Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional
Sumatera Utara, 2010.
Sumber: Canton, Emergency Management 2007
Gambar 2.2. Model Strategi Operasional Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
Pada penyelenggaraan penanggulangan bencana Gambar 2.2, menunjukan bahwa ada siklus bencana, yang meliputi tindakan manajemen bencana secara utuh,
yang meliputi: 1 tahap prabencana tidak ada kejadian bencana, kegiatannya adalah promosi dan prevensi; 2 tahap prabencana ada potensi kejadian bencana,
kegiatannya kesiapsiagaan, mitigasi, peringatan dini; 3 tahap saat bencana atau tanggap darurat, kegiatannya pengerahan atau mobilisasi sumberdaya terpadu; dan
4 tahap pascabencana, kegiatannya pemulihan meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Pada penanggulangan bencana telah terjadi perubahan paradigma, dari semula penanganan bencana berubah menjadi paradigma pengurangan resiko bencana,
artinya penyelenggaraan penanggulangan bencana lebih dititik beratkan kepada tahap prabencana daripada tahap tanggap darurat. Berdasarkan hasil pembahasan tersebut
di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan bencana merupakan proses internal untuk menciptakan organisasi
kesiapsiagaan mengantisipasi bencana secara terencana, terpadu, terkoodinasi dan menyeluruh.
2.3. Landasan Teori
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional
Sumatera Utara, 2010.
Krisis kesehatan akibat bencana secara umum, adalah sekumpulan masalah kesehatan berupa kesakitan dan kematian, yang diakibatkan oleh terjadinya peristiwa
bencana gempabumitsunami. Masalah kesehatan yang muncul, menurut Depkes RI 2006, karena 1 pelayanan kesehatan setempat sering tidak berfungsi, 2 sarana
pelayanan kesehatan rusak, 3 tenaga kesehatan yang menjadi korban, dan 4 kemampuan sumberdaya setempat tidak mampu menanggulangi jumlah korban,
karena tingginya angka kesakitan dan angka kematian akibat bencana yang memerlukan bantuan yang serius.
Penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana secara umum dilakukan oleh organisasi yang disiapkan secara khusus siaga bencana untuk menghadapi
bencana. Organisasi penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana membutuhkan kompetensi kepemimpinan yang mampu mengelola sumberdaya organisasi secara
efisien dan efektif untuk mengatasi krisis kesehatan yang timbul akibat bencana. Berdasarkan hasil studi kepustakaan, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
kepemimpinan merupakan suatu kemampuan individu atau sesorang yang ditetapkan sebagai pemimpin dalam struktur organisasi untuk melaksanakan suatu pekerjaan
secara benar, yang dilandasi pengetahuan, ketrampilan, pengalaman serta didukung sikap kerja yang dituntut oleh oleh organisasi tersebut. Kompetensi kepemimpinan
dalam pelaksanaan fungsi manajemen seperti pengorganisasian dan penggerakan diasumsikan terkait dengan kinerja bawahan.
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional
Sumatera Utara, 2010.
Gambar 2.3. Model Human Capital Competencies
Kompetensi Teknikal
Kompetensi Personal
Kompetensi Bisnis
Kompetensi Kepemimpinan
Ke t e la d a n a n N ila i- n ila i
Or g a n isa si
Ke r j a sa m a Tim Op t im a lisa si
Kin e r j a
Kom u n ik a si St a n d a r Ba k u
Sumber : Agung, Human Capital Competencies 2007
Gambar 2.3. Model Human Capital Competencies
Berdasarkan pendapat para ahli seperti Agung, 2007; Chowdory, 2000; Adair, 2008; Folkman dan Zenger, 2003, dapat diketahui beragamnya kompetensi
kepemimpinan, namun yang paling mendasar dari indikator kompetensi kepemimpinan, adalah pelaksanaan dari nilai-nilai organisasi, keteladanan, kerjasama
tim, standar baku, dan komunikasi. Dengan demikian, efektivitas kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan dan penggerakan
ketanggapdaruratan bencana ditentukan oleh seberapa jauh seorang pemimpin mampu melaksanakan nilai-nilai organisasi, keteladanan, kerjasama tim, standar
baku, dan komunikasi yang dapat mendorong optimalisasi pelaksanaan tugas bawahan Gambar 2.3.
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional
Sumatera Utara, 2010.
Kompetensi kepemimpinan dalam fungsi pengorganisasian kesiapsiagaan bencana merupakan proses internal sektoral, dan kompetensi kepemimpinan dalam
penggerakan ketanggapdaruratan merupakan proses eksternal multisektoral organisasi. Pengorganisasian lebih menekankan pada tugas mempersiapkan seluruh
komponen atau unit dalam struktur organisasi untuk menanggulangi masalah kesehatan akibat bencana. Adapun penggerakan ketanggapdaruratan lebih
menekankan pada kegiatan memobilisasi danmengerahkan sumberdaya organisasi sebagai reaksi untuk penanganan masalah kesehatan akibat bencana. Proses internal
dan eksternal ini membutuhkan landasan kepemimpinan yang mampu melaksanakan nilai-nilai organisasi, keteladanan, kerjasama tim, standar baku, dan koordinasi yang
dapat mendorong optimalisasi pelaksanaan tugas bawahan. Berdasarkan pendapat para ahli Robbins, 2007; Rivai 2008; Mangkunegera,
1995; Wibowo, 2008; Sedarmayanti, 2007; Gibson dkk, 1994; UU No. 242007 dan PP No. 212008, dapat dirumuskan bahwa kinerja merupakan proses kerja
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh untuk mencapai responsibilitas, adaptasi, akuntabilitas dan transparan; dan hasil kerja cepat, tepat, terpadu dan
memandirikan masyarakat untuk mencapai produktivitas, efisiensi, keadilan dan kepuasan.
Tingkat mutu kinerja dapat dilihat dari pelaksanaan standar peraturan kerja, dan hasil akhir pekerjaan yang dibandingkan dengan target atau sasaran yang telah
ditetapkan. Kualitas kinerja dipengaruhi berbagai faktor, seperti karakteristik pekerja
Eddie Raharja : Pengaruh Kompetensi Kepemimpinan Dalam Pengorganisasian Kesiapsiagaan Dan Penggerakan Ketanggapdaruratan Bencana Terhadap Kinerja Petugas Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Regional
Sumatera Utara, 2010.
faktor internal maupun karakteristik organisasi faktor eksternal. Berdasarkan hasil studi kepustakaan, dapat diasumsikan bahwa kompetensi kepemimpinan merupakan
komponen faktor eksternal staf yang diasumsikan mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja staf.
Berdasarkan hasil studi kepustakaan, maka kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan dan penggerakan ketanggapdaruratan bencana diukur
dari aspek nilai-nilai organisasi, keteladanan, kerjasama tim, standar baku, dan komunikasi. Adapun kinerja staf, diukur dari aspek pelaksanaan proses kerja dan
hasil kerja. Selanjutnya dilakukan analisis untuk memahami hubungan kausalitas antara kompetensi kepemimpinan dalam pengorganisasian kesiapsiagaan dan
penggerakan ketanggapdaruratan bencana terhadap kinerja petugas.
2.4. Kerangka Konsep