56
berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, dan keluarga. Aspek sosial tersebut bisa jadi berasal dari interaksi seseorang dengan orang lain,
misalnya interaksi remaja dengan teman sebayanya. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut digunakan oleh
peneliti sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan yaitu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel interaksi teman sebaya dan variabel penalaran moral terhadap variabel
kontrol diri. Sejauh pengetahuan peneliti, belum banyak penelitian yang dilakukan yang terkait dengan ketiga variabel tersebut.
F. Pengaruh Interaksi Teman Sebaya dan Penalaran Moral Terhadap
Kontrol Diri Pada Siswa Remaja
Remaja merupakan individu dimana mereka tidak lagi disebut anak-anak tetapi juga belum dapat disebut sebagai orang dewasa. Dapat dikatakan bahwa
remaja merupakan masa peralihan dari kedua fase kehidupan manusia tersebut. Pada usia ini individu mengalami banyak perkembangan. Salah satu
perkembangan yang paling menonjol adalah perkembangan dalam aspek sosial. Perkembangan sosial remaja ditunjukkan dengan ketertarikannya untuk menjalin
hubungan dengan orang lain terutama dengan teman sebaya. Teman sebaya memainkan peran penting dalam kehidupan remaja.
Sebagian besar waktu remaja dihabiskan bersama dengan teman sebaya dibandingkan dengan orangtuanya Remaja menaruh perhatian yang lebih terhadap
kelompok teman sebaya. Ketika berada dalam kelompok teman sebaya, remaja
57
belajar berperilaku sebagaimana orang dewasa berperilaku. Misalnya mengorganisasikan kegiatan sosial, memilih pemimpin, dan menciptakan
peraturan dalam kelompok. Adanya peraturan dalam kelompok tersebut membuat remaja secara
sukarela harus mematuhi dan menjalankan peraturan yang ada dalam kelompok untuk mempermudah proses penyatuan dirinya terhadap aktivitas kelompok.
Remaja yang mematuhi aturan dalam kelompok akan berusaha mengontrol dirinya agar perilakumya tidak menyimpang dari norma atau peraturan kelompok
tersebut. Syamsu Yusuf 2011: 60 menyampaikan bahwa melalui interaksi dengan
teman sebaya, remaja dapat belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain, mengontrol tingkah laku sosial, mengembangkan ketrampilan, dan bertukar
perasaan. Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kontrol diri
remaja. Hal tersebut dikarenakan kontrol tingkah laku merupakan salah satu aspek kontrol diri.
Melalui berbagai pengalaman berinteraksi dengan orang lain seperti orangtua, guru, teman sebaya, dan orang dewasa lain, remaja mengalami
perkembangan dalam aspek moral. Remaja telah memiliki penalaran moral yang lebih baik bila dibandingkan dengan pada saat usia anak-anak. Mereka memiliki
pemahaman mengenai nilai-nilai dan prinsip-prinsip moral seperti kejujuran, keadilan, sopan santun, dan kedisiplinan.
58
Pemahaman remaja mengenai konsep-konsep moral tersebut membuat remaja semakin paham tentang baik buruk atau benar salah suatu tindakan atau
perilaku. Remaja tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan fisiknya tetapi juga kebutuhan psikis. Perasaan puas dengan adanya penerimaan dan penilaian positif
dari orang lain dapat menimbulkan perasaan bahagia. Oleh karena itu pada remaja muncul dorongan untuk melakukan perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang
lain. Rita Eka Izzati, dkk 2008: 143 menjelaskan mengenai pengertian moral
yaitu ajaran tentang baik buruk, benar salah, akhlak, dan aturan yang harus dipatuhi, serta dimaknakan sebagai kendali dalam bersikap dan bertingkah laku
sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat. Penalaran moral merupakan pemahaman mengenai jawaban mengapa dan bagaimana suatu
hal dapat dinilai benar atau salah, baik atau buruk. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapatlah diketahui bahwa seseorang yang paham mengenai konsep-
konsep moralitas akan mendasarkan perilakunya pada norma masyarakat. Dengan demikian penalaran moral merupakan salah satu faktor seseorang dalam
melakukan kontrol diri. Pada awal perkembangannya, kontrol diri banyak dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari luar diri individu. Faktor yang berasal dari luar tersebut adalah keberadaan orang-orang disekitar individu tersebut tinggal seperti orangtua, teman
sebaya, dan orang dewasa lainnya. Peran orang-orang disekitar individu tersebut adalah sebagai kontrol eksternal perilaku dimana individu melakukan
pengendalian diri terhadap suatu hal berdasarkan kontrol eksternal tersebut.
59
Misalnya saja seorang anak yang melakukan suatu perbuatan bukan karena berdasarkan kemauan sendiri tetapi melakukan hal tersebut karena takut terhadap
hukuman yang mungkin akan diterimanya apabila tidak melakukan perbuatan tersebut.
Seiring dengan pertambahan usia, perkembangan moral individu semakin berkembang menjadi lebih matang. Remaja pada umumnya telah sampai pada
tahap konvensional dimana salah satu tugas perkembang remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok terhadap dirinya dan kemudian
membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus terus dibimbing, diawasi, didorong, atau bahkan diancam menggunakan hukuman
seperti pada masa anak-anak. Pada tahap ini remaja sudah mulai menginternalisasikan aturan atau prinsip-prinsip moralitas dan mulai menyadari
bahwa ia hidup dalam lingkungan masyarakat. Remaja tidak lagi melakukan perbuatan atau melaksanakan peraturan karena takut akan hukuman atau sekedar
mendapatkan imbalan. Mereka berusaha untuk menjadi pribadi yang menyenangkan bagi orang lain dan baik secara sosial demi mendapatkan tempat
dalam kehidupan bermasyarakat. Pada penalaran moral prakonvensional, individu mematuhi norma sosial
atas dasar rasa takut terhadap hukuman atau untuk mendapatkan suatu imbalan dan kontrol dirinya berasal dari luar. Dapat diartikan bahwa individu tersebut
memiliki kontrol diri namun bukan berasal dari dalam diri tetapi berasal dari luar seperti orangtua, teman sebaya, dan orang dewasa lainnya. Sedangkan pada tahap
penalaran moral konvensional, kontrol diri individu sudah berasal dari dalam diri
60
karena nilai-nilai moral telah diinternalisasikan dalam dirinya. Hal tersebut ditunjukkan dengan kemauan individu untuk mematuhi norma sosial karena ia
sadar bahwa dirinya hidup dalam lingkungan masyarakat serta keinginan individu untuk menyenangkan orang lain.
Uraian di atas didukung oleh teori dari Sunarto dan Agung Hartono 2002: 168 mengatakan bahwa moral berkaitan dengan kemampuan untuk memahami
konsep benar atau salah dan dimaknakan sebagai kendali dalam tingkah laku. Singgih D. Gunarsa 2006: 252 juga menyampaikan bahwa pada individu yang
memiliki penalaran moral prakonvensional bertindak atas dasar kontrol diri dari luar untuk sekedar menghindari hukuman dan mendapatkan imbalan. Didukung
lagi oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Santi Praptiani 2013: 11 yang menyebutkan bahwa kontrol diri dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial dan
ekonomi. Faktor sosial disini dapat berasal dari interaksi remaja dengan teman sebayanya.
Berdasarkan uraian di atas dan juga didukung teori-teori yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi teman sebaya dan penalaran moral dapat
mempengaruhi kontrol diri pada remaja. Teman sebaya dapat menjadi pendukung kontrol diri internal yang didasarkan pada nilai-nilai moral bagi remaja.
G. Paradigma Penelitian