Problem dalam Kehidupan Sosial Remaja

48 perkembangan sosial remaja. Banyak sekali organisasi yang ditawarkan disekolah, salah satunya yaitu Organisasi Siswa Intra Sekolah atau yang biasa disingkat OSIS. Kenyataan di lapangan, tidak semua remaja mampu berinteraksi dengan baik antara teman sebayanya terutama di lingkungan sosial yang baru. Permasalahan itu antara lain siswa menutup diri dan malu untuk berbaur dengan temannya. Hal ini menyebabkan para siswa tidak saling mengenal, bersikap individualis dan kurangnya kebersamaan dalam kelompok. Komunikasi yang belum efektif juga seringkali terjadi pada lingkungan yang baru, sehingga kesalahpahaman diantara kelompok tak dapat terelakkan. Ketidaknyamanan tersebut menyebabkan rendahnya minat berkumpul para anggota. Hal tersebut juga mempengaruhi kebanggaan anggota terhadap kelompoknya. Paparan permasalahan diatas, mengindikasikan bahwa kelompok memiliki kohesivitas kelompok yang rendah. Kohesivitas kelompok merupakan kecenderungan anggota kelompok untuk tetap membentuk ikatan sosial, sehingga para anggota tetap bertahan dan bersatu dalam kelompok. Komponen kohesivitas kelompok terdiri dari : 1 Social cohesion merupakan suatu daya tarik antar anggota kelompok untuk membentuk sebuah kelompok sebagai suatu keseluruhan. 2 Task cohesion merupakan kesatuan anggota kelompok yang saling mendukung untuk mencapai tujuan. 3 Perceived cohesion merupakan kesatuan anggota kelompok yang didasarkan pada kebersamaan. 4 Emotional cohesion merupakan intesitas emosi kelompok dan 49 anggota kelompok ketika berada di dalam kelompok. Keempat komponen tersebut merupakan kata kunci pada suatu kelompok yang kohesif. Komponen diatas tidak akan terwujud pada suatu kelompok yang kohesivitasnya rendah. Oleh karena itu diperlukan suatu cara yang mampu mengupayakan peningkatan kohesivitas kelompok. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan kohesivitas dalam kelompok adalah dengan membentuk hubungan yang kooperatif di antara anggota. Pemecahan masalah yang terjadi dalam konteks hubungan sosial, yakni dengan cara mendramakan masalah-masalah tersebut melalui sebuah drama dengan teknik sosiodrama. Sosiodrama merupakan dramatisasi tingkah laku yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, dimana sebagian peserta bertindak sebagai pemeran dan selebihnya berperan sebagai pengamat. Manfaat dari penggunaan sosiodrama yaitu pelaku dapat merasakan perasaan orang lain, pelaku dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, tolerasi dan cinta kasih terhadap sesama makhluk, dan akhirnya pelaku dapat berperan dan menimbulkan diskusi yang hidup, karena merasa menghayati sendiri permasalahannya. Sosiodrama dapat meningkatkan kohesivitas kelompok. Hal tersebut terlihat dari aktivitas sosiodrama yang mempengaruhi tercapainya komponen kohesivitas kelompok. Dengan mendramakan permasalahan yang sering terjadi, para pengurus dapat lebih saling mengormati, menghargai dan menyayangi diantara pengurus maupun pembinanya. Respon ini sesuai dengan salah satu komponen kohesivitas kelompok yaitu social cohesion . 50 Pembagian tugas dan peranan yang harus dimainkan dalam sosiodrama mengajarkan kepada pengurus mengenai pentingnya tanggung jawab terhadap tugas kelompok. Wujud tanggung jawab tersebut yaitu pengurus mampu memainkan perannya secara optimal demi terciptanya suatu jalan cerita yang sesuai. Dengan adanya sikap tanggung jawab dari masing-masing pengurus menumbuhkan adanya kepercayaan bahwa semua pengurus berusaha keras demi tercapainya tujuan bersama. Respon ini sesuai dengan salah satu komponen kohesivitas kelompok yaitu task cohesion . Kemauan pengurus untuk berkumpul dan bertemu dengan pengurus lain merupakan hal penting yang harus ada dalam pelaksanaan sosiodrama. Hal ini menunjukkan bahwa pengurus mengakui bahwa dirinya bangga menjadi pengurus dan bangga menjadi salah satu bagian dari kelompok. Kesediaan mereka meluangkan waktu datang pada perkumpulan kelompok, berkenan menyampaikan pendapat saat pelaksaan sosiodrama dan saling berinteraksi dengan baik, menggambarkan respon yang sesuai dengan salah satu komponen kohesivitas kelompok yaitu perceived cohesion . Aktivitas sosiodrama yang membutuhkan partisipasi aktif dari para pengurus, manggambarkan kebahagian dan kenyamanan para pengurus didalam kelompok. Saat sesi diskusi, para pengurus mampu mengeluarkan aspirasi yang selama ini terpendam dan menyampaikannya didepan kelompok membuat para pengurus merasa lega. Saat keterbukaan dari masing-masing anggota sudah terjalin, maka akan mudah menentukan langkah kedepan agar kohesivitas kelompok semakin baik dan para anggota juga merasa betah berada dalam 51 kelompok. Respon ini sesuai dengan salah satu komponen kohesivitas kelompok yaitu emotional cohesion . Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa sosiodrama berpengaruh positif terhadap kohesivitas kelompok. Wujud dari pengaruh positif tersebut yaitu aktivitas teknik sosiodrama mempunyai karakteristik yang mampu mempengaruhi kohesivitas kelompok. Hal ini dibuktikan dengan terpenuhinya komponen kohesivitas kelompok melalui teknik sosiodrama.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada kerangka berfikir serta di dukung dengan teori- teori, maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan : “Sosiodrama berpengaruh positif terhadap kohesivitas kelompok pengurus OSIS SMK YPKK 1 Sleman periode 20122013. ”