37 gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan dan bentuk
tubuh. Perkembangan fisik remaja meliputi : 1 Percepatan pertumbuhan,
misalnya berupa pertumbuhan tinggi badan, berat badan dll yang terjadinya berbeda antara satu remaja dengan remaja yang lain karena faktor gizi, keturunan
dll. 2 Proses pematangan seksual, pada remaja perempuan ditandai dengan menstruasi dan pada remaja laki-laki ditandai dengan ejakulasi atau digambarkan
sebagai mimpi basah, dan 3 keanekaragaman proporsi tubuh, pada remaja laki- laki lebih cenderung berbentuk tubuh kekar, sedangkan pada remaja perempuan
terdapat dua kemungkinan cenderung gemuk dan berat atau kurus dan bertulang panjang.
5. Perkembangan Kognitif Intelektual Remaja
Ditinjau dari perkembangan kognitif menurut Piaget Kathryn Geldard, 2010: 10, selama awal masa remaja anak muda biasanya melakukan transisi dari
tahap „operasi konkret‟ ke tahap „operasi formal‟. Artinya, mereka bergerak dari batasan pemikiran konkret ke tahap menjadi mampu secara kognitif untuk
berhadapan dengan berbagai gagasan, konsep, dan teori abstrak. Mereka bisa untuk menjadi secara mendalam tertarik pada gagasan maupun konsep abstrak dan
dengan demikian, mampu memahami membedakan mana yang nyata dan mana yang ideal.
Syamsu Yusuf 2006: 195 menambahkan pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf
lobe frontal
yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif
38 tingkat tinggi, yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau
mengambil keputusan.
Lobe frontal
ini terus berkembang sampai usia 20 tahun atau lebih.
Flavell Kathryn Geldard, 2011: 11 menyatakan sejumlah cara ketika pemikiran seorang anak muda bergerak melampaui pemikiran kanak-kanak.
Beberapa diantaranya adalah kemampuan untuk: a.
Membayangkan peristiwa yang mungkin dan tidak mungkin b.
Memikirkan sejumlah kemungkinan akibat dari sebuah pilihan c.
Memikirkan akibat yang dihasilkan dari pengombinasian berbagai proporsi
d. Memahami informasi dan bertindak menurut pemahamnnya
tersebut e.
Menyelesaikan masalah dengan melibatkan hipotesis dan dedukasi
f. Masalah diselesaikan dalam keragaman situasi yang lebih luas
dan dengan keahlian yang jauh melebihi keahliannya semasa kanak-kanak.
Anak muda dalam tahap ini akan ditantang kemampuannya dalam mengembangkan keahlian kognitif ini dan dalam penggunaannya. Begitu
kepercayaan diri diperoleh dalam menggunakan keahlian ini, mereka akan cenderung menjajal keahliannya ini pada situasi baru, meski tidak selalu berhasil.
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan kognitif intelektual remaja berubah, yaitu dari tahapan berpikir konkrit menjadi berpikir kognitif yakni
mampu menyampaikan dalam sebuah gagasan secara tepat.
6. Perkembangan Emosi Remaja
Syamsu Yusuf 2006: 196 berpendapat bahwa masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik,
39 terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau
perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan berkenalan lebih intim dengan lawan
jenisnya.
Menurut Gessel Syamsu Yusuf, 2006: 197 mengemukakan bahwa remaja 16 tahun sering kali mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya
cenderung “meledak”, tidak berusaha mengendalikan perasaaanya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka “tidak mempunyai
keprihatinan”. Jadi, adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang berakhirnya awal masa remaja.
Syamsu Yusuf 2006: 197 juga menambahkan bahwa mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sulit bagi remaja.
Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.
Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif, dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh
tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya, apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-
perannya dan kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan,
perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional. Pada tahap perkembangan ini emosi remaja seringkali meledak-ledak,
namun hal ini bisa diminimalisir. Jika dukungan atau pengaruh dari lingkungan