Hubungan Ideologi Gender Terhadap Beban Ganda

membebani wanita hanya dengan tugas domestik saja serta wanita yang bekerja dianggap menyalahi norma. Makin majunya pendidikan mengakibatkan semakin banyak wanita yang berpotensi untuk kerja di sektor publik. Hal ini mengakibatkan wanita memiliki keinginan yang besar untuk aktualisasi diri dan mengaplikasikan ilmu yang telah dimiliki sehingga norma ideologi gender tentang wanita kerja yang seharunya bekerja domestik saja diabaikan.

5.3 Hubungan Ideologi Gender Terhadap Beban Ganda

Hubungan antara ideologi gender dengan beban ganda dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang dan uji Rank Spearman. Tabel 10 adalah penjelasan tabulasi silang hubungan ideologi gender terhadap beban ganda: Tabel 10. Jumlah dan Presentase Berdasarkan Hubungan Ideologi Gender terhadap Beban Ganda Responden di Kelurahan Menteng Bogor, Tahun 2009. Beban Ganda Ideologi Gender Total Kuat n persentase Lemah n persentase Tinggi 3 75 20 57 23 59 Rendah 1 25 15 43 16 41 Total 4 100 35 100 39 100 Keterangan: p-value: 0,504 Taraf nyata : 0,2 Koefisien korelasi: 0,11 Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 10 diketahui bahwa beban ganda yang tinggi ada 23 orang, jumlah ini lebih besar dari beban ganda rendah yakni 16 orang. Secara proporsional wanita dengan beban ganda tinggi lebih besar yang memiliki ideologi gender kuat yakni 75 persen, apabila dibandingkan dengan wanita dengan beban ganda tinggi yang memiliki ideologi gender lemah yakni hanya 57 persen. Pada beban ganda rendah lebih besar proporsi wanita yang berada pada ideologi gender lemah yakni 43 persen, dibandingkan dengan wanita beban ganda rendah yang memiliki ideologi gender lemah yakni 25 persen. Pada hipotesis awal dinyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara ideologi gender dengan beban ganda, semakin kuat ideologi gender, maka beban ganda akan semakin tinggi. Meskipun tabulasi silang pada Tabel 10 menggambarkan ada kecenderungan data makin tinggi beban ganda, makin kuat ideologi gender wanita kerja. Beban ganda tinggi dipunyai oleh 75 persen wanita dengan ideologi gender kuat dan hanya 57 persen dimiliki oleh wanita dengan ideologi gender lemah, namun demikian berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman diketahui bahwa p-value 0,504 lebih besar dari nilai , maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ideologi gender dan beban ganda. Hal ini menandakan bahwa hipotesis awal tidak terbukti Hubungan ideologi gender dengan beban ganda tidak nyata dikarenakan oleh melemahnya ideologi gender yang dianut para wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor hanya sebatas memberi kesempatan wanita untuk bekerja saja, belum sampai merubah status wanita terhadap kerja rumahtangga. Hal ini dibuktikan oleh terdapat pernyataan yang sangat mendasar esensial yang hampir disetujui oleh sebagian besar responden. Diantaranya ialah pernyataan nomor 4 dari tabel 8 halaman 34 berbunyi “Pekerjaan wanita ialah di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak” pernyataan ini disetujui oleh 41 persen responden sementara 59 persen responden lainnya tidak menyetujui pernyataan tersebut, jumlah perbedaan antara responden yang setuju dan tidak setuju tidak terlalu besar, hal ini menandakan bahwa masih terdapat ideologi gender yang mendasar pada sebagian 41 persen wanita yang mengangap pekerjaan di dalam rumah, mengurus keluarga dan anak ialah tugas seorang wanita. Hal ini sesuai oleh pernyataan responden, yakni UL 23 Tahun: “...seharusnya yang namanya istri itu kerjanya di rumah aja, udah kodratnya dari dulu begitu mba. Saya juga kalo nggak terpaksa nggak bakal mau kerja di luar rumah, tapi mau gimana lagi biar susu anak kebeli terpaksa saya kerja juga...” Sementara itu pernyataan nomor 9 disetujui seluruh responden 39 orang 100 persen yang memandang “Wanita boleh bekerja di luar rumah, namun harus dengan izin suami” Tabel 8, halaman 34, nomor 9. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa menurut mereka wanita dapat bekerja dengan izin suami, artinya seluruh responden menganut bahwa suami masih memegang suatu wewenang untuk menentukan istrinya bekerja atau tidak. Hal ini didukung dengan pernyataan SN 32 tahun: “...walau bagaimana pun juga yang namanya suami kan kepala rumahtangga, jadi kalo mau kerja atau dinas keluar harus minta izin dulu ke suami, yaaah saling menghormati aja lah...” Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa baik pada ideologi gender kuat maupun rendah, lebih banyak yang tersebar dalam kategori beban ganda tinggi, yakni ideologi gender kuat 75 persen dengan beban ganda tinggi, serta ideologi gender lemah 57 persen dengan beban ganda tinggi. Data tersebut menunjukkan bahwa walaupun wanita yang kurang menganut ideologi gender sudah banyak, namun bukan berarti ia tidak punya beban ganda yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh perubahan ideologi gender yang terjadi hanya sebatas pria memberi kesempatan kerja wanita, tidak menjadikan wanita terbebas dari beban kerja domestiknya. Wanita menikah yang bekerja di Kelurahan Menteng Bogor mempunyai ideologi gender yang rendah, mereka telah dapat menerima seorang wanita untuk bekerja di luar rumah, posisi wanita dalam pekerjaan yang lebih tinggi dari pria juga sudah dapat diterima. Wanita juga telah diakui memiliki kemampuan dapat bersaing dengan pria dalam dunia kerja. Ideologi gender yang telah longgar mengakibatkan wanita lebih leluasa melakukan kerja publik, namun bukan berarti wanita dapat terlepas dari tugas domestik. Tuntutan wanita untuk bekerja dalam sektor domestik masih tetap ada, wanita boleh bekerja di luar asalkan tugas domestik juga selesai dengan baik. Beban ganda yang dipikul oleh wanitapun masih ada, karena seusai pulang bekerja wanita masih harus mengerjakan beberapa pekerjaan rumahtangga. Hal inilah yang menjadikan mengapa wanita yang sudah melemah ideologi gendernya masih memiliki beban ganda yang tinggi.

5.4 Dukungan Bagi Wanita Bekerja