22 bacaan
”. Harjasujana 1983 dalam Somadayo 2011:5 mendefinisikan membaca sebagai suatu kegiatan komunikasi interaktif yang memberikan kesempatan
kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang masing-masing. Bonomo 1973 dalam
Somadayo 2011:5 menjelaskan “Membaca adalah suatu proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa
tulis.” Crawley dan Mountain 1995 dalam Somadayo 2011:6 berpendapat tentang pengertian membaca sebagai berikut:
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibat- kan banyak hal, tidak hanya sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga
melibatkan aktivitas visual, berpikir, dan metakognitif sebab proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan
ke dalam kata-kata lisan.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bertujuan untuk melafalkan
simbol-simbol tulisan. Membaca juga dapat diartikan sebagai kegiatan berbahasa yang dilakukan seseorang untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu bacaan.
Bacaan tersebut dapat mudah dipahami melalui penentuan strategi membaca yang sesuai dengan teks dan tujuan membaca.
2.1.3.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca siswa tidak terlepas dari faktor-faktor yang memengaruhinya. Lamb dan Arnold 1976 dalam Rahim 2009:16
mengelompokkan faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap kemampuan membaca menjadi empat bagian. Faktor-faktor yang dimaksud adalah faktor
fisiologis, intelegensi, lingkungan, dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan fisik dan pertimbangan neurologis.
Siswa yang kesehatannya baik cenderung lebih mudah berkonsentrasi dibanding-
23 kan siwa lain, terutama dalam kegiatan membaca. Keterbatasan neurologis dan
kekurangan secara fisik juga dapat menghambat siswa dalam meningkatkan kemampuan membacanya. Siswa yang indera penglihatannya normal tidak akan
mengalami kesulitan untuk membaca tulisan di papan tulis dibandingkan siswa yang membutuhkan penggunaan kacamata.
Faktor fisiologis pada diri siswa memengaruhi perkembangan intelegensi- nya. Istilah intelegensi didefinisikan oleh Heinz 1980 dalam Rahim 2009:17
sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari pemahaman tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. Wechster 1980 dalam Rahim 2009:17
mengartikan intelegensi sebagai kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap
lingkungan. Intelegensi dapat membantu memengaruhi kemampuan membaca awal pada diri siswa. Siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi cenderung
lebih mudah menguasai kemampuan membaca dibandingkan siswa dengan intelegensi rendah.
Faktor lingkungan juga memengaruhi kemajuan kemampuan membaca siswa. Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan pengalaman siswa di
rumah, serta sosial ekonomi keluarga anak. Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, dan kemampuan berbahasa siswa. Kondisi di rumah memengaruhi
pribadi dan penyesuaian diri siswa dalam masyarakat. Orang tua yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, dan senang membacakan cerita kepada anak
umumnya menghasilkan anak yang gemar membaca. Faktor sosial ekonomi orangtua dan lingkungan tetangga juga menjadi
faktor pembentuk lingkungan siswa. Status sosioekonomi memengaruhi
24 kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi keluarga seorang
siswa, semakin tinggi pula kemampuan verbalnya. Siswa yang berasal dari lingkungan rumah yang memberikan kesempatan membaca dan menyediakan
bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi. Faktor lain yang juga memengaruhi kemampuan membaca siswa adalah
faktor psikologis. Faktor ini mencakup motivasi, minat, kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri. Faktor psikologis berfungsi sebagai penyeimbang ketiga
faktor lainnya.Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Motivasi dalam diri siswa memengaruhi minat membacanya. Siswa yang mempunyai
motivasi tinggi terhadap membaca, akan mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.
Siswa juga harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Siswa yang bereaksi secara berlebihan ketika mendapatkan sesuatu atau menarik
diri ketika kehilangan sesuatu, akan mendapat kesulitan dalam kegiatan membaca. Sebaliknya, siswa yang lebih mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah
memusatkan perhatiannya pada teks yang dibaca. Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan siswa dalam membaca dan
memahami bacaan.
2.1.3.3 Pengertian Minat