Tabel 11 Item Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang
Capaian Skornya Teridentifikasi Sedang No
Aspek Indikator
No Item
Pernyataan Item
1. Mengenali Emosi Diri
Memiliki Kesadaran Emosi
2 Saya diam dan biasa saja
ketika saya menyelesaikan tugas
asrama dengan baik.
3 Saya mengetahui apa
yang sedang saya rasakan ketika saya sedang kesal.
5 Saya mampu
menunjukkan ekspresi secara tepat ketika
senang atau sedih.
7 Saya senang dapat
mengenali perasaan saya.
Mampu Menilai Diri 11
Saya dapat menemukan jalan keluar apabila
menghadapi kesulitan.
Memiliki Kepercayaan Diri
20 Saya berani
mengungkapkan rasa senang saya kepada
orang lain.
2. Mengelola Emosi
Mampu Mengendalikan Emosi
23 Saya mampu berpikir
positif ketika orang lain mengolok-olokngejek
saya.
25 Saya ttetap tersenyum
ketika menghadapi masalah yang membuat
saya kecewasedih.
3. Mengenali Emosi
Orang Lain Mampu Bergaul
dengan Orang Lain 57
Saya berusaha menjadi peribadi yang
menyenangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Peka Terhadap Perasan Orang Lain
59 Saya bersikap cuek
ketika teman saya mengalami musibah.
3. Pengelompokan Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya yang
Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan
Setelah diperoleh data penelitian, peneliti melakukan analisis data untuk mengkategorisasi remaja panti asuhan yang mengalami kekerasan
dan tidak mengalami kekerasan, sebagai berikut :
Tabel 12 Kelompok Remaja Panti Asuhan St. Yusup Sindanglaya
yang Mengalami Kekerasan dan Tidak Mengalami Kekerasan Jumlah Subjek
Kelompok
Tidak Mengalami Kekerasan 41
Mengalami Kekerasan 73
Data pada tabel 12 diatas menunjukkan bahwa 41 remaja panti asuhan tidak terindikasi mengalami kekerasan dan 73 remaja panti asuhan
terindikasi mengalami kekerasan.
4. Uji Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis
1 Ha : Ada perbedaan rata-rata kecerdasan emosi remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan.
2 Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata kecerdasan emosi remaja panti
asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan dan tidak mengalami kekerasan.
b. t hitung
Dari output didapat nilai t hitung Equal variance assumed sebesar 2,631.
c. Nilai Sig. 2-tailed
Nilai Sig. 2-tailed pada hasil SPSS sebesar 0,010. d.
Kriteria pengujian 1
Jika, t hitung nilai sig 0,05 maka Ho diterima 2
Jika, t hitung nilai sig 0,05 maka Ho ditolak e.
Kesimpulan Nilai t hitung nilai sig = 2,631 0,010 maka Ho ditolak. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kecerdasan emosi remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan
dan tidak mengalami kekerasan. Rata-rata skor kecerdasan emosi remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang tidak mengalami
kekerasan yaitu 185,93, sedangkan pada kelompok remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan, rata-rata
skor kecerdasan emosi adalah 176,71. Hal ini menunjukkan bahwa remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang tidak mengalami
kekerasan memiliki tingkat kecerdasan emosi dengan rata-rata skor yang lebih tinggi, dibandingkan dengan capaian skor kecerdasan emosi
pada remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang mengalami kekerasan.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Deskripsi Tingkat Kecerdasan Emosi Remaja Panti Asuhan St. Yusup
Sindanglaya
Hasil penelitian membuktikan bahwa remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya, secara umum memiliki tingkat kecerdasan emosi
tinggi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian pada remaja panti yang tingkat kecerdasan emosinya termasuk dalam kategori sangat tinggi, yaitu 28 atau
24,6 dan kategori tinggi tingkat kecerdasan emosinya, yaitu 63 atau 55,3 . Remaja panti asuhan St. Yusup Sindanglaya yang berada pada
kategori sangat tinggi dan tinggi mengindikasikan bahwa mereka telah memiliki kecerdasan emosi yang dapat diukur melalui kemampuan remaja
dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan mampu membina hubungan dengan
orang lain. Mengenali emosi diri yang dimaksud dalam pembahasan penelitian
ini adalah remaja panti asuhan telah memiliki kesadaran akan emosi yang sedang dirasakannya. Hal ini sejalan dengan gagasan dari Goleman 2007
yang berpendapat bahwa dasar dari kecerdasan emosi adalah mengenali emosi itu sendiri. Individu yang mengenali emosinya mampu mengetahui
dan mengenal emosi yang sedang dirasakannya, serta mampu mengambil tindakan yang tepat sehingga emosi yang sedang dirasakan tidak
menghasilkan efek yang negatif bagi diri sendiri maupun orang lain.