Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan Penelitian
99 Peningkatan ini juga berkelanjutan dalam kepengurusan OSIS diluar pemberian
treatment
. Peningkatan
minat berkumpul
tersebut juga
secara otomatis
mempengaruhi kedekatan diantara pengurus OSIS. Para pengurus OSIS yang awalnya meskipun satu kepengurusan namun tidak saling mengenal, sekarang
menjadi lebih akrab dan mampu bersosialisasi dengan baik. Antusias para pengurus pada setiap pertemuan semakin meningkat saat
kegiatan sosiodrama. Sebelum pemberian
treatment
para pengurus cenderung acuh terhadap kelompoknya dan individualis. Namun dalam pelaksanaan
sosiodrama, hubungan diantara pengurus semakin kompak. Antar pengurus juga lebih saling perhatian, yang juga berpengaruh positif terhadap hubungan sosial
diluar pelaksanaan sosiodrama. Komunikasi para pengurus yang awalnya belum mampu berjalan secara
efektif, namun selama proses pelaksanaan sosiodrama terutama saat berdialog peran dan sesi diskusi, para pengurus dituntut untuk membiasakan berkomunikasi
secara efektif. Hal tersebut ternyata mampu melatih para pengurus mengungkapkan apa yang seharusnya diungkapkan dengan tepat.
Kebanggaan para pengurus terhadap kelompok yang awalnya banyak menyatakan ingin mengundurkan diri, namun setelah pelaksanaan sosiodrama
kebanggaan dan keinginan untuk tetap berada dalam kelompok cenderung meningkat. Keseluruhan hasil observasi diatas, menunjukkan pengaruh positif
pelaksanaan sosiodrama terhadap kohesivitas kelompok pengurus OSIS SMK YPKK 1 Sleman Periode 20122013.
100 Hasil wawancara yang dilakukan tiap akhir sesi juga menunjukkan adanya
pengaruh positif pemberian
treatment
sosiodrama terhadap kohesivitas kelompok pengurus OSIS. Para pengurus menuturkan dengan kegiatan sosiodrama, mereka
yang awalnya saling acuh menjadi belajar menghormati orang lain demi terciptanya hubungan yang harmonis.
Para pengurus yang awalnya hanya sebagian kecil saja yang aktif, setelah pelaksanaan sosiodrama lebih banyak yang aktif dan bertanggungjawab terhadap
tugas yang harus diembannya. Hal tersebut mereka lakukan secara sadar demi tercapainya tujuan kelompok.
Sebelum mendapatkan
treatment
sosiodrama, para pengurus seringkali menyelesaikan permasalahankonflik dengan cara bertumpu pada Pembina OSIS.
Namun setelah pelaksanaan sosiodrama yang didalamnya terdapat konflik, melatih mereka untuk dapat memecahan konflik secara mandiri dan tepat.
Keseluruhan hasil wawancara diatas, menunjukkan pengaruh positif pelaksanaan sosiodrama terhadap kohesivitas kelompok pengurus OSIS SMK
YPKK 1 Sleman Periode 20122013. Pemaparan diatas menyatakan bahwa hipotesis sosiodrama berpengaruh
positif terhadap kohesivitas kelompok pengurus OSIS SMK YPKK 1 Sleman periode 20122013 dapat diterima. Sosiodrama merupakan dramatisasi tingkah
laku yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, dimana sebagian peserta bertindak sebagai pemeran dan selebihnya berperan sebagai pengamat.
Menurut Roestiyah 2011: 90 tujuan dari penggunaan teknik sosiodrama yaitu agar siswa dapat belajar menghormati orang lain, bertanggungjawab
101 terhadap tugasnya, serta belajar mengambil keputusan yang tepat dalam format
kelompok. Setelah teknik sosiodrama diterapkan pada pengurus OSIS , ternyata teori tersebut terbukti. Pengurus OSIS lebih saling menghormati dalam
kepengurusan, para pengurus lebih bertanggungjawab terhadap tugasnya serta dengan konflik yang ada dapat belajar memecahkan secara baik.
Pemilihan sosiodrama terhadap peningkatan kohesivitas kelompok didasarkan pada kelebihan sosiodrama seperti yang diungkapkan Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain 2010: 89 diantaranya kerjasama antar pemain dapat ditimbulkan dan dibina dengan sebaik-baiknya, siswa memperoleh kebiasaan
untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya, bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain,
siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Kelebihan sosiodrama tersebut berpengaruh secara positif terhadap peningkatan kohesivitas kelompok
pengurus OSIS SMK YPKK 1 Sleman. Seperti yang diungkapkan Tatiek Romlah 2006: 38 mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok. Dalam proses pelaksanaan sosiodrama, para pengurus dituntut dapat melakukan komunikasi dengan efektif
dalam bentuk dialog yang mereka perankan dan penyampaian saran atau pendapat dalam sesi diskusi. Para pengurus juga dihadapkan pada permasalahankonflik
pada setiap sesi sosiodrama, sehingga pada tahap diskusi semua pengurus saling berbagi bagaimana langkah yang tepat dalam menyelesaikan konflik. Frekuensi
pertemuan yang rutin saat
treatment
secara tidak langsung menumbuhkan kedekatan diantara pengurus. OSIS yang merupakan organisasi inti dalam sekolah
102 menuntut mereka untuk selalu bertanggungjawab terhadap tugas demi
terlaksananya program kerja secara optimal. Sesuai dengan pendapat Shaw Sunarru Samsi Hariadi, 2011: 28
mengenai ciri-ciri kelompok yang kohesif, pengurus OSIS SMK YPKK 1 Sleman juga mulai mendekati ciri-ciri kelompok yang kohesif setelah mendapatkan
treatment
sosiodrama. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya kesediaan mereka dalam mencurahkan waktu dalam pertemuan kelompok serta didukung
dengan sikap Ketua OSIS yang lebih mampu mengkoordinir anggotanya.