Kompetensi Kepemimpinan dalam Penggerakan Ketanggapdaruratan

Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010. arah; 2 adanya kesediaan bekerja sama antara anggota karena merasa adanya tujuan bersama yang ingin dicapai; dan 3 adanya filsafat serta keyakinan yang sama yang dihayati oleh semua anggota. Asas hierarki adalah suatu proses pewujudan koordinasi dalam organisasi. Di dalam usaha itu akan terjadi suatu tingkatan tugas, wewenang dan tanggung jawab. Di dalam hierarki ini diperlukan adanya: kepemimpinan, pendelegasian wewenang dan pembatasan tugas. Kesiapsiagaan bencana, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan proses internal untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Dalam fase kesiapsiagaan bencana, tindakan yang paling dominan adalah pelatihan dan perencanaan kontinjensi, yang diselenggarakan secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh. Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan bencana, adalah kemampuan menciptakan danatau mendesain struktur organisasi secara benar proses internal sektoral, yaitu organisasi siaga bencana untuk mengantisipasi krisis kesehatan secara efektif dan efisien, secara terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.

2.2.5. Kompetensi Kepemimpinan dalam Penggerakan Ketanggapdaruratan

Bencana Menurut Terry 2006: 39 penggerakan adalah tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran-sasaran sesuai Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010. dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Masalah penggerakan ini sangat erat hubungannya dengan unsur manusia, sehingga keberhasilannya juga ditentukan oleh kemampuan pemimpin dalam berhubungan dengan manusia yang dipimpinnya dalam memahami perilakunya dalam lingkungan kerja. Penggerakan adalah usaha untuk menimbulkan aksi. Menurut Zen 2005, aksi merupakan penjabaran dari visi, misi mencakup keselarasan, komitmen dan pemberdayaan. Menurut Robbins dan Coulter 1999, penggerakan adalah proses untuk memimpin dan mengarahkan, menjalankan kontrol untuk memastikan bahwa segala sesuatunya dapat dievaluasi sesuai rencana. Penggerakan KBBI, 2001, adalah proses, cara, perbuatan menggerakan atau mengubah kedudukan untuk armada, pasukan, dsb. Menurut Sulipan 2009, penggerakan ini berkaitan erat dengan usaha memberi motivasi kepada anggota organisasi. Dalam rangka memberi motivasi ini maka diperlukan adanya pengarahan yang jelas, berupa perintah, penugasan, petunjuk maupun pembimbingan. Supaya dalam menjalankan tugas dapat berjalan dengan baik maka harus selalu ada koordinasi dari pimpinan, mulai dari pimpinan tertinggi maupun pimpinan unit kerja. Agar seorang pemimpin mampu melaksanakan fungsi ini dengan baik maka dituntut padanya kemampuan berkomunikasi, memiliki daya kreasi serta inisiatif yang tinggi dan mampu mendorong semangat stafnya. Menurut Bateman dan Snell 2007: 22, kepemimpinan adalah memobilisasi orang, melalui komunikasi dan motivasi baik individu maupun tim. Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010. Tanggap darurat bencana, menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, adalah serangkaian kegiatan yang yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana respon eksternal, untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. Dalam tanggap darurat bencana, kegiatan yang paling dominan adalah pengerahan danatau mobilisasi, mengakses sumberdaya manusia, fasilitas, logistik, prosedur dan komunikasi secara terpadu. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa kompetensi kepemimpinan dalam penggerakan ketanggapdaruratan bencana adalah kemampuan mengerahkan danatau memobilisasi respon eksternal multisektoral, dengan mengakses kebutuhanan sumberdaya lintas instansi kesehatan secara cepat, tepat dan terpadu pada saat kejadian bencana, untuk penanganan krisis kesehatan. Gambar 2.2. Model Strategi Operasional Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Strategi Mitigasi Strategi Pemulihan Strategi Tanggap Darurat Strategi Kesiapsiagaan Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional Sumatera Utara, 2010. Sumber: Canton, Emergency Management 2007 Gambar 2.2. Model Strategi Operasional Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana Pada penyelenggaraan penanggulangan bencana Gambar 2.2, menunjukan bahwa ada siklus bencana, yang meliputi tindakan manajemen bencana secara utuh, yang meliputi: 1 tahap prabencana tidak ada kejadian bencana, kegiatannya adalah promosi dan prevensi; 2 tahap prabencana ada potensi kejadian bencana, kegiatannya kesiapsiagaan, mitigasi, peringatan dini; 3 tahap saat bencana atau tanggap darurat, kegiatannya pengerahan atau mobilisasi sumberdaya terpadu; dan 4 tahap pascabencana, kegiatannya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi. Pada penanggulangan bencana telah terjadi perubahan paradigma, dari semula penanganan bencana berubah menjadi paradigma pengurangan resiko bencana, artinya penyelenggaraan penanggulangan bencana lebih dititik beratkan kepada tahap prabencana daripada tahap tanggap darurat. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan bencana merupakan proses internal untuk menciptakan organisasi kesiapsiagaan mengantisipasi bencana secara terencana, terpadu, terkoodinasi dan menyeluruh.

2.3. Landasan Teori