Kesimpulan Saran KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Terdapat hubungan yang signifikan antara ideologi gender dan karier. Ideologi gender yang telah melemah hanya setaraf pada wanita boleh bekerja publik di luar rumah dan dapat mengembangkan kariernya, wanita masih memiliki tanggung jawab pada kerja domestik sehingga beban ganda yang dipikul masih cukup tinggi Konflik peran ganda mempunyai hubungan yang signifikan terhadap karier sehingga seorang wanita dapat meningkatkan kariernya dengan cara mengurangi konflik peran ganda yang dirasakan. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan dari luar terhadap karier. Tingginya dukungan dari luar merupakan dukungan penting bagi wanita untuk mengembangkan kariernya agar produktifitas wanita lebih baik lagi tanpa terbebani dengan urusan rumah tangga. Seorang wanita dapat meningkatkan kariernya dengan cara mengurangi konflik peran ganda yang dirasakan. Konflik peran ganda dapat dikurangi dengan cara meningkatkan dukungan dari luar maupun mengurangi ideologi gender.

8.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini ialah perlu diadakannya sosialisasi pembagian kerja yang seimbang antara suami, istri dan anak sehingga pekerjaan rumahtangga tidak hanya menjadi tanggung jawab wanita. Selain itu dukungan dan pengertian keluarga, suami, lingkungan sekitar dan lingkungan kerja yang lebih baik untuk menunjang karier seorang wanita sehingga dapat menekan konflik agar dapat mengembangkan potensi dalam dirinya lebih baik tanpa beban kerja yang lebih dan rasa bersalah terhadap keluarga. Jika dukungan dari semua pihak ini terpenuhi maka tugas rumahtangga tidak akan menjadi penghambat pengembangan karier wanita DAFTAR PUSTAKA Budiman, Arief. 1985. Pembagian Kerja Secara Seksual. Jakarta: PT Gramedia. Douglass, T.Hall. 1996. Protean Careers of the 21 st Century, Academy of Management Executive, Vol.10, No.4 . Guhardja, T. 1992. Manajemen Sumber Daya Keluarga. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hoffman, et al. 1974. Working Mothers. San Fransisco: Jossey-Bass Publisers. Ivancevich, Gibson, dan J. H. Donelly. 1989. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses terjemahan. Jakarta: Erlangga. Karjadi, Nurtjahja Moegini. 1995. Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Karier Wanita di Kotamadya Surabaya . Tesis Pasca Sarjana. Surabaya: Universitas Airlangga. Kunartinah. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier sebagai Akuntan Publik, Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Semarang: P3E STIE Stikubank. Michelle, Zimbalist Rosaldo Louise Lamphere. 1974. Women, Culture and Society. Stanford cal.: Stanford University Press. Mudzhar, H.M. Atho, Sajida A. Alvi, Saparinah Sadli. 2001. Wanita dalam Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan . Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. Munandar, S C Utami. 2001. Wanita Karier: Tantangan dan Peluang. dalam Wanita Dalam Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan. Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press. Munandar, S.C Utami. 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia UI-Press. Myers. 1996. Social Psychology. The McGraw-Hill Companies, Inc. Nimran, Umar. 1999. Perilaku Organisasi. Surabaya: CV. Citra Media. Paramita, Nuricha Prajna. 2008. Kepemimpinan Perempuan dalam Organisasi Kepolisian Kasus: Kepolisian Resort Wonogiri, Kota Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Sarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Pudjiwati. 1986. Peranan Wanita dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Cetakan Kedua. Jakarta:Rajawali. Rahayu, Sri. 2004. Efek Iklan Layanan Masyarakat “Versi Pak Lurah” terhadap Perilaku Pemilih dalam Pemungutan Suara Kasus Masyarakat Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. IPB. Bogor. Safitri, Kania. 2007. Gender Dalam Pengembangan Karier Wanita Kasus: PT. Repex Pedana Internasional, Jl. Ciputat Raya No. 99 Pondok Pinang Jakarta. Skripsi Sarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Saptari, dkk. 1997. Perempuan, Kerja, dan Perubahan Sosial. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta. LP3ES. Sutedja, A A A Sundantari Sutedja. 2007. Pengaturan Peran Ganda pada Wanita Karier: Kasus Lima Eksekutif Wanita Pada Lima Bank Swasta Di Jakarta . Skripsi Sarjana. Depok: Universitas Indonesia. Wahyuni, Ekawati Sri dan Puji Mulyono. 2006. Metode Penelitian Sosial. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Wahyuningsih, Sri Endah dan Sudikaryati. 1998. Pengaruh Tugas Rumahtangga Terhadap Pengembangan Karier Tenaga Pengajar Wanita Di Perguruan Tinggi Kodya Semarang . Laporan Kegiatan Penelitian. Semarang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang. Widanti, Agnes. 2005. Hukum Berkeadilan Gender. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Widyatwati, dkk. 2003. Pengaruh Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumahtangga Dan Pekerja Terhadap Tingkat Stres Wanita Karier Studi Kasus Pada Pegawai Negeri Sipil Wanita Di Kota Semarang, Jawa Tengah. Laporan Penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro. LAMPIRAN Lampiran 1. Lokasi Tempat Penelitian Sumber: Google Map, 2009 Gambar 2. Lokasi Tempat Penelitian Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, Tahun 2009. Lampiran 2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Hubungan Antara Variabel Beban Ganda, Konflik Peran, Ideologi Gender, Karier dan Dukungan Dari Luar Beban Ganda Konflik Peran Ideologi Gender Karier Dukungan dari Luar Spearmans rho Beban Ganda Correlation Coefficient 1.000 .378 .110 -.396 -.241 Sig. 2-tailed . .018 .504 .013 .140 N 39 39 39 39 39 Konflik Peran Correlation Coefficient .378 1.000 .234 -.230 -.346 Sig. 2-tailed .018 . .153 .159 .031 N 39 39 39 39 39 Ideologi Gender Correlation Coefficient .110 .234 1.000 -.347 -.220 Sig. 2-tailed .504 .153 . .031 .179 N 39 39 39 39 39 Karier Correlation Coefficient -.396 -.230 -.347 1.000 .296 Sig. 2-tailed .013 .159 .031 . .067 N 39 39 39 39 39 Dukungan dari Luar Correlation Coefficient -.241 -.346 -.220 .296 1.000 Sig. 2-tailed .140 .031 .179 .067 . N 39 39 39 39 39 Contoh perhitungan hubungan beban ganda dengan konflik peran: H0 : Tidak ada hubungan antara beban ganda dengan konflik peran H1 : Ada hubungan antara beban ganda dengan konflik peran Keputusan p-value = 0,18 α = 0,20 sehingga tolak H0, artinya ada hubungan nyata antara beban ganda dengan konflik peran Korelasi antara beban ganda dengan konflik peran berpengaruh positif tetapi tidak terlalu kuat, hal ini dapat dilihat dari nilai korelasinya yang bernilai 0.378.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sudah semakin terbuka luas. Ditinjau dari berbagai kebijakan pemerintah diantaranya Garis Besar Haluan Negara GBHN 1993, wanita di Indonesia mendapat kesempatan yang sama seperti pria untuk mengenyam pendidikan dan untuk bekerja. Kesetaraan pendidikan dapat dilihat pada UU No.71984 tentang Ratifikasi Konvensi CEDAW yang membahas penghapusan segala bentuk diskriminasi termasuk pendidikan. Hal ini didukung pula oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang danatau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Kesempatan bagi wanita untuk bekerja di berbagai bidang pekerjaan serta mengenyam pendidikan tinggi semakin terbuka sehingga semakin banyak kaum wanita yang berkualitas. Selama ini stereotipe yang tertanam dalam masyarakat ialah tugas untuk memperoleh penghasilan keluarga secara tradisional terutama dibebankan kepada suami sebagai kepala keluarga, sedangkan peran istri dianggap sebagai penambah penghasilan keluarga. Salah satu usaha untuk meningkatkan kedudukan keluarga dalam masyarakat dilakukan melalui kegiatan untuk memperoleh penghasilan, yang pada dasarnya dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Globalisasi ekonomi dan bisnis telah membuka peluang bagi wanita untuk berpartisipasi dalam pasar kerja. Kesempatan ini mendorong kaum wanita yang telah menikah untuk bekerja di sektor formal guna mengaktualisasikan potensi dirinya. Tidak sedikit wanita yang telah mencoba untuk menggabungkan suatu karier yang profesional dengan suatu kehidupan keluarga, namun dalam prosesnya mereka menghadapi konflik dalam usaha mereka untuk menyelaraskan rumah, perkawinan, anak-anak dan pekerjaan. Tanggung jawab pada keluarga mengakibatkan seorang wanita terpaksa menolak tugas-tugas pekerjaannya seperti dinas ke luar kota atau kenaikan jabatan yang mengharuskan pindah ke kota lain. Akibatnya, ia mengalami rintangan-rintangan yang dapat menghambat kemajuan karier dan pribadinya. Masalah ini sering dialami oleh para wanita karier yang masih mengutamakan keluarganya namun merasa sulit untuk melepaskan kariernya begitu saja. Konflik yang dialaminya akan semakin rumit apabila suami kurang mendukung peran ganda tersebut. Masalah peran ganda menyulitkan kedudukan wanita yang berkarier, karena pada masyarakat kita masih terdapat pandangan normatif bahwa seorang wanita karier dinilai lebih berhasil apabila ia berhasil dalam pekerjaannya dan juga dalam membina keluarganya. Perbedaan seksual yang dimiliki antara laki- laki dan wanita dapat mengakibatkan adanya pembagian peran. Setiap peran tentu saja menuntut konsekuensi dan tanggung jawab yang berbeda. Peran ganda sebagai ibu rumahtangga dan pekerja menuntut wanita karier untuk menyeimbangkan pemenuhan kewajiban dan tugasnya, sehingga akan muncul konflik peran ganda. Peranan wanita tersebut sifatnya bertambah dan pada umumnya wanita mengerjakan peran domestik yang berhubungan dengan kehidupan rumahtangga dan publik karier, serta sekaligus untuk memenuhi tuntutan pembangunan. Hal ini menyebabkan beban kerja yang dimiliki wanita lebih besar, sehingga apabila terdapat pembagian kerja yang tidak seimbang maka akan membuat wanita menerima beban ganda. Yaitu selain harus bekerja domestik, mereka masih harus bekerja membantu mencari nafkah. Tuntutan-tuntutan seperti ini memungkinkan terjadinya perasaan tertekan atau stres dan beban pikiran yang selanjutnya akan berimbas terhadap kinerjanya. Kelurahan Menteng Bogor khususnya RW 16 memiliki tingkat partisipasi kerja wanita yang cukup tinggi, dari 100 wanita dengan usia produktif kerja terdapat 51 wanita yang telah bekerja 51 persen. Hal ini menandakan kesempatan kerja yang ada di Kelurahan Menteng RW 16 sudah cukup tinggi. Karier wanita tersebut cukup tinggi dan beragam walaupun dengan adanya konflik peran ganda dan berbagai permasalahan lainnya. Hal ini mengakibatkan peneliti tertarik untuk meneliti di wilayah tersebut. Peneliti ingin mengetahui apabila