Upacara Masuk Ke Rumah Baru
54 Orang yang bertanggungjawab dalam mengendalikan upacara ini atau
pemimpin ritual terlebih dahulu akan mencari tempat yang sesuai untuk ritual pemujaan. Tempat yang dipilih nanti biasanya adalah ibu tiang rumah atau biasa
disebut sebagai tiang seri yang terdapat di dalam rumah. Setelah itu, pemimpin tersebut akan mengadap tiang seri tersebut. Kendi yang penuh berisi air akan
diletakkan di atas daun pisang di hadapannya. Kemenyan dibakar dan bahan- bahan yang lain diletakkan di sisinya. Dua batang lilin dinyalakan. Salah satunya
akan dilekatkan pada tiang seri sementara yang satu lagi akan dilekatkan di pinggir mulut kendi. Pemimpin ritual biasanya lebih suka menggunakan dian,
kerana lebih mudah melekat atau kemungkinan juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan dahulu mereka yang tidak pernah mengenal pemakaian lilin.
Ketika doa-doa sudah dipanjatkan, bau kemenyan yang semerbak menusuk hidung akan menambah suasana baru di dalam rumah tersebut. Beberapa saat
kemudian dian yang diletakkan di pinggir mulut kendi tadi diambil dan cairannya diteteskan ke atas air yang ada di dalam kendi tersebut sebanyak beberapa tetes.
Setelah dian itu diletakkan pada tempatnya semula, pemimpin ritual akan menepuk tiang seri dengan sekuat tenaga sebanyak dua kali berturut-turut.
Tindakan ini menandakan upacara berdoa sudah berakhir. Namun, keseluruhan upacara ini masih belum selesai.
Setelah upacara pemujaan selesai dijalankan, pemimpin ritual akan memercikkan tepung tawar yang telah disiapkan kepada tuan rumah dengan
menggunakan daun-daun sirih yang telah disusun sebagai alat pemerciknya. Kemudian tepung tawar dipercikkan pada keseluruh penjuru rumah
55 termasuk pinggan-mangkuk dan perabot yang ada di dalam rumah tersebut.
Kemudian tepung tawar tadi juga dipercikkan di halaman rumah hingga sampai ke pintu pagar. Setelah itu, akan dibacakan doa selamat secara bersama-sama yang
dipimpin oleh pemimpin ritual. Selesai doa dipanjatkan, makanan pun dihidangkan untuk disantap oleh orang-orang yang hadir dalam upacara tersebut.
Pulut kuning yang dibawa dari tempat pemujaan tadi turut dihidangkan. Dengan itu berakhirlah upacara masuk ke rumah baru warisan nenek moyang
itu. Tuan rumah juga akan merasa puas karena kewajibannya selama ini sudah dilaksanakan. Menurut kepercayaan, adat ini tidak boleh diabaikan kerana konon
bencana akan menimpa keluarga yang tidak melaksanakannya. Segala harta benda orang yang tidak mengamalkannya akan cepat binasa, hilang ataupun nasib baik
tidak mau datang kepada keluarga tersebut. Menurut cerita yang ada, tempat yang dipercikkan tepung tawar itu akan terjamin keselamatannya, sementara yang tidak
melakukannya akan ditimpa kesialan terus menerus. Sejauh mana kebenarannya memang tidak dapat dipastikan. Walaupun
ritual ini ternyata bertentangan dengan akidah Islam namun, bagi sebagian masyarakat Melayu ritual ini tetap saja penting untuk dilaksanakan dan tidak ada
hubungannya dengan menistakan ajaran agama Islam. Hal ini masih berlaku karena kebanyakan mereka yang tinggal di tempat yang agak terpencil dan
masyarakatnya masih bersikap ortodoks. maka ritual yang telah diwariskan oleh nenek moyangnya ini akan diwariskan kepada cucunya kelak.
Ada juga yang beranggapan bahawa ini adalah bagian dari satu upacara
56 keagamaan kerana pada saat selesai prosesi pemujaannya akan diadakan bacaan
doa selamat yang diketuai oleh pemimpin ritual di kampong tersebut. Apa yang menjadi realitas saat ini adalah, bahwa adat ini masih dapat ditemui pada
kawasan-kawasan yang terpencil. Mereka masih mau mempertahankan tradisi yang diberikan nenek moyang mereka.
Seperti yang dikatakan oleh informan peneliti yang bernama bapak Muhammad Syukur 37 tahun, pegawai negeri sipil :
“. . . ritual pemujaan itu bukan untuk memanggil setan atau roh-roh jahat. Pemujaan itu dilakukan untuk meminta kepada para
penunggu di tempat tersebut agar mendapat keselamatan. Tapi bukan berarti untuk melakukan ajaran sesat. Karena kan habis
pemujaan pemimpin ritual melakukan do’a untuk Allah....”
Keterangan warga bahwa tempat yang dipercikkan tepung tawar itu akan terjamin keselamatannya memang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Sejauh
mana kebenarannya tidak dapat dipastikan. Masyarakat Melayu modern pada saat ini sudah mulai meninggalkan tradisi lama yang diwariskan oleh nenek
moyangnya. Hal ini terjadi ketika kita melihat masyarakat Melayu yang sudah berbaur dengan suku lain akan cenderung mengurangi upacara-upacara yang
melambangkan identitas budayanya. Seperti yang dikatakan oleh informan peneliti yang bernama bapak
Muhammad Syukur 37 tahun, pegawai negeri sipil : “....orang Melayu sekarang sudah banyak yang meninggalkan
tradisi lama, bahkan sampe enggak tahu lagi orang lain kalau orang itu adalah orang Melayu. Malahan banyak yang berpikir kalau ada
tetangganya orang Melayu, itu bukan orang Melayu tapi orang Jawa....”
Adanya proses pembauran antara suku Melayu dengan suku lainnya
57 terkadang membuat masyakarakat yang berasal dari suku Melayu ini tenggelam
karena tidak mampu mempertahankan tradisi yang dimiliki sebagai lambing dan cirri khas kesukuannya.
Fungsi dari pulut kuning di sini juga menjadi titik sentral, karena tamu yang hadir pada saat upacara akan diberikan pulut kuning sebagai menu utama,
yang artinya tuan rumah begitu menghargai kehadiran dari semua tamu yang hadir pada saat itu.
Konsep Makanan
Upacara memasuki rumah baru dalam kehidupan kebudayaan masyarakat Melayu pada umumnya merupakan suatu bentuk “kenduri kecil” atau juga sebagai
penanda bahwa suatu keluarga telah berhasil membangun rumah untuk bernaung bagi kehidupan keluarganya.
Upacara memasuki rumah baru juga turut mempergunakan pulut kuning sebagai bagian dari acara kenduri yang dimaksudkan sebagai pemberitahuan
kepada tetangga, sanak-saudara, kerabat dan handai-taulan bahwasanya seseorang telah mendirikan dan memiliki tempat naungan.
Pulut kuning dalam upacara memasuki rumah baru merupakan makanan yang memiliki simbol membuka pintu rezeki bagi pemilik rumah, memberikan
ketenangan batin dan juga memberikan keberkahan bagi rumah berserta individu pengisi rumah tersebut.
Bahan Makanan
58 Bahan pembuatan pulut kuning pada upacara memasuki rumah baru adalah
sama dengan bahan pembuatan pulut kuning pada umumnya, namun perbedaan sedikit terdapat ornamentasi dan bahan makanan lainnya yang menjadi pelengkap
penyajian pulut kuning, seperti penggunaan telur dan ketidakharusan menyajikan daging.
Proses pembuatan pulut kuning pada acara memasuki rumah baru pada umumnya dilakukan secara bersama-sama oleh para tetangga, kerabat dan handai-
taulan atau juga oleh serikat tolong-menolong maupun perkumpulan ibu-ibu. Kegiatan ini juga difungsikan sebagai sarana berinteraksi antar tetangga dan
mencairkan suasana diantara sesama tetangga. Pada saat sekarang ini bahan pembuatan dan tata cara memperoleh bahan
makanan pembuatan pulut kuning terutama pada kegiatan upacara memasuki rumah baru juga mempergunakan bahan baku pulut kuning yang telah tersedia dan
siap saji di pasar, dikarenakan sifat acara memasuki rumah baru sebagai upacara atau kenduri yang bersifat kecil dan tidak mengikat.
Penyajian Makanan
Upacara memasuki rumah baru yang mempergunakan pulut kuning biasanya disajikan pada tempat berupa bale yang memiliki dua tingkat dan
memiliki ornamen berupa ayam yang diletakkan diatas pulut kuning. Kesederhanaan penyajian pada umumnya tampak pada penyajian pulut
kuning pada upacara-upacara yang bersifat kecil atau kenduri kecil seperti : memasuki rumah baru, khatam Al-quran, pembuatan rumah, hari besar dan
59 melahirkan.
Fungsi Makanan
Penyajian pulut kuning dalam upacara memasuki rumah baru merupakan sebagai bagian dari memperkuat tali silaturahim antara sesama tetangga, rekan,
kerabat dan handai-taulan juga berfungsi sebagai sarana pemberitahuan kepada khalayak umum. Fungsi utama penyajian pulut kuning dalam upacara memasuki
rumah baru adalah sebagai keberkahan bagi seisi rumah.