36
Standar Pengelolaan, Standar Pendidik dan Tenaga kependidikan dan Standar Kompetensi Lulusan Tabel 4.
Tabel 4 Hasil analisis SNP yang belum tercapai
No SNP
Indikator Penilaian
1 Standar sarana prasarana
• Rombongan belajar maksimum 27 orang
0.00 •
Jumlah minimum ruang kelas dengan jumlah peserta didik
3.00 •
Ruang kelas terpasang perangkat TIK 2.00
• Ruang laboratorium menampung 1 rombongan
belajar 0.00
• Hotspot di lingkungan sekolah
2.00 •
Komputer sumber belajar untuk peserta didik dan pendidik
2.00 •
Seluruh jaringan komputer sekolah sudah terhubung internet
2.00 2
Standar pengelolaan •
Struktur organisasi belum disertai uraian tugas 2.00
• Memiliki program kerja sekolah namun tidak
memenuhi pengembangan PBKL 2.00
• Pelacakan alumni
0.00 3
Standar pendidik dan tenaga kependidikan
• Kualifikasi pendidik
3.00 •
Kesesuaian pendidikan pendidik dengan mata pelajaran yang diajarkan
3.00 •
Pendidik bersertifikat guru 1.00
4 Standar kompetensi
lulusan •
Presentasi lulusan yang diterima di perguruan tinggi
3.00 •
Kelengkapan dokumen penetapan KKM 3.00
• KKM sekolah per mata pelajaran
3.00
Nilai maksimal dari tiap indikator 4.00, dari Tabel 4 terlihat bahwa Standar sarana prasarana memiliki nilai yang paling kurang terutama dalam kebutuhan ruang dan
jaringan internet didalam sekolah.
4.3 Analisa dan perancangan Sistem Informasi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara didapatkan bahwa penerapan Standar Nasional Pendidikan di SMA Plus PGRI Cibinong belum diterapkan
secara optimal, terutama dalam hal memperoleh informasi bagi pendidik, peserta didik, dan masyarakat. Saat ini belum ada Sistem Informasi yang dapat memenuhi
kebutuhan tersebut baik secara offline ataupun online oleh karena itu akses
37
informasi menjadi tidak efisien dan tidak efektif. Untuk itu perlu dirancang suatu sistem infomasi yang dinamis, cepat, efisien dan terkoneksi dalam satu
jaringan.Untuk merancang sistem informasi ini diperlukan suatu framework untuk pemodelan arsitektur enterprise. Pemodelan ini akan menghasilkan blueprint yang
dapat dijadikan acuan dalam perancangan sistem informasi. Dalam pembuatan blueprint Sistem Informasi penerapan SNP mengacu
pada TOGAF yang melihat arsitektur enterprise dalam 4 empat kategori yaitu: arsitektur bisnis, data, aplikasi, dan teknologi. Tahapan perencanaan arsitektur
enterprise mengacu pada tahapan TOGAF ADM yang terdiri dari 8 delapan fase kegiatan yang dibutuhkan dalam membangun arsitekur sistem informasi, antara
lain: architecture vision, business architecture, information system architecture, technology architecture, opportunities and solution, migration planning,
implementation governance, dan change management. Sebelum masuk kedalam siklus TOGAF ADM terlebih dahulu dilakukan persiapan. Persiapan ini dilakukan
pada fase preliminary : Framework and principles. Pada 8 delapan fase pada siklus ADM perlu memperhatikan requirement management pada fase terkait.
Penjelasan lebih lanjut dari setiap fase TOGAF ADM adalah sebagai berikut:
4.3.1 Fase Preliminary : Framework and Principles
Fase preliminary merupakan tahap awal yang merupakan tahap persiapan perencanaan arsitektur enterprise. Tahapan ini dilakukan agar proses pemodelan
arsitektur dapat terarah dengan baik. Pada tahap ini didefinisikan bagaimana arsitektur enterprise akan dibuat. Tujuan dari fase preliminary adalah untuk
mengko nfirmasi komitmen dari manajemen, penentuan framework dan metodologi yang akan digunakan dalam pengembangan arsitektur enterprise.
4.3.1.1 Menentukan framework dan metodologi
Framework yang digunakan dalam perancangan arsitektur enterprise sistem informasi penerapan Standar Nasional Pendidikan di Sekolah Menengah
Atas adalah framework TOGAF dengan metodologi mengacu pada TOGAF ADM yang merupakan metode yang detil bagaimana membangun dan mengelola serta
mengpenerapan kan arsitektur enterprise dan sistem informasi. TOGAF ADM mencakup 8 delapan fase, yaitu: