47
e. Karakteristik Penyesuaian Sosial Remaja
Alexander Syamsu Yusuf , 2006: 199 menyebutkan, penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara tepat tehadap
realiatas sosial, situasi, dan relasi”. Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Karakteristik penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan tersebut adalah sebagai
berikut:
1 Di Lingkungan Keluarga
Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga orang tua dan saudara
Menerima otoritas orang tua mau menaati peraturan yang ditetapkan orang tua
Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan norma keluarga
Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebgai individu maupun kelompok dalam mencapai tujuannya
2 Di Lingkungan Sekolah
Bersikap respek dan mau menerima peratuaran sekolah Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sekolah
Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf
lainnya Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya
3 Di Lingkungan Masyarakat
Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain
Bersikap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
D. Pengaruh Sosiodrama terhadap Kohesivitas Kelompok Pengurus OSIS
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam tahap perkembangan sosialnya, seorang remaja membutuhkan
kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu menyalurkan kebutuhan sosialnya. Dengan mengikuti organisasi sosial memberikan keuntungan bagi
48 perkembangan sosial remaja. Banyak sekali organisasi yang ditawarkan disekolah,
salah satunya yaitu Organisasi Siswa Intra Sekolah atau yang biasa disingkat OSIS.
Kenyataan di lapangan, tidak semua remaja mampu berinteraksi dengan baik antara teman sebayanya terutama di lingkungan sosial yang baru.
Permasalahan itu antara lain siswa menutup diri dan malu untuk berbaur dengan temannya. Hal ini menyebabkan para siswa tidak saling mengenal, bersikap
individualis dan kurangnya kebersamaan dalam kelompok. Komunikasi yang belum efektif juga seringkali terjadi pada lingkungan yang baru, sehingga
kesalahpahaman diantara kelompok tak dapat terelakkan. Ketidaknyamanan tersebut menyebabkan rendahnya minat berkumpul para anggota. Hal tersebut
juga mempengaruhi kebanggaan anggota terhadap kelompoknya. Paparan permasalahan diatas, mengindikasikan bahwa kelompok memiliki kohesivitas
kelompok yang rendah. Kohesivitas kelompok merupakan kecenderungan anggota kelompok
untuk tetap membentuk ikatan sosial, sehingga para anggota tetap bertahan dan bersatu dalam kelompok. Komponen kohesivitas kelompok terdiri dari : 1
Social cohesion
merupakan suatu daya tarik antar anggota kelompok untuk membentuk sebuah kelompok sebagai suatu keseluruhan. 2
Task cohesion
merupakan kesatuan anggota kelompok yang saling mendukung untuk mencapai tujuan. 3
Perceived cohesion
merupakan kesatuan anggota kelompok yang didasarkan pada kebersamaan. 4
Emotional cohesion
merupakan intesitas emosi kelompok dan