Simbol Penyajian Simbolis Pulut Kuning

77 penyajian pulut kuning tidak berdiri sendiri melainkan juga memiliki kelengkapan lainnya berupa materi makanan maupun materi non-makanan. Pada bentuk materi makanan, unsur kelengkapan sebagai simbol penyajian pulut kuning meliputi : telur ayam, daging ayam, daging lembu, inti kelapa dan gula merah dan kelapa. Tiap-tiap materi kelengkapan penyajian pulut kuning tersebut memiliki makna yang saling terkait dan berarti dalam kehidupan kebudayaan masyarakat Melayu. Telur ayam sebagai materi kelengkapan penyajian pulut kuning diartikan sebagai simbol asal mula kehidupan, yang dalam kehidupan bermakna sebagai refleksi kehidupan yang telah dijalankan maupun yang akan datang. Pada penyajian pulut kuning, telur ayam pada umumnya disajikan pada wadah yang terbuat dari potongan bilah bambu yang diberi kertas atau kain kuning yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai tangkai kelopak bunga yang mekar dan diletakkan disudut bale atau tepak dan juga ditengah dari pulut kuning, hal ini juga berkaitan dengan konsepsi Melayu – Islam sehingga peniruan pola dan simbol selalu dilekatkan pada peniruan bentuk tumbuhan dan bunga. Daging ayam merupakan simbol kemakmuran, dikarenakan ayam sebagai unggas pekerja dan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Secara umum ayam juga dipelihara sebagai hewan ternak dalam kehidupan masyarakat secara luas tidak terkecuali pada masyarakat Melayu. Daging ayam pada penyajian pulut kuning pada umumnya dimasak dengan bumbu berupa potongan-potongan lengkuas, kelapa, kunyit yang digoreng. Daging ayam pada penyajian pulut kuning diletakkan diatas pulut kuning atau tepat berada ditengah-tengah bale atau 78 tepak yang dibawahnya terdapat pulut kuning. Penyajian materi makanan berupa daging lembu memiliki arti sebagai tingkat atau status sosial yang menyelenggarakan upacara, kehadiran daging lembu dalam upacara yang menggunakan pulut kuning merupakan suatu hal yang istimewa hal ini dikarenakan yang menyelenggarakan acara merupakan orang yang memiliki kemampuan menyelenggarakan upacara besar. Dalam kehidupan masyarakat Melayu secara umum, setiap upacara yang menyajikan pulut kuning dan mengundang sanak famili, keluarga dan kerabat adalah upacara mengundang makan yang berarti kemampuan penyelenggara upacara untuk dapat menyajikan makanan pada tiap tamu yang hadir tanpa putus. Inti atau dikenal dengan istilah pulut inti merupakan materi makanan yang terbuat dari kelapa dan gula merah yang telah dimasak, hal ini dipercaya sebagai intisari atau bagian penting dari pulut kuning. Inti yang terbuat dari kelapa dan gula merah menyimbolkan kelapa sebagai kelangsungan hidup, dimana tiap bagian kelapa memiliki manfaat bagi kehidupan, seperti : batang pohon kelapa, buah kelapa, air kelapa, daun kelapa dan juga kehidupan pohon kelapa yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan.

4.1.3. Simbol Bale

Bale atau tepak adalah wadah yang dipergunakan dalam penyajian pulut kuning dan termasuk dalam unsur penyajian non-makanan, dimana kehadiran bale atau tepak memiliki arti tersendiri. 79 Penggunaan bale atau tepak dalam penyajian pulut kuning terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu bale dengan satu tingkatan, tiga tingkatan, lima tingkatan, tujuh tingkatan dan sembilan tingkatan, hal ini dipercaya sejalan dengan kepercayaan dalam agama Islam dimana Allah S.W.T menyukai bilangan ganjil 4 Penyajian pulut kuning dengan menggunakan bale atau tepak yang memiliki satu tingkatan merupakan penyajian pulut kuning yang paling dasar dan tidak memiliki unsur pengikat berupa upacara dan kegiatan lainnya, atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa penyajian pulut kuning tidak dalam konteks upacara atau kegiatan menggunakan bale atau tepak satu tingkat seperti piring. . Tiga tingkat bale atau tepak pada penyajian pulut kuning memiliki makna bahwa acara yang menghadirkan pulut kuning tersebut tergolong sebagai upacara kecil dalam adat budaya Melayu, dan pada umumnya tamu undangan terbatas pada keluarga terdekat saja. Lima tingkat bale atau tepak pada penyajian pulut kuning bermakna bahwa upacara yang dilakukan merupakan upacara penting dalam kehidupan manusia dan juga kebudayaan Melayu, pada umumnya penggunaan bale atau tepak lima tingkat pada penyajian pulut kuning merupakan upacara yang tergolong besar, seperti upacara perkawinan. Pada kehidupan masyarakat Melayu penyajian pulut kuning dengan menggunakan bale atau tepak tujuh dan sembilan tingkat dipercaya sebagai bagian dari upacara yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan bersifat terbatas 4 Dalam Al-quran surat Al-Fajr ayat 1 hingga 3 mengungkapkan tentang keagungan Allah S.W.T terhadap bilangan ganjil “Demi fajar, dan malam yang sepuluh,dan demi asy-syaf’u yang genap dan al-watru yang ganjil QS. 89 : 1 – 3.