21
B. Sosiodrama
1. Konsep Dasar Sosiodrama
Tatiek Romlah 2006: 86 mengungkapkan bahwa teknik bimbingan kelompok merupakan cara-cara bagaimana kegiatan bimbingan kelompok dapat
dilaksanakan. Pokok-pokok bahasan beserta teknik-teknik yang dipakai dalam bimbingan kelompok hendaknya dipilih sedemikan rupa agar dapat
mengembangkan dan memperbaiki perilaku yang diinginkan. Teknik bukan merupakan tujuan, tetapi hanya alat untuk mencapai tujuan bimbingan. Salah satu
bentuk teknik bimbingan kelompok adalah sosiodrama.
Menurut Roestiyah 2001: 90 metode sosiodrama merupakan suatu metode mengajar dimana siswa dapat mendramatisasikan tingkah laku atau
ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Atau dengan
roll-playing
dimana siswa bisa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial psikologis itu. Karena itu kedua teknik ini
hampir sama, maka dapat digunakan bergantian tidak ada salahnya. Senada dengan hal diatas, Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2010:
88 mengatakan bahwa sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Metode sosiodrama dan
role playing
dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannya sering disilihgantikan. Syaiful Bahri Djamarah 2005: 238 sendiri menyebutkan bahwa
sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat kehidupan sosial.
22 Tatiek Romlah 2006: 104 juga mengemukakan bahwa sosiodrama adalah
permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul dalam hubungan antar manusia. Konflik-konflik sosial yang di dramakan adalah
konflik-konflik yang tidak mendalam yang tidak menyangkut gangguan kepribadian. Misalnya, pertentangan antar kelompok sebaya, perbedaan nilai
individu dengan nilai lingkungan, perbedaan antara anak dengan orang tua, dan sebagainya. Sosiodrama lebih merupakan kegiatan yang bertujuan mendidik atau
mendidik kembali dari pada kegiatan penyembuhan. Sosiodrama dapat dilaksanakan bila sebagian besar anggota kelompok menghadapi masalah sosial
yang hampir sama, atau bila ingin melatih atau mengubah sikap-sikap tertentu. Sedangkan menurut Djumhur dan Muh. Surya dalam buku Bimbingan dan
Konseling Sekolah Menengah 1993: 35 menyatakan bahwa sosiodrama termasuk dalam salah satu kegiatan bermain peran
role playing
. Sesuai dengan namanya, teknik ini digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Siswa
atau kelompok individu yang diberi bimbingan, sebagian diberi peran sesuai dengan jalan cerita yang disiapkan. Sedangkan yang lain bertindak sebagai
pengamat. Selesai permainan dilaksanakan, diadakan diskusi tentang pemeranan, jalan cerita dan ketepatan pemecahan masalah dalam cerita tersebut.
Pada lingkup Bimbingan dan Konseling, sosiodrama dapat digunakan sebagai teknik dalam layanan bimbingan yang diberikan kepada konseli. Dalam
pelaksanaannya, sosiodrama mengajak mereka memerankan peran-peran tertentu yang berkaitan dengan hubungan antar manusia. Topik yang diangkat dalam
sosiodrama berupa kejadian sehari-hari yang akrab dengan konseli dan berkaitan
23 dengan hubungan sosial mereka. Teknik ini dapat digunakan ketika konselor
memiliki tujuan untuk mendidik dalam aspek sikap atau perilaku sosial konseli. Dilihat dari berbagai pendapat para ahli mengenai sosiodrama, dapat
disimpulkan bahwa sosiodrama merupakan dramatisasi tingkah laku yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah sosial, dimana sebagian peserta
bertindak sebagai pemeran dan selebihnya berperan sebagai pengamat.
2. Tujuan Sosiodrama
Menurut Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain 2010: 88 tujuan yang
diharapkan dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain adalah:
a. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain
b. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasai kelompok
secara spontan d.
Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah Roestiyah 2001: 90 secara rinci menyebutkan tujuan dari penggunaan
sosiodrama sebagai berikut: a.
Siswa dapat memahami perasaan orang lain, dapat
tepa seliro
dan toleransi. Karena dalam hidup, seringkali terjadi perselisihan yang
disebabkan karena salah paham. Maka dengan sosiodrama mereka dapat menghayati peranan apa yang dimainkan, mampu
menempatkan diri dalam situasi orang lain yang dikehendaki guru. Ia bisa belajar watak orang lain, cara bergaul dengan orang lain,
cara mendekati dan berhubungan dengan orang lain, dalam situasi itu mereka harus bisa memecahkan masalahnya.
b. Siswa dapat mengerti dan menerima pendapat orang lain. Dalam
kelompok tertentu sering terjadi perbedaan pendapat, yang satu berpendapat yang lain, hal ini terjadi karena perbedaan sudut
tinjauan dan argumentasi yang berbeda. Dengan mendramatisasi,