Ciri-ciri Motivasi Belajar Motivasi Belajar
XI Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Pencatatan Akuntansi Terhadap Piutang Tak Tertagih
” yang disusun oleh Septi Ane Tanjung mahasiswa Universitas Sanata Dharma jurusan pendidikan Akuntani angkatan 2010. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan peneliti, partisipasi siswa pada siklus pertama mengalami peningkatan pada siklus I terjadi sejumlah 10 siswa sebesar 52,63
dan pada siklus II peningkatan terjadi sejumlah siswa 5 siswa atau 26,23 dan untuk prestasi belajarnya meningkat pada siklus I, siswa yang mencapai KKM
berjumlah 16 siswa atau 84,21 yang berarti terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sesudah penerapan NHT siklus I. pada siklus II seluruh
siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan NHT mampu mencapai KKM yaitu sebanyak 19 siswa atau 100. Yang artinya terjadi peningkatan sebesar
15,79. H.
Kerangka Berpikir
Dalam proses pembelajaran sering di jumpai guru yang masih menggunakan metode belajar konvensional. Di sini guru menyampaikan materi dengan cara
berceramah. Siswa hanya diminta untuk memperhatikan apa yang diterangkan guru dan menghafal materi tanpa guru mempertimbangkan apakah siswa benar-
benar memahaminya atau belum. Metode ceramah menurut peneliti kurang cocok jika diterapkan dalam pelajaran akuntansi. Karena dalam pelajaran
akuntansi tidak hanya cukup dengan hafalan tetapi juga perlu pemahaman. Jika guru terlalu lama berceramah maka siswa menjadi bersikap acuh tak
acuh, bosan dan mengantuk. Mereka akan mencari kesibukan untuk
menghilangkan rasa jenuh yaitu dengan cara mengobrol dengan teman, mainan HP, atau bahkan siswa akan tidur saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Akibatnya nilai yang diperoleh siswa tidak maksimal. Selain itu dengan metode ceramah siswa tidak akan terbiasa bekerja dalam kelompok, keterampilan
bertanya kurang, tidak dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, dan siswa cenderung bersikap individu egois.
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa maka peneliti akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model pembelajaran
NHT lebih menekankan pada pembentukan kelompok. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 siswa yang bersifat heterogen. Saat bekerja
dalam kelompok, siswa ditugaskan untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru.
Pada proses ini siswa saling berdiskusi dengan teman sekelompok untuk memecahkan juga yang telah diberikan. Siswa dituntut untuk dapat bekerja
dalam kelompok dan memberikan konstribusi untuk kemajuan kelompok, sehingga siswa menjadi lebih terlatih untuk dapat menghargai pendapat dan
keberadaan tim, sifat egois dan dominasi murid “pintar” berkurang. Jika ada salah satu siswa yang sudah memahami materi maka dia harus membantu teman
sekelompoknya sampai teman tersebut paham terhadap materi. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT dilakukan dengan
menggunakan 2 siklus. Siklus pertama terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Jika siklus pertama tidak berhasil atau hasil kurang