al-quran sedangkan yang memiliki dua tingkatan bale diperuntukkan bagi acara upah-upah dan acara atau perayaan yang bersifat terbatas kecil. Pulut kuning sebagai sajian makanan yang memiliki keterkaitan dengan kehidupan kebudayaan masyarakat Melayu memiliki tujuan penyajian, tujuan utama penyajian pulut kuning sebagai konsumsi makanan dalam bentuk upacara adalah sebagai simbol perekat diantara masyarakat sekitar dimana upacara tersebut dilakukan dan pada tahapan lanjutan bertujuan menguatkan tali silaturahim diantara masyarakat Melayu, hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wijaya Shuhirdy Mat Noor, et al. 2013:32 : “giving Pulut Kuning to neighbors is not necessarily but it is more to symbolize a social bond or strengthening the relationship among society.” Pendapat tersebut mengemukakan suatu pandangan bahwa pemberian pulut kuning kepada tetangga pada bentuk upacara adalah simbol menguatkan ikatan sosial dan hubungan diantara masyarakat, sehingga pulut kuning secara sederhana dapat dikatakan sebagai media makanan yang berfungsi menghubungkan dan menguatkan tali ikatan diantara masyarakat.

3.3 Simbol Pada Pulut Kuning

Mengutip Arif Budi 2008 mengatakan bahwa kuliner yang di dalamnya terdapat makanan rakyat merupakan folklor material bukan lisan terdiri dari konsep makanan, bahan makanan, cara memperoleh makanan, cara mengolah makanan, cara penyajian, dan fungsi makanan. Sesuatu disebut makanan atau bukan sangat ditentukan oleh kebudayaan kolektif masing-masing. 48 Pulut kuning juga merupakan wujud dari hasil kebudayaan yang kolektif tersebut yang didalamnya terdapat banyak sekali simbol yang menceritakan makna penting kehidupan. Idris 60 Tahun seorang informan penelitian mengatakan bahwa : “Sebagai bagian dari adat budaya perkawinan Melayu, pulut kuning juga digunakan dalam upacara khatam alquran, memotong rambut kelahiran anak. Kenyataannya pulut kuning menjadi adat budaya Melayu dan selalu diartikan kalau Melayu adalah pulut kuning dan sebaliknya.” Korelasi antara pulut kuning dan budaya Melayu adalah dua hal yang saling terkait dan saling menguatkan satu sama lain, dimana simbol yang terdapat pada pulut kuning merupakan representasi dari kehidupan masyarakat Melayu. Dalam kenyataan sehari-hari, makanan adalah yang tumbuh di sawah, ladang, kebun, laut, yang dipelihara di halaman, padang rumput, daerah pertanian dan peternakan, yang dibeli di warung, pasar, restoran. Dalam sudut pandang antropologi, folklor makanan merupakan fenomena kebudayaan, oleh karena itu makan bukan sebagai produksi organisme dengan kualitas-kualitas biokimia yang dikomsumsi oleh manusia. Makanan merupakan bagian dari upaya mempertahankan hidup yang ditentukan oleh kebudayaan masing-masing kolektif. Agar makanan dapat dikonsumsi, perlu diperoleh dahulu oleh cap persetujuan dan pengesahan dari kebudayaannya. Pulut kuning merupakan budaya dari suku bangsa Melayu dalam hal kuliner. Simbol-simbol yang terdapat pada bagian-bagiannya pun bermacam- macam dan memiliki arti yang berbeda-beda pula. Warna merah pada cabai