5.82 Sesudah Interaksi Kebijakan HASIL DAN PEMBAHASAN

I X PDRB I X PDRB 1984 3,574.05 3,502.71 7,267.92 3,757.77 3,399.59 7,223.46 1985 5,349.08 4,495.77 9,096.75 6,020.41 4,756.64 9,692.23 1986 5,831.58 6,733.27 10,745.52 5,235.70 5,528.56 9,688.30 1987 3,438.30 3,565.90 7,206.88 3,039.61 3,018.29 6,491.29 1988 2,818.46 3,179.20 6,412.31 2,711.25 2,912.67 6,120.92 1989 3,485.39 3,860.31 7,402.68 3,190.56 3,305.10 6,791.26 1990 5,245.76 5,733.65 9,765.90 5,552.39 5,735.24 10,023.04 1991 2,477.17 3,159.39 6,142.91 2,571.65 3,070.68 6,091.34 1992 3,067.31 3,640.57 6,896.63 3,291.31 3,676.80 7,109.83 1993 2,363.38 2,561.87 5,576.50 1,950.64 2,079.36 4,814.91 1994 4,136.92 4,575.94 8,334.66 4,034.65 4,216.64 8,029.51 1995 33,700.25 57,626.41 42,041.17 41,946.92 65,617.14 47,149.20 1996 5,382.44 6,899.77 10,487.81 5,898.58 7,264.86 11,086.29 1997 9,226.28 15,546.08 16,910.40 10,500.20 16,757.36 18,094.85 1998 19,137.87 62,197.46 34,962.80 20,001.93 63,096.66 35,375.22 1999 26,017.03 45,608.38 35,244.12 24,715.75 41,436.07 33,434.68 2000 16,257.26 38,112.56 28,073.17 18,125.59 40,242.04 29,506.94 2001 15,603.06 42,608.92 28,682.58 19,611.14 50,879.99 32,806.63 2002 16,613.42 39,146.60 28,514.09 21,145.38 46,846.55 32,696.99 2003 23,223.98 48,243.46 34,716.70 24,762.04 49,141.27 35,367.93 2004 21,091.31 44,068.81 32,322.72 19,784.80 39,720.41 30,297.97 2005 18,947.76 46,103.11 31,735.19 20,534.33 47,387.06 32,901.86 2006 30,890.43 62,152.15 41,934.25 37,839.25 72,634.85 47,484.49 2007 24,593.29 51,289.14 35,976.15 27,664.28 54,100.81 37,730.86 2008 21,008.54 49,436.87 33,668.08 23,751.58 53,381.93 35,674.04 2009 41,798.66 82,382.24 51,027.85 50,222.41 93,428.53 56,768.28 2010 31,882.27 61,281.79 41,991.50 34,657.33 63,350.57 43,650.80 Mean 12,811.65 25,732.66 19,778.62 14,274.76 27,322.12 20,713.00 Peningkatan rata-rata

10.79 5.82

4.54 Sesudah Interaksi Kebijakan

Obs Hasil Estimasi Model Simulasi 3 Sumber : Pengolahan data Hasil estimasi simulasi 3 yaitu mengikuti kebijakan pembangunan infrastruktur jalan tahun 2010, diperoleh sebagai berikut : 1 Peningkatan rata-rata investasi dari semula Rp 12.811,65 Milyar menjadi Rp 14.274,76 Milyar atau naik Universitas Sumatera Utara sebesar 10,79 persen; 2 Peningkatan rata-rata ekspor dari semula Rp 25.732,66 Milyar menjadi Rp 27.322,12 Milyar atau naik sebesar 5,82 persen; dan 3 Peningkatan rata-rata PDRB dari semula Rp 19.778,62 Milyar menjadi Rp 20.713,00 Milyar atau naik sebesar 4,54 persen. Pembangunan infrastruktur jalan tahun 2011 difokuskan pada pemeliharaanpeningkatan kondisi jalan sedang dan rehabilitasi jalan rusak ringan. Berdasarkan hasil estimasi model persamaan simultan simulasi 3, berpengaruh paling besar terhadap peningkatan investasi, bahkan lebih besar dari simulasi 1 dan simulasi 2. Perincian hasil esmimasi modal persamaan simultan dengan simulasi 3 sebagaimana tabel 4.24. Berdasarkan hasil simulasi 1, simulasi 2 dan simulasi 3, ditunjukkan bahwa kebijakan alokasi anggaran dengan mempertahankan kondisi eksisting jalan baik dan jalan sedang melalui pemeliharaan dan sisa anggaran difokuskan untuk rehabilitasi jalan rusak ringan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan investasi, ekspor dan PDRB di Provinsi Sumatera Utara, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4.25 berikut. Hasil ini sejalan dengan kebijakan pengalokasian anggaran untuk pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun 2011, sebagaimana Simulasi 3. Kebijakan pengalokasian anggaran untuk pemeliharaan jalan baik dan sedang serta rehabilitasi jalan rusak ringan tidak selalu mudah diterapkan. Rekonstruksi jalan rusak berat juga perlu dilakukan, terutama apabila jalan tersebut merupakan akses utama pergerakan manusia dan barang. Kebijakan daerah juga sering dituntut untuk mendukung kebijakan pembangunan Nasional. Misalnya Pembangunan Bandar Universitas Sumatera Utara Udara Medan Baru Kualanamu dan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke merupakan kebijakan pembangunan nasional oleh pemerintah pusat. Kebijakan tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah termasuh kebijakan pembangunan jalan baru. Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Estimasi Model Persamaan Simulai 1, 2 dan 3 I X PDRB I X PDRB Hasil Estimasi Sebelum Interaksi 12,811.65 25,732.66 19,778.62 Kebijakan Simulasi 1 Anggaran digunakan untuk pemeliharaan 13,905.54 27,978.65 20,911.59

8.54 8.73

5.73 jalan baik dan sedang, sisanya digunakan untuk rehabilitasi jalan rusak ringan. Simulasi 2 Anggaran digunakan untuk pemeliharaan 13,556.22 27,290.33 20,574.54

5.81 5.57

3.81 jalan baik dan sedang, sisanya sebesar 50 persen digunakan untuk rehabilitasi jalan rusak ringan dan 50 persen untuk rekonstruksi jalan rusak berat. Simulasi 3 Mengikuti kebijakan pembangunan 14,274.76 27,322.12 20,713.00

10.79 5.82

4.54 infrastruktur jalan tahun 2010. URAIAN Nilai Rata-Rata Milyar Rupiah Peningkatan Rata-Rata Sumber : Pengolahan data Berdasarkan uraian simulasi ini juga terlihat bahwa sangat sulit bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan kebijakan pembangunan infrastruktur jalan. Kebutuhan biaya untuk pembangunan infrastruktur jalan, menunjukkan bahwa terdapat gap yang Universitas Sumatera Utara sangat bersar antara kebutuhan dan ketersediaan anggaran. Besarnya gab antara kebutuhan dan ketersediaan anggaran, membuat ruang gerak kebijakan sangat terbatas. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil anaisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Hasil estimasi model persamaan investasi diperoleh bahwa secara simultan inflasi, suku bunga pinjaman, jalan sedang, jalan rusak ringan dan jalan rusak berat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi. PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi. Elastisitas jalan sedang, jalan rusak ringan dan jalan rusak berat lebih tinggi dibandingkan dengan elastisitas inflasi dan suku bunga pinjaman. Hasil ini sejalan dengan hasil survey yang dilakukan oleh World Economic Forum, Executive Opinion Survey 2011 yang menyatakan bahwa infrastruktur yang tidak memadai berada pada peringkat keempat yang menjadi hambatan masuknya investasi ke Indonesia. Pengaruh jalan baik terhadap investasi tidak signifikan, sedangkan jalan rusak ringan dan jalan rusak berat secara simultan berpengaruh negatif dan signifikan. 2. Hasil estimasi model persamaan ekspor diperoleh bahwa secara simultan semua variabel eksogen dari persamaan ekspor berpengaruh signifikan. Jalan rusak ringan dan jalan rusak berat secara simultan berpengaruh negatif terhadap ekspor. Hal ini mempunyai makna bahwa apabila jalan rusak ringan Universitas Sumatera Utara