Ideologi Gender Peran Ganda

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Ideologi Gender

Holzner 1997 dalam Saptari 1997 ideologi gender ialah segala aturan, nilai-nilai stereotipe yang mengatur hubungan antara wanita dan pria, melalui pembentukan identitas feminin dan maskulin. Ideologi gender mengakibatkan ketidaksetaraan peran pria dan wanita, dimana posisi wanita selalu berada pada titik terlemah. Maskulin adalah sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi pria, sedangkan feminin merupakan ciri- ciri atau sifat-sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi wanita. Femininitas dan maskulinitas berkaitan dengan stereotipe peran gender. Stereotipe peran gender ini dihasilkan dari pengkategorisasian antara wanita dan pria, yang merupakan suatu representasi sosial yang ada dalam struktur kognisi kita. Ideologi gender dirumuskan sebagai segala aturan, nilai, stereotipe yang mengatur hubungan wanita dan pria terlebih dahulu melalui pembentukan identitas feminim dan maskulin yang menjadi struktur dan sifat manusia, dimana ciri-ciri dasar dan sifat itu dibentuk sejak masa kanak-kanak awal sehingga selalu konservatif dan ketinggalan di belakang perubahan Widanti, 2005. Ideologi gender yang disebabkan oleh struktur serta sifat manusia, pria dan wanita yang dibentuk sejak masa kanak-kanak menjadi kekuatan aktif tenaga materiil manusia juga menyebabkan pengklasifikasian secara universal antara pria dan wanita. Salah satu ideologi paling kuat yang menyokong perbedaan gender adalah pembagian dunia ke dalam wilayah publik dan privat domestik. Wilayah publik, yang terdiri dari pranata publik, negara, pemerintahan, pendidikan, media, dunia bisnis, kegiatan perusahaan, perbankan, agama, dan kultur, hampir semua didominasi oleh pria meskipun ada wanita yang memasuki wilayah publik, namun akses dan kontrol lebih rendah daripada pria Widanti, 2005.

2.1.2 Pembagian Kerja

Moore 1988 dalam Saptari 1997 menyatakan bahwa definisi kerja seringkali tidak hanya menyangkut apa yang dilakukan seseorang, tetapi juga menyangkut kondisi yang melatarbelakangi kerja tersebut, serta penilaian sosial yang diberikan terhadap pekerjaan tersebut. Sementara itu menurut Saptari 1997 definisi kerja ialah segala hal yang dikerjakan oleh seorang individu baik untuk subsistensi, untuk dipertukarkan atau diperdagangkan, untuk menjaga kelangsungan keturunan, dan kelangsungan hidup keluarga atau masyarakat. Skolnick dalam Budiman 1985 menyatakan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita pada dasarnya berputar disekitar dua teori besar yaitu teori nature teori alam dan teori nurture teori kebudayaan. Pengikut teori nature beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara pria dan wanita disebabkan oleh faktor biologis kedua insan ini. Teori nurture beranggapan bahwa perbedaan ini tercipta melalui proses belajar dari lingkungan.

2.1.2.1 Kerja Produksi dan Reproduksi

Saptari dkk 1997 menyatakan bahwa dalam setiap masyarakat harus selalu ada kerja produksi menghasilkan sesuatu untuk kelangsungan hidup anggotanya, dan harus ada kerja reproduksi secara harfiah menggantikan apa yang telah habis atau hilang untuk kelestarian sistem atau struktur sosial yang bersangkutan. Kerja reproduksi tidak hanya menyangkut apa yang terjadi di dalam rumahtangga, tetapi juga dalam masyarakat, misalnya kegiatan-kegiatan yang menjamin kelestarian struktur sosial yang ada. Hal ini mengakibatkan anggota masyarakat tidak dapat melakukan pekerjaan produksi apabila beberapa hal mendasar dalam kerumahtanggaan mereka tidak dikerjakan. Untuk menghindari kesimpangsiuran tentang arti dan penggunaan konsep reproduksi, Saptari dkk 1997 membedakan antara reproduksi biologis dan reproduksi sosial. Reproduksi biologis ialah melahirkan anak, reproduksi tenaga kerja yang berarti sosialisasi dan pengasuhan anak serta mempersiapkan mereka untuk menjadi cadangan tenaga kerja berikutnya, sementara reproduksi sosial yakni proses dimana hubungan produksi dan struktur sosial terus direproduksi dan dilestarikan.

2.1.2.2 Pembagian Kerja Seksual

Menurut Saptari dkk 1997 pembagian kerja seksual ialah pembagian kerja yang didasarkan atas jenis kelamin. Kesadaran akan perbedaan pendefinisian maskulinitas dan femininitas di setiap masyarakat membawa kesadaran masyarakat akan adanya bentuk-bentuk pembagian kerja seksual yang berbeda, yakni berdasarkan jenis kelamin pria atau wanita. Pembagian kerja wanita dan pria dapat dilihat pada aktivitas fisik yang dilakukan, dimana wanita bertanggung jawab atas pekerjaan rumahtangga, sedangkan pria bertanggung jawab atas pekerjaan nafkah. Pekerjaan rumahtangga tidak dinilai sebagai pekerjaan karena alasan ekonomi semata dan akibatnya pelakunya tidak dinilai bekerja. Permasalahan yang muncul kemudian adalah pekerjaan rumahtangga sebagai bagian dari pekerjaan non produksi tidak menghasilkan uang, sedangkan pekerjaan produksi publik berhubungan dengan uang. Uang berarti kekuasaan, berarti akses yang besar ke sumber-sumber produksi, status yang tinggi dalam masyarakat. Konsep perkembangan budaya berakar kuat dalam adat istiadat yang kadang kala membelenggu perkembangan seseorang. Ketidak adilan yang menimpa kaum wanita akan memunculkan persepsi bahwa wanita dilahirkan untuk melakukan pekerjaan yang jauh lebih terbatas jumlahnya dengan status pekerjaan rendah pula. Pekerjaan rumahtangga menurut Walker dan Woods 1976 dalam Guhardja 1992 mendefinisikan pekerjaan rumahtangga ke dalam enam kategori yaitu: 1 penyediaan panganmakanan, 2 pemeliharaan keluarga anggota keluarga, 3 pemeliharaan rumah, 4 pemeliharaan pakaian termasuk mencuci, seterika, 5 manajemen termasuk pencatatanrecord keeping, dan 6 marketing termasuk kegiatan berbelanja.

2.1.3 Definisi Karier, Wanita Karier dan Wanita Bekerja

2.1.3.1 Karier

Berdasarkan penelitian Kunartinah 2003 Hall 1986 menyatakan bahwa karier diartikan sebagai rangkaian sikap dan perilaku yang berhubungan dengan pengalaman seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Menurut Hall 1996, karier adalah rangkaian dari sikap-sikap dan tingkah laku yang dirasakan secara pribadi yang berkaitan dengan pengalaman-pengalaman dan kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan sepanjang masa kehidupan seseorang Ivancevich et al, 1989. Sedangkan berdasarkan penelitian Kunartinah 2003 menurut Cascio dan Awad 1981 karier adalah rangkaian promosi untuk memperoleh pekerjaan yang lebih mempunyai beban tanggung jawab lebih tinggi atau penempatan posisi yang lebih baik dalam hirarki pekerjaan seseorang sepanjang kehidupan kerjanya. Konsep karir mengacu pada kemajuan yang dicapai melalui serangkaian pekerjaan atau pada suatu jabatan dari waktu ke waktu. Yang perlu diperhatikan dalam konsep ini ialah apakah pekerjaan yang diduduki itu berarti atau tidak bagi diri sendiri ataupun orang lain. Sebuah karir bisa disebut memberikan arti jika ia berkembang ke tingkat hirarki yang lebih tinggi dan maju. Menurut Kunartinah 2003 karier dilihat dari berbagai cara antara lain: 1. Posisi yang dipegang individu dalam suatu jabatan disuatu perusahaan dalam kurung waktu tertentu. 2. Dalam kaitannya dengan mobilitas dalam suatu organisasi. 3. Tingkat kemapanan kehidupan seseorang setelah mencapai tingkat umur tertentu yang ditandai dengan penampilan dan gaya hidup seseorang.

2.1.3.2 Wanita Karier dan Wanita Kerja

Pengertian wanita bekerja tidak sama dengan wanita karier, wanita bekerja ialah wanita yang melakukan suatu kegiatan secara teratur atau berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu, dengan tujuan yang jelas yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda, uang, jasa maupun ide. Wanita bekerja akan memperoleh berbagai kepuasan seperti kepuasan fisik, sosial emosional maupun kepuasan mental. Bekerja memiliki beberapa persyaratan kerja antara lain pendidikan yang memadai, pengetahuan dan keterampilan bahkan jika mungkin pengalaman kerja yang cukup. Menurut Munandar 1985 yang mendorong seorang wanita yang telah berkeluarga untuk bekerja yaitu untuk menambah penghasilan keluarga, untuk ekonomis tidak bergantung pada suaminya, untuk menghindari kebosanan atau mengisi waktu kosong, karena ketidakpuasan terhadap pernikahan, karena mempunyai minat atau keahlian tertentu yang ingin dimanfaatkan, untuk memperoleh status dan pengembangan diri. Munandar 2001 menyatakan bahwa wanita yang berkarier adalah wanita yang bekerja untuk mengembangkan kemampuannya. Akhir-akhir ini menjadi semakin lazim penggunaan istilah atau konsep wanita karier. Wanita karier adalah wanita yang berpendidikan tinggi dan mempunyai status yang tinggi dalam pekerjaannya, yang berhasil dalam berkarya yang dikenal sebagai wanita bekerja atau wanita berkarya. Apa yang disebut wanita karier ialah yang menemukan perwujudan dirinya di dalam dunia kerja. Istilah karier berarti perjalanan yang memperlihatkan kemajuan terus menerus dalam hubungan dengan bekerja, istilah ini berarti suatu pekerjaan atau profesi yang memerlukan pendidikan khusus, dan merupakan suatu panggilan, yang dimaksudkan sebagai pekerjaan seumur hidup. Flanders 1994 dalam Mudzhar dkk 2001, membedakan beberapa kategori wanita bekerja, yaitu: 1. Wanita tunggal dan tidak mempunyai anak single 2. Wanita bekerja yang menikah tanpa anak 3. Wanita karier sebagai ibu

2.1.3.3 Hambatan Wanita dalam Peningkatan Peranan Karier

Menurut penelitian Safitri 2007, Karjadi 1995, Wahyuningsih dkk 1998, Widyatwati dkk 2003 dan Sutedja 2007 setelah dilakukan analisis tentang hambatan dan kendala yang dihadapi wanita untuk lebih aktif di dunia kerja, dapat dikelompokkan menjadi: 1. Hambatan bersifat eksternal antara lain masalah tata nilai sosio-kultural masyarakat yang memang belum memiliki kesadaran gender yang memadai. 2. Hambatan bersifat internal yang datang dari intrinsik kaum wanita sendiri antara lain berupa kurangnya pengertian terhadap kedudukan dan peranan wanita, kurangnya kesadaran, kepercayaan dan identitas sendiri, serta kesiapan, kesediaan, kemauan, dan konsistensi wanita dalam perjuangan agar dapat diakui dan dihargai pihak lain. 3. Hambatan dari sistem pemerintahan antara lain dari peraturan dan perundang- undangan yang berlaku. Menurut penelitian Ludiro, dalam Munandar 1985 diungkapkan bahwa kesulitan-kesulitan yang dirasakan oleh ibu bekerja ialah: 1. Waktu dirasakan terlalu sempit, jadi tentu para ibu sering dalam keadaan terburu-buru dan tertekan. 2. Ibu merasa tidak tenang bekerja bila anak sedang sakit atau apabila anak belum mencapai usia siap untuk ditinggal. 3. Kesulitan timbul apabila orang-orang yang membantu pekerjaan domestik, pengasuh, atau keluarga yang sudah biasa mengasuh dan menemani anak yang sedang sakit atau pergi meninggalkan keluarga tersebut. 4. Badan yang terlalu lelah karena ingin mengerjakan semua tugas dan memenuhi semua fungsi secara memuaskan.

2.1.4 Peran Ganda

Michelle et al 1974 menyatakan bahwa peran ganda disebutkan dengan konsep dualisme cultural, yakni adanya konsep domestik sphere lingkungan domestik dan publik sphere lingkungan publik. Peran ganda adalah partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan transisi. Peran tradisi atau domestik mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumahtangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis mencari nafkah di berbagai kegiatan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia Sukesi, 1991. Peran ganda kaum wanita terimplikasi pada: 1 peran kerja sebagai ibu rumahtangga mencerminkan femininine role , meski tidak langsung menghasilkan pendapatan, secara produktif bekerja mendukung kaum pria kepala keluarga untuk mencari penghasilan uang; dan 2 berperan sebagai pencari nafkah tambahan ataupun utama. Peran ganda wanita ialah peran wanita di satu pihak keluarga sebagai pribadi yang mandiri, ibu rumahtangga, mengasuh anak- anak dan sebagai istri, serta dipihak lain sebagai anggota masyarakat, sebagai pekerja dan sebagai warga negara yang dilaksanakan secara seimbang. Wanita dianggap melakukan peran ganda apabila ia bertanggung jawab terhadap tugas- tugas domestik yang berhubungan dengan rumahtangga seperti membersihkan rumah, memasak, melayani suami, dan merawat anak-anak, serta ketika wanita juga bertanggung jawab atas tugas publik yang berkaitan dengan kerja di sektor publik karier yakni bekerja di luar rumah dan bahkan seringkali berperan sebagai pencari nafkah utama. Wanita mempunyai dua peranan yaitu sebagai istri atau ibu rumahtangga yang melakukan pekerjaan rumahtangga yaitu pekerjaan produktif yang tidak langsung menghasilkan pendapatan dan sebagai pencari nafkah yang langsing menghasilkan pendapatan Pudjiwati, 1985 Peran ganda wanita merupakan masalah yang sering dihadapi wanita bekerja. Wanita seringkali harus memilih antara tidak menikah dan sukses berkarier, atau menikah dan menjadi ibu rumahtangga yang baik. Adanya orang- orang yang membantu pekerjaan domestik atau babysitter memberikan peluang besar bagi wanita eksekutif untuk mendapatkan penghasilan yang jauh lebih besar atau untuk mendapatkan kepuasan lebih dalam mengaktualisasikan diri. Pada hakekatnya permasalahan peran ganda wanita bukan pada peran itu sendiri, melainkan adalah akibat atau dampak yang ditimbulkannya pada keluarga. Sementara itu ketertinggalan wanita pada peran transisi mereka berpangkal pada pembagian pekerjaan secara seksual di dalam masyarakat dimana peran wanita yang utama adalah lingkungan rumahtangga domestik sphere dan peran pria yang utama di luar rumah public sphere sebagai pencari nafkah utama. Pembagian kerja yang tidak seimbang antara pria dan wanita dapat menimbulkan beban kerja pada pihak yang terdominasi. Pembagian kerja secara seksual ini jelas tidak adil bagi wanita, sebab pembagian kerja seperti ini selain mengurung wanita, juga menempatkan wanita pada kedudukan subordinat terhadap pria, sehingga cita-cita untuk mewujudkan wanita sebagai mitra sejajar pria, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat mungkin akan sulit terlaksana. Pembagian peran yang tidak seimbangan akan menimbulkan beban kerja yang lebih berat pada wanita. Beban kerja berlipat atau berlebihan yaitu memaksakan dan membiarkan salah satu jenis kelamin menanggung beban aktivitas berlebihan.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Peran Ganda