Lapisan Anti pantu K G

atau 489 4 , 5 35 , 1 4 4 2 × n 540 540 = = = d λ = 100 nm l asus menarik terjadi jika cahaya yang dipantulkan dari dua permukaan selaput tipis mengalami interferensi destruktif. Dengan demikian, semua cahaya yang jatuh pada permukaan selaput akan diteruskan, tanpa ada yang dipantulkan. Fenomena ini yang dipakai dalam merancang -lensa kualitas tinggi. Cahaya yang jatuh pada permukaan lensa semuanya diteruskan, tanpa ada yang ir semua lensa peralatan optik m Gambar 1 Cahaya yang datang dari udara ke permukaan atas lapisan tipis mengalami pemantulan disertai dengan pembalikan fase pema as nsa umumnya lebih besar daripada indeks bias lapisan tipis. Dengan demikian, cahaya yang g batas antara lapisan tipis dan lensa juga engalami pembalikan fase pemantulan dari medium kurang rapat ke medium rapat. Akibatnya, beda fase antara cahaya yang dipantulkan dari sisi atas dan sisi bawah lapisan tipis enjadi

11.16 Lapisan Anti pantu K

lensa dipantulkan. Akibatnya, bayangan yang dihasilkan lensa menjadi sangat tajam. Hamp odern memiliki lapisan tipis anti pantul pada permukaanya. 1.34 Lensa kamera canggih dilapisi dengan lapisan tipis anti pantul ntulan dari medium kurang rapat ke medium rapat. Indeks bi le dipantulkan pada sisi bawah lapisan tipis bidan m m 2 1 2 1 1 2 ± ∆ − = ∆ λ ϕ x n s n Dengan mengikuti penurunan yang pesis sama dengan saat membahas interferensi lapisan tipis, aka interferensi destruktif terjadi jika terpenuhi m 490 = d n 2 2 2 λ , 2 3 λ , 2 5 λ , …. 11.47 Ingat: i Jika indeks bias lensa isi terjadinya interferensi konstruktif untuk lapisan tipis persis sama dengan kondisi terjadinya interferensi destruktif lapisan anti pantul, dan sebaliknya. untu san t lapisan anti pantul. Begitu pun sebaliknya. Contoh Berapakah ketebalan lapisan koating MgF2 pada sebuah lensa agar dihasilkan interferensi g 550 nm yang jatuh tegak lurus pada lensa? Indeks bias gF2 adalah 1,38 dan indeks bias lensa adalah 1,50 awab Tampak bahwa indeks bias lensa lebih besar daripada lapisan anti pantul. Maka syarat terjadinya interferensi destruktif pada cahaya pantul adalah = lebih besar daripada indeks bias lapisan anti pantul maka kond ii Jika indeks bias lenda lebih kecil daripada indeks bias lapisan anti pantul maka kondisi terjadinya interferensi konstruktif k lapi tipis persis sama dengan kondisi erjadinya interferensi konstruktif destruktif pada panjan g gelomban M J d 2 4n λ , 2 4 3 n λ 2 4 5 n λ , , …. = 38 , 1 4 × 550 , 38 , 1 4 × 550 3 × , 38 , 1 4 × 550 5 × , …. 99,6 nm, 298,9 nm, 498,2 nm, … Polarisasi Cahaya elombang elektromagnetik merupakan gelombang transversal. Arah osilasi medan magnet maup an elalu memepertahankan arahnya selama gelombang merambat maka gelombang tersebut ikatakan memiliki polarisasi bidang. Dikatakan polarisasi bidang karena arah osilasi medan elombang merambat selalu berada pada satu bidang. osilasi medan yang -ubah secara acak. Gelombang dengan arah osilasi demikian dikatakan gelombang yang ilewatkan pada suatu film yang dinamakan film polaroid. ilm ini mengandung molekul-molekul berantai panjang yang tersusun sejajar. Molekul-molekul =

11.17 G

un medan listrik tegak lurus pada arah perambatan gelombang. Jika arah osilasi med s d selama g Umumnya, gelombang yang dihasilkan suatu sumber memiliki arah berubah tidak terpolarisasi . Namun, gelombang yang tidak terpolarisasi dapat diubah menjadi gelombang yang terpolarisasi jika d F 491 tersebut bersifat konduktif. Ketika gelombang elektromagnetik dilewatkan pada film tersebut, maka komponen osilasi yang sejajar molekul akan diserap oleh electron-elektron pada ul-molekul panjang tersebut dan komponen osilasi yang tegak lurus molekul tidak diserap. Akibatnya, setelah meninggalkan film, hanya komponen osilasi yang tegak lurus sumbu molekul yang dilewatkan. ntuk polarisator kita mendefinisikan sumbu mudah, yaitu arah yang melewatkan osilasi. Jadi d adalah sumbu yang tegak lurus sumbu-sumbu molekul yang Jika cahaya yang jatuh ke polarisator tidak terpolarisasi, maka intensitas cahaya setelah melewti polarisator selalu setengah dari intensitas cahaya datang. ambar 11 s 11.48 engan Io : intensitas cahaya datang, I : intensitas cahaya terlewatkan, dan θ : sudut antara arah osilasi cahaya datang dengan sumbu mudah polarisator. molek U sumbu mudah film polaroi tersusun pada film tersebut. Cahaya tidak terpolarisasi yang jatuh pada polarisator. Misalkan cahaya tidak terpolarisasi memiliki intensitas Io. Berkas cahaya tersebut jatuh pada sebuah polarisator. Berapakan intensitas cahaya setelah melewati polarisator? Cahaya tidak terpolarisasi Cahaya terpolarisasi Polarisator Intensitas: I o Intensitas: I = 12I o Cahaya tidak terpolarisasi Cahaya terpolarisasi Polarisator Intensitas: I o Intensitas: I = 12I o G .35 Intensitas cahaya ang leawat polarisator dari cahaya tidak terpolarisasi yang jatuh sama dengan setengah intensitas semula. Cahaya terpolarisasi yang jatuh pada polarisator. Namun, jika cahaya yang jatuh pada polarisator sudah terpolarisasi maka intensitas cahaya yang lolos bergantung pada sudut antara arah osilasi cahaya datang dengan sumbu mudah polarisator. Intensitas cahaya yang dilewatkan memenuhi 2 co o I I = θ d 492 polarisator. Satu polarisator memiliki sumbu udah arah atas-bawah sedangkan polarisator kedua memiliki sumbu mudah membentuk sudut 60o t a ara atas ua serta arah osilasi medan. Intensitas cahaya tidak terpolarisasi adalah Io. awab polarisator pertama dimasuki cahaya tak terpolarisasi maka intensitas cahaya yang keluar Contoh Cahaya tak terpolarisasi jatuh pada susunan dua m erhad p h -bawah. Tentukan intensitas cahaya yang keluar dari polarisator ked J Karena polarisator pertama adalah o I 1 yang keluar polarisator pertama menjadi cahaya yang masuk polarisator kedua. Arah gelombang yang keluar polarisator pertama sama dengan arah sumbu mudah I 2 1 = Cahaya osilasi polarisator ertama. Dengan demikian, arah osilasi medan yang masuk polarisator kedua membentuk sudut an sumbu mudah polarosator kedua. Dengan demikian, intensitas cahaya yang keluar p 60o deng polarisator kedua adalah o o o I I I I 1 2 = 8 2 2 ⎠ ⎝ Arak osilasi gelombang yang keluar dari polarisator kedua sam 1 1 60 cos 2 = ⎟ ⎞ ⎜ ⎛ = a dengan arah sumbu mudah olarisator kedua. Polarisasi oleh permukaan at yang menarik yang dimiliki gelombang elektromagnetik ketika jatuh pada satu permukaan. Saat jatuh di bidang batas dua medium, sebagian gelombang dipantulkan dan ng jatuh merupakan cahaya yang tidak terpolarisasi, maka ahaya yang dibiaskan dan yang dipantulkan umumnya tidak terpolariasi juga. Namun, khusus ntuk cahaya yang dipantulkan, komponen medan yang berada pada bidang normal bergantung normal adalah bidang yang dibentuk oleh cahaya datang, cahaya bias, ecara matematik dapat ditunjukkan bahwa, ketika jumlah sudut datang dan sudut bias sama 2 p Ada satu sif sebagian dibiaskan. Jika cahaya ya c u pada sudut datang. Bidang dan cahaya pantul. Jika sudut datang diubah-ubah maka komponen medan yang berada pada bidang tersebut berubah-ubah besarnya. Dan ada suatu sudut, di mana komponen medan dalam arah bidang tersebut tepat menjadi nol. Sudut ini bergantung pada indeks bias medium pertama dan kedua. S dengan 90o maka cahaya yang dipantulkan tidak memiliki komponen osilasi sejajar bidang normal. Cahaya yang dipantulkan hanya memiliki komponen osilasi tegak lurus bidang normal. Artinya, cahaya yang dipantulkan terpolarisasi bidang. Jika sudut datang dalam keadaan ini adalah θB, maka terpenuhi o B r 90 = + θ 11.49 dengan r adalah sudut bias. Kita dapat menulis 493 = 90o - θB 1 sin θB = n2 sin r tau r Dengan menggunakan hokum Snell n maka n1 sin θB = n2 sin 90o - θB = n2 cos θB a 1 2 tan n = θ n B 11.50 Sudut θB dikenal dengan sudut Brewster. Contoh a Dengan sudut datang berapakah agar cahaya matahari yang dipantulkan danau terpolarisasi linier? b Berapakah sudut bias cahaya pada saat itu? Indeks nias udara n1 = 1 dan indeks bias air n2 = 1,33. Jawab a Cahaya pantul terpolarisasi jika sudut datang sama dengan sudut Brewster yang memenuhi 33 , 1 1 1 n B atau 33 , 1 2 = = = n θ B = 53o B + r = 90o tan θ Saat terjadi polarisasi pada cahaya pantul, maka jumlah sudut datang dan sudut bias 90o. Jika sudut bias r maka θ 494 arau r = 90o - θB = 90o – 53o = 37o

1.18 Penurunan Persamaan Interferensi dan Difraksi