I X
PDRB I
X PDRB
1984 3,574.05
3,502.71 7,267.92
3,757.77 3,399.59
7,223.46 1985
5,349.08 4,495.77
9,096.75 6,020.41
4,756.64 9,692.23
1986 5,831.58
6,733.27 10,745.52
5,235.70 5,528.56
9,688.30 1987
3,438.30 3,565.90
7,206.88 3,039.61
3,018.29 6,491.29
1988 2,818.46
3,179.20 6,412.31
2,711.25 2,912.67
6,120.92 1989
3,485.39 3,860.31
7,402.68 3,190.56
3,305.10 6,791.26
1990 5,245.76
5,733.65 9,765.90
5,552.39 5,735.24
10,023.04 1991
2,477.17 3,159.39
6,142.91 2,571.65
3,070.68 6,091.34
1992 3,067.31
3,640.57 6,896.63
3,291.31 3,676.80
7,109.83 1993
2,363.38 2,561.87
5,576.50 1,950.64
2,079.36 4,814.91
1994 4,136.92
4,575.94 8,334.66
4,034.65 4,216.64
8,029.51 1995
33,700.25 57,626.41
42,041.17 41,946.92
65,617.14 47,149.20
1996 5,382.44
6,899.77 10,487.81
5,898.58 7,264.86
11,086.29 1997
9,226.28 15,546.08
16,910.40 10,500.20
16,757.36 18,094.85
1998 19,137.87
62,197.46 34,962.80
20,001.93 63,096.66
35,375.22 1999
26,017.03 45,608.38
35,244.12 24,715.75
41,436.07 33,434.68
2000 16,257.26
38,112.56 28,073.17
18,125.59 40,242.04
29,506.94 2001
15,603.06 42,608.92
28,682.58 19,611.14
50,879.99 32,806.63
2002 16,613.42
39,146.60 28,514.09
21,145.38 46,846.55
32,696.99 2003
23,223.98 48,243.46
34,716.70 24,762.04
49,141.27 35,367.93
2004 21,091.31
44,068.81 32,322.72
19,784.80 39,720.41
30,297.97 2005
18,947.76 46,103.11
31,735.19 20,534.33
47,387.06 32,901.86
2006 30,890.43
62,152.15 41,934.25
37,839.25 72,634.85
47,484.49 2007
24,593.29 51,289.14
35,976.15 27,664.28
54,100.81 37,730.86
2008 21,008.54
49,436.87 33,668.08
23,751.58 53,381.93
35,674.04 2009
41,798.66 82,382.24
51,027.85 50,222.41
93,428.53 56,768.28
2010 31,882.27
61,281.79 41,991.50
34,657.33 63,350.57
43,650.80
Mean 12,811.65
25,732.66 19,778.62
14,274.76 27,322.12
20,713.00 Peningkatan rata-rata
10.79 5.82
4.54 Sesudah Interaksi Kebijakan
Obs Hasil Estimasi Model
Simulasi 3
Sumber : Pengolahan data
Hasil estimasi simulasi 3 yaitu mengikuti kebijakan pembangunan infrastruktur jalan tahun 2010, diperoleh sebagai berikut : 1 Peningkatan rata-rata
investasi dari semula Rp 12.811,65 Milyar menjadi Rp 14.274,76 Milyar atau naik
Universitas Sumatera Utara
sebesar 10,79 persen; 2 Peningkatan rata-rata ekspor dari semula Rp 25.732,66 Milyar menjadi Rp 27.322,12 Milyar atau naik sebesar 5,82 persen; dan 3
Peningkatan rata-rata PDRB dari semula Rp 19.778,62 Milyar menjadi Rp 20.713,00 Milyar atau naik sebesar 4,54 persen. Pembangunan infrastruktur jalan tahun 2011
difokuskan pada pemeliharaanpeningkatan kondisi jalan sedang dan rehabilitasi jalan rusak ringan. Berdasarkan hasil estimasi model persamaan simultan simulasi 3,
berpengaruh paling besar terhadap peningkatan investasi, bahkan lebih besar dari simulasi 1 dan simulasi 2. Perincian hasil esmimasi modal persamaan simultan
dengan simulasi 3 sebagaimana tabel 4.24. Berdasarkan hasil simulasi 1, simulasi 2 dan simulasi 3, ditunjukkan bahwa
kebijakan alokasi anggaran dengan mempertahankan kondisi eksisting jalan baik dan jalan sedang melalui pemeliharaan dan sisa anggaran difokuskan untuk rehabilitasi
jalan rusak ringan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan investasi, ekspor dan PDRB di Provinsi Sumatera Utara, sebagaimana ditunjukkan
dalam Tabel 4.25 berikut. Hasil ini sejalan dengan kebijakan pengalokasian anggaran untuk pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara tahun 2011, sebagaimana Simulasi 3. Kebijakan pengalokasian anggaran untuk pemeliharaan jalan baik dan sedang
serta rehabilitasi jalan rusak ringan tidak selalu mudah diterapkan. Rekonstruksi jalan rusak berat juga perlu dilakukan, terutama apabila jalan tersebut merupakan akses
utama pergerakan manusia dan barang. Kebijakan daerah juga sering dituntut untuk mendukung kebijakan pembangunan Nasional. Misalnya Pembangunan Bandar
Universitas Sumatera Utara
Udara Medan Baru Kualanamu dan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke merupakan kebijakan pembangunan nasional oleh pemerintah pusat.
Kebijakan tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah termasuh kebijakan pembangunan jalan baru.
Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Estimasi Model Persamaan Simulai 1, 2 dan 3
I X
PDRB I
X PDRB
Hasil Estimasi Sebelum Interaksi 12,811.65
25,732.66 19,778.62
Kebijakan
Simulasi 1
Anggaran digunakan untuk pemeliharaan 13,905.54
27,978.65 20,911.59
8.54 8.73
5.73 jalan baik dan sedang, sisanya digunakan
untuk rehabilitasi jalan rusak ringan.
Simulasi 2
Anggaran digunakan untuk pemeliharaan 13,556.22
27,290.33 20,574.54
5.81 5.57
3.81 jalan baik dan sedang, sisanya sebesar
50 persen digunakan untuk rehabilitasi jalan rusak ringan dan 50 persen untuk
rekonstruksi jalan rusak berat.
Simulasi 3
Mengikuti kebijakan pembangunan 14,274.76
27,322.12 20,713.00
10.79 5.82
4.54 infrastruktur jalan tahun 2010.
URAIAN
Nilai Rata-Rata Milyar Rupiah Peningkatan Rata-Rata
Sumber : Pengolahan data
Berdasarkan uraian simulasi ini juga terlihat bahwa sangat sulit bagi Pemerintah Daerah untuk menentukan kebijakan pembangunan infrastruktur jalan. Kebutuhan
biaya untuk pembangunan infrastruktur jalan, menunjukkan bahwa terdapat gap yang
Universitas Sumatera Utara
sangat bersar antara kebutuhan dan ketersediaan anggaran. Besarnya gab antara kebutuhan dan ketersediaan anggaran, membuat ruang gerak kebijakan sangat
terbatas.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil anaisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Hasil estimasi model persamaan investasi diperoleh bahwa secara simultan
inflasi, suku bunga pinjaman, jalan sedang, jalan rusak ringan dan jalan rusak berat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi. PDRB
berpengaruh positif dan signifikan terhadap investasi. Elastisitas jalan sedang, jalan rusak ringan dan jalan rusak berat lebih tinggi dibandingkan
dengan elastisitas inflasi dan suku bunga pinjaman. Hasil ini sejalan dengan hasil survey yang dilakukan oleh World Economic Forum, Executive Opinion
Survey 2011 yang menyatakan bahwa infrastruktur yang tidak memadai
berada pada peringkat keempat yang menjadi hambatan masuknya investasi ke Indonesia. Pengaruh jalan baik terhadap investasi tidak signifikan,
sedangkan jalan rusak ringan dan jalan rusak berat secara simultan berpengaruh negatif dan signifikan.
2. Hasil estimasi model persamaan ekspor diperoleh bahwa secara simultan
semua variabel eksogen dari persamaan ekspor berpengaruh signifikan. Jalan rusak ringan dan jalan rusak berat secara simultan berpengaruh negatif
terhadap ekspor. Hal ini mempunyai makna bahwa apabila jalan rusak ringan
Universitas Sumatera Utara